Laman

Friday, June 12, 2020

SISI LAIN LATHI CHALLENGE


"Ajining diri ono ing lathi, itu falsafah Jawa yang dalam banget," ujar seorang teman.

Pertama kali mendengarkan lagu Lathi, ketika putri saya yang kedua, menggemari lagu-lagu dalam bahasa asing, memutarnya di mobil. Saya bertanya," Lagu berbahasa Inggris yang menggabungkan unsur lokal dalam video klipnya." 

Penasaran, karena menurut saya lagunya sangat asik untuk dinikmati. Akhrinya browsing, 
Ketemu. Dan, hanya satu kata yang saya ucapkan. WOW. Video yang diunggah  Weird Genius mampu memadukan unsur musik modern, traditional dengan aransemen yang menarik. Selain lirik  itu sendiri yang memukau, video yang dihasilkan lebih dari cukup memberikan  visualisasi keren yang memikat.

Lathi adalah lagu dalam bahasa Inggris yang membawa unsur kearifan budaya lokal. Lagu Lathi sempat menjadi trending di Twitter, sebelumnya booming di Tiktok, berkat tagar #ChallengeLathi yang pertama kali diunggah  seorang beauty vlogger yang mengawali yaitu Jharna Bhagwani. Ia merias wajahnya dengan sosok dandanan khas wanita Jawa lalu berubah menjadi sosok yang menyeramkan.

Lagu yang diciptakan Weird Genius, yaitu grup musik terdiri dari Reza Arap, Eka Gustiwana, dan Gerald Liu. Mereka  meleburkan unsur Electronic Dance Music (EDM) dan tradisional Jawa. Bekerja sama dengan Sara Fajira, penyanyi asal Surabaya, mereka resmi merilis pada 27 Februari 2020. Lathi sendiri memiliki makna lidah dalam bahasa Jawa.

Perundungan. Sepertinya dalam sebuah hubungan pun ada kategori pasangan yang merundung menciptakan toxic relationship.  

Melihat Videonya apa yang anda rasakan? Takjub? Ngeri? Merinding? Baper? Semangat? Marah? Sedih? 

Emosional sekali bukan? Saya sendiri merasakannya. Merinding! Ada sesuatu yang seakan menyentakan kesadaran. Bukan dari energi videonya, bukan. Namun, dari lirik yang tercipta. Ada yang terasa berbeda. 

#ChallengeLathi Vira langsung viral menyebabkan seorang ulama di Malasya, terpancing mengatakan  Lathi adalah bagian dari budaya musrik jawa, yang sontak memicu kemarahan netizen. Pada akhirnya ulama tersebut minta maaf kepada masyarakat Indonesia.

Budaya jawa, sesuatu yang sakral. Memicu kontroversi bila menyinggungnya. Alih-alih membahas fenomena mistik, saya akan membahas tentang subliminer dalam pesan Lathi. Bukan, bukan tentang Lathi yang artinya Yahudi, seperti yang biasa kaum cocoklogy tafsirkan begitu melihat sesuatu yang viral.

Untuk sebuah keobjektifitasan menilai Lathi, saya berdiskusi dengan suami hingga ke grup pilitik. Mengapa nyasar ke politik, karena di sana ada orang-orang yang ahli dan memahami falsafah suatu budaya.

"Ajining diri ono ing lathi itu falsafah, terjemahan kasarnya; Kamu tak bisa lari dari kesalahan, harga diri ada pada lidah (ucapan).

Secara sederhana kira-kira  bisa dikatakan, dosa manusia paling sering diakibatkan ucapannya. Kalau penafsiran bisa macam versi.

Intinya sih siapa menanam kebaikan akan menuai kebaikan, begitu juga sebaliknya. 

Diskusi dengan suami lain lagi pendapatnya.
"Netral," ujar beliau. 

Jika #ChallengeLathi sampai membuat seorang ulama negeri tetangga, mengatakan musrik, saya memahami Lathi secara garis besar menyampaikan sebuah pesan. Pesan yang dalam dan tersirat maupun tersurat. Lirik dan videonya mengandung subliminer message, yang mungkin pada sebagian orang, hanya mampu menangkap yang tampak di luar. Sebagian lain mampu menangkap pesan tak kasat indra.

Videonya sendiri menurut tafsiran psikolog, bisa viral karena memiliki kedekatan emosi dengan perempuan. Mengapa demikian? Karena seperti mewakili perasaan, keadaan dan kenyataan tentang sebuah hubungan. 

