This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Laman

Friday, July 26, 2019

Sistem ZONASI Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)

“Alhamdulillah, Bu,  sekarang ada sistem zona,” ujar seorang ibu suatu hari kepada saya.   “Akhirnya anak saya kan mau bersekolah di tempat yang dekat rumah. Saya kan tidak banyak mengeluarkan biaya. Berangkat saja bisa jalan kaki, tidak perlu kost, tidak perlu bensin, bisa mengawasi dari dekat. Pokoknya menguntungkan saya,” Ia melanjutkan ungkapannya dengan suka cita.

Narasi tersebut memang disampaikan seorang ibu yang latar belakangnya memang kurang mampu. Suaminya seorang buruh tani dan ia sendiri seorang tukang pijat. Kemampuan anaknya pun sedang-sedang saja. Wajarlah jikalau menyampaikan hal yang seperti itu. Baginya justru sangat menguntungkan. Pikirannya  jauh dari jangkauan bahwa anaknya akan menjadi siswa berprestasi. Bahwa anaknya akan melanjutkan pendidikan di sebuah Perguruan Tinggi ternama. Pemikirannya sangat sederhana  yaitu  bahwa dia tidak mengeluarkan biaya banyak. Itu saja.

Berbeda dengan saat saya  dicurhati oleh seorang yang kondisinya lebih dalam hal materi dan kebetulan anaknya memiliki talenta.
“Saya bingung Bu, anak saya tak mungkin bisa melanjutkan di sekolah favorit. Padahal dia memiliki banyak piagam penghargaan.” Ujarnya bersedih.
“Ini namanya kan tidak memberi kebebasan kepada anak. Padahal  ia ingin ke sekolah  yang diidamkannya. Sementara ada penerapan sistem zona. Bagaimana lagi sudah kebijakan pemerintah,” ibu tersebut menyampaikan dengan wajah muram.

Fakta kedua dari ilustrasi di atas ternyata lebih banyak saya  dapatkan daripada yang pertama. Kondisi  inilah yang menyedot perhatian masyarakat. Jika  sebelumnya semua sekolah unggulan menjadi pusat incaran para siswa berprestasi, kini tidak demikian. Kalangan yang tidak berterima ini justru saya  amati dari kalangan menengah ke atas. Buktinya banyak viral  WhatsApp yang menggambarkan bagaimana para wali murid mendatangi kantor Dinas Pendidikan atau bahkan dewan pendidikan untuk  mengevaluasi kembali kebijakan pendidikan tersebut. Bahkan ada  juga yang secara langsung menyampaikan hal itu kepada presiden. Namun perilaku protes dan tidak terima  yang menimbulkan kekecewaan tersebut wajar juga karena  memang  pendidikan merupakan upaya orang tua dalam meningkatkan taraf hidup anak-anaknya di kelak kemudian hari.

Kebijakan sudah diberlakukan. Mau tidak mau seluruh masyarakat wajib mengikuti regulasi yang sudah diputuskan pemerintah. Sayangnya berita yang saya  simak  di sebuah koran harian (Jawa Pos, Minggu, 23/6/2019) diberitakan  bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan modifikasi  penyelenggaraan  PPDB yang dituangkan dalam S.E. Nomor 3  Tahun 2019 yang diterbitkan Jumat (21/6) yang berisi penyesuaian Kuota. Bahwa yang semula dalam aturan Permendikbud 51/2018 sekolah wajib menerima 90 persen, kini menjadi paling sedikit 80 persen, dengan ketentuan jalur prestasi paling banyak 15 persen dan jalur perpindahan wali murid paling banyak 5 persen. Yang disayangkan ialah bahwa ada beberapa sekolah yang sudah selesai PPDB-nya sehingga kesempatan itu tidak didapatkan.

Kondisi terakhir  tersebut tentunya sangat tidak diharapkan karena  mengakibatkan kondisi yang tidak sama lagi. Ada sekolah yang sudah telanjur menerapkan aturan yang pertama dan ada pula sekolah yang merujuk pada S.E terbaru. Hal ini tentunya menimbulkan masalah baru, yaitu lagi –lagi ketidakpuasan karena momen turunnya surat edaran yang terkesan terlambat. Bahkan mungkin juga mencerminkan pemerintah yang kurang maksimal terhadap  sosialisasi sistem zonasi ini.

Turunnya surat edaran dengan ketentuan yang berbeda dengan kebijakan awal pada akhirnya pun mengakibatkan polemik lagi. Wajar jika seorang pengamat pendidikan, Doni Koesoema menyayangkan adanya revisi Permendikbud 51/2018 (Jawa Pos,23/6). Menurutnya Kemendikbud terkesan kalah dengan tekanan masyarakat. Seharusnya Kemendikbud tidak reaktif bahkan sampai mengubah ketentuan PPDB. Aksi protes atau demonstrasi tidak harus dituruti atau bahkan sampai merevisi kebijakan. Kecuali jika ada indikasi melanggar peraturan.

Kritisi terhadap pemerintah tersebut ada benarnya. Saya mencermati bahwa ada dua hal yang menyebabkan kebijakan sistem zonasi ini menimbulkan pro-kontra. Yang pertama, pemerintah kurang matang dalam mengambil keputusan. Hal ini terbukti munculnya kebijakan baru karena unsur protes dan penekanan dari para wali murid atau masyarakat. Harusnya sebelum kebijakan diberlakukan harus disosialisasikan dulu dengan pihak terkait terutama ahli, pelaku, dan pengamat pendidikan yang tidak sedikit di negeri ini. Dengan mempertimbangkan segala aspek positif dan negatifnya barulah kebijakan disosialisasikan kepada khalayak.

Faktor yang kedua pemerintah belum maksimal dalam melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat. Harusnya pemerintah memberikan informasi  itu berupa motivasi yang difokuskan pada  upaya pengubahan  mindset masyarakat. Yang sebelumnya berpola pikir bahwa jika “bersekolah di sekolah unggulan pasti berhasil dan berprestasi” diubah menjadi pola pikir bahwa “bersekolah di mana pun tidak menjadi masalah. Yang penting berusaha menjadikan sekolah unggul dengan  berbagai prestasi”. Hal ini pasti lebih bijak sehingga masyarakat tidak merasa kaget atau kecewa terhadap setiap kebijakan pemerintah. Untuk itu ke depan pemerintah harus lebih hati-hati dan bijaksana dalam menagambil segala keputusan supaya tidak merugikan masyarakat.

Momen ini setidaknya  juga menjadi pembelajaran bagi berbagai pihak baik anak didik, wali murid, dan masyarakat umum untuk selalu “berpositif thinking”. Bahwa segala kebijakan pemerintah pastilah demi kepentingan bersama untuk mendapatkan generasi Indonesia yang bertakwa, beradab dan berakhlak mulia demi membangun bangsa tercinta.

KATALISATOR PENDIDIKAN SIAP SONGSONG ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0


Oleh: Ni’matuz Zahroh, M.Pd
MTsN 5 Jombang Jawa Timur


PENDAHULUAN
Belajar adalah proses manusia untuk mendapat ilmu pengetahuan, skill dan pengalaman diri agar ada perubahan dalam sikap dan prilaku manusia (Falk, Heimlich, & Foutz, n.d., Isaacs, 1996, Berns & Erickson, 2001). Seperti yang di terangkan oleh Joyse, Bruce and Weil (2003), mereka menjelaskan bahwa belajar adalah membantu peserta didik untuk mendapatkan informasi, ide, skill, cara berfikir untuk merubah mereka dalam bertingkah laku. Untuk mendapatkan proses terbaik dalam pembelajaran, kedudukan kelas dan peran guru yang profesional sangatlah penting untuk menyeimbangkan dimensi kognitif, afektif dan psikomotorik (Harjali, Degeng, Setyosari, & Dwiyogo, 2015). Senada dengan hal tersebut (Degeng, 2013) juga mendefinisikan, tujuan dari belajar dan pembelajaran adalah mempengaruhi peserta didik agar belajar. Sehingga tujuan dari pembelajaran adalah sebagai perubahan tingkah laku pembelajar kearah yang lebih baik.
Pembelajaran terbuka merepresentasikan pembelajaran online atau virtual, dimana peserta didik diberi kebebasan dalam mendapatkan referensi pembelajaran. Di era inovasi industri 4.0 ini, dinamika belajar dan pembelajaran di beberapa pendidikan tinggi telah bergeser dari kelas tradisional ke pembelajaran online, pembelajaran bergeser dari Teacher Centered Learning (TCL) ke Learner Centered Learning (LCL) (Chandra & Nugroho, 2016). Pembelajaran online saat ini semakin diminati dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal tersebut dikarenakan, dalam pembelajaran online peserta didik dibebaskan untuk mencari materi pelajaran yang ada di internet sesuai dengan keinginan mereka.

  
REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Pendidikan 4.0 adalah fenomena yang merespon kebutuhan revolusi industri keempat dimana manusia dan mesin di selaraskan untuk mendapatkan solusi, memecahkan masalah dan tentu saja menemukan kemungkinan inovasi baru. Pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, menyesuaikan kurikulum pendidikan dengan tantangan dan kebutuhan pada era sekarang ini. Kurikulum yang membuka akses bagi generasi milenial mendapatkan ilmu dan pelatihan untuk menjadi pekerja yang kompetitif dan produktif.
Berbicara masalah revolusi industri 4.0 dan kaitannya dengan pendidikan tentu saja dunia pendidikan adalah hal yang utama dan sentral untuk mengikuti arus revolusi industri ini karena akan mencetak dan menghasilkan generasi-generasi berkualitas yang akan mengisi revolusi industri 4.0. Holil (2018) mengatakan bahwa pendidikan di era revolusi industri 4.0 berupa perubahan dari cara belajar, pola berpikir serta cara bertindak para peserta didik dalam mengembangkan inovasi kreatif berbagai bidang.
Untuk itu inovasi teknologi di bidang pendidikan untuk mendukung pembelajaran sangat dibutuhkan pada era ini untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia supaya bisa bersaing di kancah global, maka diperlukan lembaga-lembaga pendidikan dan guru-guru untuk melakukan pembelajaran kreatif dan inovatif. Tentunya ini akan berjalan apabila didukung dengan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi di era revolusi industri 4.0
Mengingat tantangan yang besar tersebut, maka guru harus terus belajar meningkatkan kompetensi sehingga mampu menghadapi peserta didik generasi milenial. Jangan sampai timbul istilah, peserta didik era industri 4.0, belajar dalam ruang industri 3.0, dan diajarkan oleh guru industri 2.0 atau bahkan 1.0. Jika ini terjadi, maka pendidikan kita akan terus tertinggal dibandingkan negara lain yang telah siap menghadapi perubahan besar ini. Kualitas guru harus sesuai dengan performa guru yang dibutuhkan dalam era industri 4.0. Penulis menyebut guru yang memiliki kualitas seperti tersebut sebagai guru 4.0.
Era pendidikan 4.0 merupakan tantangan yang sangat berat dihadapi guru. Jack Ma (CEO Alibaba Group) dalam pertemuan tahunan World Economic Forum 2018, menyatakan bahwa pendidikan adalah tantangan besar abad ini. Jika tidak mengubah cara mendidik dan belajar-mengajar, maka 30 tahun mendatang kita akan mengalami kesulitan besar. Pendidikan dan pembelajaran yang sarat dengan muatan pengetahuan mengesampingkan muatan sikap dan keterampilan sebagaimana saat ini terimplementasi akan menghasilkan peserta didik yang tidak mampu berkompetisi dengan mesin (Darmawan: 2018).
Oleh karena itu, guru harus mengurangi dominasi pengetahuan dalam pendidikan dan pembelajaran dengan harapan peserta didik mampu mengungguli kecerdasan mesin. Pendidikan yang diimbangi dengan karakter dan literasi menjadikan peserta didik akan sangat bijak dalam menggunakan mesin untuk kemaslahatan masyarakat. Era pendidikan 4.0 merupakan jawaban atas terjadinya revolusi industri 4.0. Guru 4.0 sangat dibutuhkan dalam menghadapi era pendidikan 4.0. Bagaimana menjadi guru 4.0? Pertanyaan ini sangat penting dijawab agar guru mampu meningkatkan kompetensi menuju guru 4.0. Guru 4.0 memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam mendidik peserta didik menghadapi Revolusi Industri 4.0. Guru 4.0 merupakan guru yang mampu menguasai dan memanfaatkan teknologi digital dalam pembelajaran. Salah satu organisasi yang dapat memfasilitasi guru 4.0 adalah SEAMEO SEAMOLEC dengan berbagai macam pelatihan-pelatihan yang disajikan secara online.

SEAMEO SEAMOLEC
            SEAMEO adalah singkatan dari South Asean Minister Education Organization. Organisasi yang dibentuk oleh seluruh Menteri Pendidikan yang ada dinegara-negara ASEAN. SEAMEO berdiri pada tahun 1965 dengan tujuan untuk membangun kerja sama dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan pada wilayah tersebut. Berikut ini adalah 11 negara Asia Tenggara yang berpartisipasi dari SEAMEO; Brunei Darussalam, Cambodia, Indonesia, Lao PDR, Malaysia, Myanmar, Philippines, Singapore, Thailand, Timor Leste, Vietnam. The SEAMEO Secretariat berlokasi di Bangkok, Thailand.
Sebagai sebuah organisasi yang terus berupaya meningkatkan kemampuan sumber daya dan mengeksplor potensi tertinggi masyarakat regional, SEAMEO melakukan berbagai program dan projek yang ditujukan bagi pengembangan kapasitas manusia di Asia Tenggara. Selain itu juga demi menciptakan kehidupan yang lebih berkualitas, akses terhadap pendidikan yang sama rata, edukasi pendidikan yang bersifat preventif, kebudayaan dan tradisi, teknologi informasi dan komunikasi, bahasa, pengentasan kemiskinan, pertanian dan sumber daya alam.
SEAMEO memiliki Visi untuk menjadi organisasi terkemuka untuk meningkatkan pemahaman regional dan kerjasama di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan untuk kualitas hidup yang lebih baik di Asia Tenggara. Misi SEAMEO adalah untuk meningkatkan kesepahaman regional, kerjasama dan kesatuan tujuan antara Negara Anggota untuk kualitas hidup yang lebih baik melalui pembentukan jaringan dan kemitraan, penyediaan forum antara pembuat kebijakan dan para ahli, dan promosi pengembangan sumber daya manusia yang berkelanjutan. Motto SEAMEO adalah "Leading through Learning". Nilai Inti SEAMEO adalah: (1) Attitude / Sikap; yang meliputi Rasa Hormat terhadap Keragaman Budaya (Respect for Cultural Diversity), Percaya pada Orang (Belief in People) dan Komitmen (Commitment). (2) Character / Karakter; diantaranya terdiri dari Integrity (Integritas), Professionalism (Profesionalisme), dan Collaborativeness (Kolaborasi). (3) Behavior / Tingkah laku; yaitu Berjuang untuk Keunggulan (Strive for Excellence), Proaktif (Proactiveness), dan Berorientasi layanan (Service-orientedness).
SEAMEO Regional Open Learning Centre (SEAMOLEC) adalah salah satu dari 24 pusat yang berada di bawah naungan Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) dan memiliki fokus bidang Pendidikan Terbuka Jarak Jauh (PTJJ). Dengan berbagai program yang menjadi tugas intinya, seperti; pelatihan, konsultasi, riset dan pengembangan, dan penyebaran informasi, SEAMOLEC membantu negara-negara anggota SEAMEO untuk menemukan solusi alternatif untuk meningkatkan kualitas manusia melalui PTJJ.
Tujuan SEAMOLEC adalah untuk melaksanakan program-program yang relevan dan responsif terhadap kebutuhan nasional dan regional yang ada melalui pemanfaatan sistem PTJJ. Dalam rangka mencapai visi dan missinya, dan agar selalu mampu menyediakan layanan yang baik dan berkelanjutan di wilayah regional Asia Tenggara, SEAMOLEC selalu berusaha meningkatkan jejaring yang kuat melalui kemitraan dan sinergi dengan pihak/institusi lainnya. Melalui jejaring yang kuat dan kemitraan yang baik SEAMOLEC akan mampu berkembang semakin besar di masa depan.
SEAMOLEC memiliki visi untuk menjadi pusat keahlian pendidikan terbuka dan jarak jauh. Sedangkan misi SEAMOLEC adalah untuk membantu negara-negara anggota SEAMEO mengidentifikasi masalah pendidikan dan mencari solusi alternatif untuk pengembangan sumber daya manusia berkelanjutan melalui diseminasi pemanfaatan pendidikan terbuka dan jarak jauh yang efektif. Motto SEAMOLEC adalah CARES yang merupakan kepanjangan dari Collaboration, Accountability, Responsiveness and Relevance, Effectiveness and Efficiency, dan Synergy (kolaborasi, akuntabilitas, responsif dan relevan, efektif dan efisien, dan sinergi). SEAMOLEC memiliki 7 Divisi yang mendukung program kerjanya, yaitu: Keuangan dan Administrasi (Finance and Administration), IT Konten dan Manajemen Pengetahuan (IT Content and Knowledge Management), IT Jaringan (IT Network), Kemitraan Masyarakat (Community Partnership), Marketing dan Publikasi (Marketing and Publication), Riset dan Pengembangan (Research and Development), dan Pelatihan (Training).

VIRTUAL COORDINATOR TRAINING INDONESIA BATCH 3

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh...

Selamat Bergabung Guru Super Keren Abad ini.
Mohon maaf telah memasukkan Panjenengan semua ke grup ini tanpa konfirmasi terlebih dahulu.
Menindaklanjuti pendaftaran kegiatan Virtual Coordinator Training SEAMEO Indonesia Batch 3 yang telah Bapak / Ibu kirim. Maka sebagai persiapan dibentuklah grup ini.
Terima kasih atas komitmen yang diberikan hingga terselesaikannya kegiatan ini.

Mohon bersabar menunggu info dari para Admin.

Terima kasih,
Salam Indonesia Hebat

Begitulah isi pesan di chat Grup WhatsApp baru, awal mula saya tergabung di Virtual Coordinator Training SEAMEO Indonesia Batch 3 Group 70 Jatim 6. Saya masih belum faham, ini Grup Training tentang apa? Tujuannya apa? Manfaatnya apa? Karena waktu itu, saat saya membuka laman salah satu Grup WhatsApp yang saya ikuti dan saya membaca ada pendaftaran untuk mengikuti kegiatan Virtual Coordinator Training (VCT) Batch 3 yang difasilitasi oleh SEAMEO Secretariat Bangkok bekerjasama dengan Kemendikbud cq. Dirjen GTK, iseng-iseng saya membukanya. Setelah saya klik Link Pendaftaran: http://bit.ly/VCT Batch3 dan mulailah mengisi form yang disediakan dengan pertimbangan sepertinya kegiatan ini menarik walaupun sama sekali belum tahu gambaran kegiatannya.
Sepanjang hari sejak saya tergabung dalam Virtual Coordinator Training SEAMEO Indonesia Batch 3 Group 70 Jatim 6, saya hanya menyimak obrolan-obrolan yang ada di Grup VCI 70 Jatim 6. Dari mulai Apa itu SEAMEO, beberapa peraturan untuk peserta Online Training tersebut, sampai pada penjelasan materi awal yang harus dikuasai peserta. Beberapa materi wajib yang harus dikuasai peserta training antara lain: (1) Pengenalan tentang WEBEX dan bagaimana cara gabung di Webex menggunakan laptop dan HP. (2) Belajar membuat Formulir Online (Zoho Form, untuk membuat Presensi). (3) Belajar membuat Poster atau Flyer Online. Dan (4) Tutorial merekam. Semua materi tersebut di atas adalah hal baru buat saya dan masih sangat asing bagi saya. Saya tidak pernah mendengar kata-kata Webex dan Zoho Form. Saya juga belum pernah dan belum bisa membuat Flyer dan merekam. Dalam hati saya berkata, "apa yang akan di rekam kalau Training online, sedangkan yang ada di depan kita hanya gadget saja."
Sejak itu Tim Virtual Coordinator Training (VCT) Batch 3 Jatim 70 Grup 6 memberikan informasi terkait program Pelatihan Online yang diselenggarakan oleh SEAMEO. Beberapa peraturan juga diberlakukan bagi peserta agar kegiatan training berjalan kondusif dan nyaman dan dengan harapan semua peserta dapat menyelesaikan sesi pelatihan.


Berikut beberapa peraturan untuk peserta training:
1.    WhatsApp grup hanya untuk membahas tentang aktivitas Virtual Coordinator Training (VCT).
2.    Dilarang share konten hoax, ke dalam WhatsApp grup.
3.    Memakai nama asli dan memasang photo profil (untuk kepentingan flayer) di akun WhatsApp nya.
4.    Dilarang memposting gambar/template/sticker diluar tema pelatihan.
5.    Bagi peserta yang sudah left tidak dapat dimasukkan kembali ke dalam WhatsApp group.
6.    Dilarang menjadikan pelatihan ini sebagai ajang promosi, politik, agama, dan SARA. Kita siapkan NKRI yang makin kokoh untuk Indonesia yang lebih baik.
7.    Group dapat dimanfaatkan untuk berdiskusi pencapaian VCT dibawah koordinasi dengan para koordinator inti dan instruktur.
8.    Peserta yang bertugas dalam vicon (Video Conference) diharapkn saling: berkolaborasi, berkoordinasi, menguatkan dan memotivasi. Flayer yang dibuat dikonfirmasikan melalui grup diskusi sebelum diterbitkan. Materi presentasi setelah ditampilkan dalam vicon dibagikan ke grup diskusi.
9.    Menjaga etika, sopan santun, dan tata krama antara peserta terhadap team inti, Penanggung jawab Wilayah dan instruktur.
10. Mengubah setting photo profil di akun WhatsApp agar dapat dilihat semua orang.
11. Peraturan ini dapat ditambahkan disesuaikan dengan kondisi di kemudian hari.
12. Keputusan penyelenggara tidak dapat diganggu gugat.
Bagi peserta yang melanggar akan di keluarkan dari grup pelatihan ini.

Wow, betapa ketatnya peraturan yang diberikan. Bagi peserta yang sudah left tidak dapat dimasukkan kembali ke dalam WhatsApp group. Semakin membuat saya penasaran tentang materi yang akan saya dapatkan di training online ini. Namun begitu, kalimat-kalimat ajakan dari para instruktur begitu menyemangati kami yang baru bergabung sebagai peserta training online ini bahwa kami pasti bisa mengikutinya dengan baik. Salah satu kalimat penyemangat itu seperti ini: Semangat ya Bapak Ibu untuk lulus, karena akan dipandu oleh instruktur-instruktur yang selalu setia. Daftar Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah dan Instruktur VCT Batch 3 Grup 70 Jatim 6 terlampir (Appendix 1)
Alhamdulillah, setelah peserta-peserta yang di add dalam group mulai membuka sesi perkenalan dengan menuliskan nama dan instansi maka arus masuk informasi tidak pernah berhenti. Guru-guru sangat antusias berbagi informasi dari pagi sampai tengah malam dan berganti hari terpantau di WhatsApp Group hingga dini hari, baru istirahat jam 00.50. Luar Biasa!!!

KECAKAPAN VIRTUAL COORDINATOR
Seorang virtual coordinator harus memiliki kecakapan dalam mengelola pelatihan atau pembelajaran berbasis dunia maya menggunakan platform video conference. Merancang dari awal kegiatan hingga publikasi ke sosial media. Karena itu, inilah kecakapan minimal yang harus dimiliki oleh VC Indonesia:

A. Persiapan Kegiatan
1.    Membuat flyer / poster digital untuk mengajak dunia luar bergabung. Tool yang dapat digunakan dalam membuat flyer digital sangatlah banyak, diantaranya Photoshop, Coreldraw, Canva, berbasis online seperti postermywall.com, bahkan bisa menggunakan aplikasi familiar seperti Ms. Word dan Powerpoint.
2.    Untuk mendukung flyer yang telah dibuat, VC harus punya kecakapan menulis narasi kegiatan, berisi pengetahuan awal tentang hal yang akan disampaikan, jadwal kegiatan serta informasi link platform video conference, room number dan password.
3.    Jika kegiatannya terbatas pada kalangan tertentu, VC harus punya kecakapan melakukan rekrutmen secara online melalui diantaranya google form, microsoft form atau zoho forms dan sebagainya.

B. Implementasi kegiatan
1.    Melakukan kegiatan melalui video conference. Banyak platform yang dapat digunakan, seperti google hangouts, skype for bussiness, zoom. Namun Webex memiliki kekuatan gambar dan video yang stabil. Webex dapat dilakukan membuat room pertemuan secara mandiri.
2.    Membuat presensi kegiatan online sebagai dokumentasi peserta yang mengikuti kegiatan. Presensi dapat dibuat menggunakan google form atau microsoft form, namun jika ingin presensi yang bisa ditandatangani, zoho forms bisa dijadikan pilihan.
3.    Untuk menshare form dengan link yang panjang, sebelumnya link tersebut diringkas terlebih dahulu, agar pemirsa bisa mengetik ulang. Link ringkas dibuat sesederhana mungkin dengan nama unik, menghindari menggunakan huruf kapital dan huruf kecil, karena link tersebut diketik ulang.
4.    VC memiliki kecakapan menjadi moderator, host dan narasumber secara virtual melalui video conference.

C. Dokumentasi kegiatan
1.    Kegiatan yang dilakukan harus didokumentasikan sebagai jejak digital edukasi 4.0. Karena itu VC harus punya kemampuan merekam layar kegiatan berlangsung. Dapat melalui tablet dengan menggunakan diantaranya DU Recorder atau V-Recorder atau di Laptop dengan menggunakan misalnya Camtasia, Screencast o Matic atau Faststone.
2.    Rekaman kegiatan tersebut diupload ke youtube agar dapat disimpan dan dipelajari kembali oleh pemirsa vicon.
Demikian minimal kecakapan yang harus dimiliki VC Indonesia, dan tentu saja kecakapan tersebut sangat berat buat saya. Kecakapan saya pribadi dalam hal IT masih nol. Saya mengikuti kegiatan pelatihan online ini tanpa mengenal IT dan fasilitas-fasilitasnya sebelumnya. Tapi saya optimis dan selalu semangat, bahwa disini saya belajar, saya pasti bisa mengikuti dan melakukannya. Motto saya “Saya harus bisa menyelesaikan apa yang telah saya mulai.

Senin, 4 Maret 2019, Pukul 19.30 WIB, Materi pertama tentang Paparan Umum yang saya ikuti melalui Video Conference di room webex. Ini merupakan kegiatan awal VCT yang wajib diikuti semua peserta agar mengetahui pemaparan awal dari kegiatan VCT Penjaga Tol Langit Pendidikan Era 4.0. Video conference (Vicon) oleh Bapak Dr. Gatot Dwi Priowirjanto selaku Direktur SEAMEO Secretariat memaparkan perlunya peningkatan kapasitas guru menghadapi Revolusi Industri 4.0 dan Abad 21. Model peningkatan kapasitas pun mesti disesuaikan dengan kondisi kekinian yang bersentuhan dengan digital sehingga SEAMEO menyelenggarakan sebuah pelatihan bernama Virtual Coordinator Training (VTC) berupa pelatihan online atau daring (dalam jaringan) dengan model Video conference (Vicon) menggunakan platform Webex.
Kegiatan yang kami ikuti ini merupakan VCT Batch 3 dan saya yang berdomilisi di Jombang Jawa Timur masuk pada VC Indonesia Group 70. 
Gambaran pelatihan VCT antara lain:
1.    Peserta diberikan materi singkat mengenai program peningkatan kapasitas guru yang digawangi oleh SEAMEO.
2.    Peserta diberikan materi mengenai pengoperasian Cisco Webex, sebagai platform yang digunakan dalam pelatihan VCT ini.
3.    Peserta diberikan juga materi-materi pengayaan, seperti misalnya STEM dan Revolusi Industri 4.0.
4.    Peserta mulai melaksanakan tugas, yaitu melaksanakan 2 kali sebagai Presenter/Narasumber, 2 kali sebagai Moderator, dan 2 kali sebagai Host dan mengisi pada kantong tugas yang telah disediakan.
5.    Sertifikat diterbitkan.
6.    Alumni pelatihan VCT diharapkan mengimplementasikan di sekolahnya, KKG, MGMP, Kecamatan, atau Kabupaten tempat ia bertugas.

Inti dari kegiatan di Grup ini adalah kita "belajar bersama, sharing ilmu". Kita akan mendapat kesempatan presentasi melalui video conferensi di Webex, juga akan mendapat kesempatan menjadi host, moderator, dan peserta vicon. Saat menjadi presenter, kita perlu menyiapkan/pilih materi untuk dipaparkan melalui Vicon, materi yang dipilih bebas, boleh berkaitan dengan mata pelajaran yang kita ampu, boleh tentang hal-hal umum yang bersifat praktis. Durasi presentasi sekitar 30 menit, plus 30 menit untuk tanya jawab. Pada saat menjadi peserta Vicon, kita hanya perlu masuk ke Webex, isikan meeting room number, password, lalu menyimak paparan materi dari presenter. Microphone di mute agar tidak mengganggu presenter. Saat sesi tanya jawab, bisa menulis pertanyaan melalui chat room, atau gunakan microphone untuk bertanya langsung.
Dalam kegiatan vicon, peran yang dapat kita ambil adalah sebagai presenter, moderator atau host. Untuk lebih jelasnya peran dan tugas dalam vicon sebagai berikut:


Tugas Presenter, Host, dan Moderator
HOST
·         Membuka acara Vicon
·         Memperkenalkan presenter dan moderator
·         Membacakan peraturan peserta vicon
 

·         Menyerahkan kegiatan pada moderator
·         Mengatur tampilan shooting camera dan microphone peserta ketika acara berlangsung.
·         Membantu moderator selama acara berlangsung demi kelancaran acara.
·         Membuat Absensi online
·         Merekam kegiatan vicon
·         Menyiapkan dan menyimpan flyer kegiatan serta rekaman saat bertugas untuk disetor ke kantong tugas.

MODERATOR
·         Mengendalikan jalannya acara
·         Memberikan kesempatan presenter untuk menyampaikam materi
·         Mengingatkan presenter berkaitan dengan waktu untuk penyampaian materi jika presenter terlalu asyik dalam presentasinya.
·         Mencatat pertanyaan peserta yang terdapat pada kolom chat dan menyampaikannya pada saat diskusi dimulai.
·         Mengatur jalannya diskusi tanya jawab jika ada pertanyaan langsung dari peserta.
·         Mengakhiri kegiatan bersama presenter jika waktu sudah selesai dengan membacakan kesimpulan / pesan dari presenter sebelum mengakhiri kegiatannya.
·         Menyerahkan room vicon ke host dan host akan menutup section vicon.
·         Menyiapkan dan menyimpan file PDF daftar hadir saat bertugas dan memastikan para petugas, baik host, moderator, maupun presenter dan partisipan saat itu sudah mengisi daftar hadir pada link Absensi yang dibagikan di room chat, sebagai bahan bukti setoran ke kantong tugas.

PRESENTER
·         Menyiapkan PPt untuk presentasinya
·         Memaparkan materi dengan singkat padat dan berisi
·         Menjawab pertanyaaan peserta vicon
·         Mengakhiri kegiatan dengan menyampaikan kesimpulan / rangkuman / penyataan sebelum mengakhiri materi
·         Menyiapkan hasil rekam layar dan link YouTube video presentasi anda, serta file PPT nya sebagai bukti telah bertugas

Kamis, tanggal 7 Maret 2019, saya memberanikan diri untuk mengisi plot presentasi. Saya mengisi di sesi malam, karena pagi aktifitas mengajar di Madrasah sampai jam 3 sore. Presentasi pertama saya adalah tentang Meningkatkan Mutu Guru melalui Lesson Study. Alhamdulillah presentasi berjalan lancar. Namun, saya masih belum bisa merekam jalannya presentasi saya. Sehingga untuk rekaman masih dibantu oleh instruktur dan peserta training yang sudah bisa merekam. Saya cukup bangga bisa menjadi Presenter di hari pertama VC Indonesia 70 Jatim 6 sekaligus bisa membuat Presensi menggunakan Zoho Form.

Flyer Presentasi Pertama saya tentang Lesson Study

Dihari kedua, Jum'at, 8 Maret 2019, saya semakin berani mencoba untuk tampil. Kali ini saya mengisi plot untuk menjadi Host dan Moderator. Awalnya belum begitu paham tentang tugas dan cara menjadi Host dan Moderator, tapi dengan bimbingan para instruktur, akhirnya saya bisa mengoperasikan Vicon di room Webex dengan mudah. Memang segala sesuatu itu jangan hanya di bayangkan saja, tapi harus dicoba.
Sabtu, 9 Maret 2019 adalah presentasi kedua saya. Kali ini saya menyajikan materi umum, yaitu tentang salah satu kegiatan di Sekolah tempat saya bekerja. Judul materi saya adalah Pembuatan ECOBRICK di Lingkungan Sekolah. Sama halnya dengan di presentasi pertama, saya masih belum bisa merekam presentasi Vicon saya sendiri. Semuanya masih di bantu oleh para instruktur dan peserta lain yang sudah bisa menjalankan Fastone. Saya hanya bisa membuat presensi dengan menggunakan Zoho Form, dan mengoperasikan Webex sebagai Host, Moderator, dan Presenter.


Flyer Presentasi saya yang kedua tentang ECOBRICK

Akhirnya, saya semakin ketagihan untuk tampil di room Webex. Saya selalu mengisi plot yang ditawarkan di Grup VC Indonesia 70 Jatim 6, baik sebagai Moderator maupun sebagai Host. Dan lambat laun, akhirnya saya juga bisa merekam jalannya presentasi. Alhamdulillah, setelah saya dapat menyelesaikan tugas saya, yaitu 2 kali menjadi Presenter, 2 kali menjadi Moderator, dan 2 kali menjadi Host, selanjutnya saya ikut berpartisipasi untuk mendukung teman-teman peserta lain agar bisa meyelesaikan tugas-tugasnya.
Berikut Jadwal Penampilan dalam Video Conference (Vicon) yang telah saya laksanakan selama pelatihan di VCT Batch 3 Grup 70 Jatim 6 (Appendix 2).

Saya senang sekali bisa bergabung di training online ini. Saya bangga menjadi bagian dari Virtual Coordinator Training Indonesia Batch 3 Grup 70 Jatim 6. Saya mendapatkan banyak sekali ilmu baru. Ilmu-ilmu tentang kecanggihan teknologi, tentang fitur-fitur internet untuk pembelajaran, tentang fasilitas-fasilitas online, sampai tentang materi umum yang sungguh sangat bermanfaat. Saya juga mendapatkan teman-teman baru, para instruktur-instruktur yang sabar dan telaten membimbing kami dan Guru-guru hebat dari berbagai daerah di wilayah Jawa Timur. Dan yang paling penting, saya mendapatkan pengalaman berharga yang tidak ternilai serta dapat menyelesaikan semua tugas-tugas yang diberikan dengan baik dan lancar. Alhamdulillah, akhirnya saya LULUS dan mendapatkan sertifikat bertaraf internasional dengan total jam pelatihan yang tertera di sertifikat adalah 39 jam.  (Appendix 3)

PENUTUP
PENJAGA TOL LANGIT, sebuah istilah baru yang saya suka. Ya, meski untuk meraihnya tidaklah mudah. Saya juga suka sama mereka, para instruktur dan peserta di VC Indonesia Batch 3 Group 70 Jatim 6. Walau lelah, tapi tak pernah menyerah. Walau lemah, tapi tetap ingat akan amanah. Pak Gatot pernah mengatakan, tidak ada yang sempurna. Karenanya, melangkah itu penting. Gabungkan langkah demi langkah untuk langkah yang lebih baru. Sinergi dan kolaborasi untuk Inovasi yang lebih baik. Tetap semangat demi meningkatkan Mutu Pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Berns, R., & Erickson, P. (2001). Contextual teaching and learning: Preparing students for the new economy. The Highlight Zone Research, (5), 1–8.

Chandra, F. H., & Nugroho, Y. W. (2016). Implementasi Student Centered Learning Dengan Memanfaatkan Media Pembelajaran Digital Dalam Pembelajaran Dengan Menggunakan Metode “Flipped Classroom.Media Prestasi, XVIII(2), 40–50.

Darmawan, J. 2018. Menjadi Guru Era Pendidikan 4.0. Lhokseumawe: Serambi Indonesia

Degeng, N. S. 2013. Ilmu Pembelajaran: Klasifikasi Variabel untuk Pengembangan Teori dan Penelitian. Malang: Aras Media.

Falk, J. H., Heimlich, J. E., & Foutz, S. (n.d.). Free-Choice Learning and the Environment. United Kingdom: AltaMira Press.

Harjali, Degeng, S. N. I., Setyosari, P., & Dwiyogo, W. D. (2015). Strategi Guru dalam Membangun Lingkungan Belajar yang Kondusif : Studi Fenomenologi pada Kelas-kelas Sekolah Menengah Pertama di Ponorogo. Jurnal Pendidikan, 23 (April), 10–19.

Holil, M. 2018. Pendidikan Era Revolusi Industri 4.0. Jakarta: Harian Kompas

Joyse, Bruce and Weil, M. 2003. MODELS OF TEACHING (Fifth). New Delhi: Prentice Hall of INDIA Private Limited.

SEAMEO Center Indonesia. 2019. Apa itu SEAMEO-SEAMOLEC?. Jakarta: Sekretariat jenderal kementerian Pendidikan dan kebudayaan

Zahroh, N. 2019. Penjaga Tol Langit Pendidikan Era 4.0. (Online): https://anikzahroh.blogspot.com/2019/03/penjaga-tol-langit-pendidikan-era-40.html. Diakses tanggal 15-5-2019.




APPENDIX 1

SUSUNAN PENGURUS VCT INDONESIA BATCH 3 GROUP 70 JATIM 6

  

APPENDIX 2

JADWAL PENAMPILAN SAYA DALAM VICON (VIDEO CONFERENCE)
VCT INDONESIA BATCH 3 GROUP 70 JATIM 6

Kamis, 7 Maret 2019
1. Sesi 8, pukul 18.15-19.15
    Presenter: Ni'matuz Zahroh
    Instansi: MTsN 5 Jombang
    Judul: Meningkatkan Mutu Guru melalui Lesson Study. 
    Moderator: Risdwi Widjiastuti (SMKN 5 Malang)
    Host: Lilik Idayati (SMAN 2 Trenggalek)
2. Sesi 9, pukul 9.15 -10.15
    Presenter: Lilik Idayati
    Instansi: SMAN 2 Trenggalek
    Judul: Menuju Sekolah Adiwiyata
    Moderator: Ni'matuz Zahroh (MTsN 5 Jombang)
    Host: Asrinah (SMPN 3 Nguling Pasuruan)

Jum'at, 8 Maret 2019
1. Sesi 8, pukul 19.25-20.25
    Presenter: Rudy Eko Prasetya
    Instansi:  SMK Pelita Nusantara Kediri
    Judul: Pemanfaatan AR (Augmented Reality) untuk Media Pembelajaran
    Moderator: Ni'matuz Zahroh (MTsN 5 Jombang)
    Host: Eko Suprapto (SMP Islam Al Azhaar Tulungagung)
2. Sesi 9, pukul 20.35-21.35
    Presenter: Gunawan Maryoto
    Instansi: SMPN 1 Prigen Pasuruan
    Judul: Quiz Online dengan Google Form
    Moderator: Asrinah (SMPN 3 Nguling Pasuruan)
    Host: Ni'matuz Zahroh (MTsN 5 Jombang)
Sabtu, 9 Maret 2019
1. Sesi 9, pukul 19.25 -20.25
    Presenter: Ni'matuz Zahroh
    Instansi: MTsN 5 Jombang
    Judul: Pembuatan Ecobrick di Lingkungan Sekolah
    Moderator: Asrinah (SMPN 3 Nguling Pasuruan)
    Host: Anita April Yani (SMAN 1 Plumpang Tuban)

Selasa, 12 Maret 2019
Sesi 9, Pukul 19.25-20.25
    Presenter: Yeni Dwi Susanti
    Instansi: SMPN 2 Lumajang
    Judul: Program GenRe menuju Generasi Emas
    Moderator: Siswati (SMAN 1 Kauman Tulungagung)
    Host: Ni'matuz Zahroh (MTsN 5 Jombang)

Kamis, 14 Maret 2019
Sesi 8, Pukul 18.15-19.15
    Presenter: Anita April Yani
    Instansi: SMAN 1 Plumpang Tuban
    Judul: Menggunakan Media Sparkol VideoScribe sebagai Media Pembelajaran Alternatif. 
    Moderator: Ni'matuz Zahroh (MTsN 5 Jombang)
    Host: Ririn Anggraini (SMAN 1 Panarukan Situbondo)

Jum'at, 15 Maret 2019
Sesi 2, Pukul 09.15-10.15
    Presenter: Faiqotur Rosidah
    Instansi: SMPN 3 Peterongan Jombang
    Judul: Literasi dalam K13 (Literasi dalam Pembelajaran)
    Moderator: Sri Handayani
    Host: Ni'matuz Zahroh (MTsN 5 Jombang)


APPENDIX 3

SERTIFIKAT PELATIHAN ONLINE
VCT INDONESIA BATCH 3 GROUP 70 JATIM 6



PENULIS

            Ni’matuz Zahroh adalah guru Bahasa Inggris di MTs Negeri 5 di Jombang, Jawa Timur. Dia memperoleh gelar sarjana dalam Pendidikan Bahasa Inggris dari Departemen Pendidikan Bahasa Inggris STKIP PGRI Jombang, Jawa Timur, pada tahun 1999. Dan memperoleh gelar Master dalam Pendidikan Bahasa Inggris dari Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Jawa Timur, pada tahun 2011. Dia telah mengajar bahasa Inggris di MTs Negeri sejak tahun 1999. Minatnya terutama di bidang pengajaran bahasa Inggris dan pembelajaran berbasis IT. Dia telah mengembangkan bahan ajarnya sendiri, terutama bahan bacaan, karena dia menyadari bahwa tingkat kemampuan siswa harus dipertimbangkan dalam memilih bahan dengan tujuan membantu mereka dapat lebih mudah memahami teks. Dia aktif terlibat dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Inggris MTs Negeri di Jombang. Dia juga aktif menghadiri sejumlah lokakarya, konferensi dan seminar dalam pengajaran bahasa Inggris, baik di tingkat lokal, Nasional, maupun Internasional. Saat ini, dia tercatat sebagai salah satu Instruktur di SEAMEO VCT Indonesia Batch 4 Jatim 79.8 wilayah Kediri, Jombang dan Nganjuk. Email:anik.zahroh@gmail.com