Pendapat umum menyebutkan, video klip Lathi menggambarkan suatu  kisah yang di sebut toxic relationship. Menurutt Glass "Setiap toxic relationship (hubungan beracun) adalah mereka yang tidak saling mendukung, ketika ada konflik salah satunya akan berusaha merusak yang lain, di mana ada persaingan, rasa tidak hormat dan kurangnya kerja sama." (Glass, Toxic People 5 Mei 2020).

Di mana tokoh-tokoh yang terlibat berusaha keluar dari belenggu pasangan yang meracuni, mengendalikan. Namun, pada kenyataannya ia meracuni dan membelenggu diri sendiri. 

Ada dua pertarungan sisi baik dan buruk dalam jiwa (seoul) kharakter di sana. Pada akhirnya ketika hubungan yang mengandung toxic, pasangan yang terus menerus menyakiti dengan perkataan, semakin lama  seperti membelenggu hingga harus terluka dan berdarah. Ketidakberdayaan tokoh utama perempuan yang tertekan, dapat membangkitkan sisi terdalam dan terkelam atau  sifat iblis. Joker mengatakan, "orang jahat yang lahir dari orang jahat lahir dari orang baik yang tersakiti."

Bukan hanya dalam pacaran, toxic verbal dalam rumah tangga bisa terjadi. Seseorang yang mengalami perundungan dari kecil, berpotensi besar mengalami mental toxic jika tidak segera ditangani dini.

'Lathi' orang lain bisa merusak diri kita, tetapi bisa juga menjadikan dampak positif. Namun, jika mampu bersikap netral, kita bisa memilih apakah akan kuat atau rusak terbawa arus. Menolak perundungan atau memaafkan. Menurut seorang guru bijak, "Kita bisa memulai menata emosi berprinsip pada pegangan turunkan ego maklumi orang lain." . 

Lathi' orang lain bisa merusak diri kita, tetapi bisa juga menjadikan dampak positif. Namun, jika mampu bersikap netral, kita bisa memilih apakah akan kuat atau rusak terbawa arus. Menolak perundungan atau memaafkan. Menurut seorang guru bijak, "Kita bisa memulai menata emosi berprinsip pada pegangan turunkan ego maklumi orang lain." 

Mencari tahu dan mencoba mengaji diri, di balik alasan orang lain melakukan perbuatan tercela yang menyakiti kita, dapat menimbulkan sikap memahami orang lain. Pada akhirnya kita diajarkan untuk mengikhlaskan, sejatinya adalah memaafkan diri sendiri agar berdamai dan mencabut duri dalam daging.

Apapun alasannya tetap harus memaafkan. Karena memaafkan diri sendiri sama saja dengan berdamsi dan menerima kenyataan. Hidup akan bahagia mencabur duri dan sisi jahat yang terbangkitkan, seiring kemarahan dan dendam yang terakumulasi membentuk mental toxic.

Bangkit dari mental toxic tentu tidak mudah.  Namun, setidaknya memilih dan mencoba sebelum terlambat. Tidak bisa saya bayangkan jika berawal dari toxic relationship menjadi toxic parents bagi anak- anak, apa jadinya kelak? Meneruskan estafet perundungan! Lepaskanlah toxic parent ini agar anak-anak tidak memiliki mental toxic sehingga membentuk family toxic yang berkesinambungan. Caranya? Ada di dalam video Lathi tersendiri. 

Netral, mengenolkan. Tidak menilai. Memahami segalanya apa adanya. Kebenaran itu relatif dan dimensional. Benar menurut kita belum tentu benar menurut orang lain. Selalu ada yang salah. Namun, manusia punya standar penilaian. Ucapan dan tingkah laku yaitu norma. Baik norma agama, adat, budaya dan hukum. Setelah menonton Video Lathi, harapan  saya, kita mampu keluar dari mental toxic, agar menjadi diri sendiri, dan bahagia tentunya.


Sumber :

1. Diskusi dengan keluarga

2. Diskusi grup WhatsApp

3. https://youtu.be/8uy7G2JXVSA

4.https://youtu.be/H1VreE1xjA8

5.https://surabaya.tribunnews.com/2020/06/09/penyebab-lathi-challenge-viral-di-indonesia-ulama-malaysia-minta-maaf-pada-orang-jawa

5.https://www.kompas.com/tren/read/2020/06/09/173200065/mengapa-lathi-challenge-ramai-di-indonesia-ini-penjelasan-psikolog

6.https://m.ayobandung.com/read/2020/05/04/88143/sering-tak-disadari-kenali-ciri-anda-berada-dalam-toxic-relationship

0 comments: