Laman

Thursday, December 1, 2016

Selamat Datang Bulan Maulid

مرحبا بربيع الأول يا شهر مولد الحبيب المعظم

Marhaban Ya Syahrul Rabiul Awwal,  Syahrul Maulid Nabi Muhammad Saw..

يا نبي سلام عليك 
يارسول سلام عليك
يا حبيب سلام عليك 
صلوات الله عليك

Ya ALLAH... Semoga Engkau Terima Sholawat Kami kepada Nabi Muhammad Saw..

اللَّهمَّ صلِّ على سَيِّدِنا محمد وعلى آل سَيِّدِنا محمد

Sebuah Cerita

Ketika Ghandi Peringati Maulid Nabi
Seperti Soekarno dan Castro, Mahatma Ghandi adalah satu dari Legenda negara-negara modern. Ia tokoh yang mampu mengubah segala hal dilingkungannya yang dilihat orang biasa menjadi prinsip dan inovasi yang mempengaruhi orang disekitar untuk melakukan reformasi sosial.

Dengan prinsip itu ia memfokuskan energinya untuk tujuan inovatif, yaitu mengurangi kemiskinan, memperjuangkan hak wanita, membangun kesatuan antara agama dan etnis, memperkuat kemandirian ekonomi dan membantu India meraih kemerdekaan dari Inggris, "tanpa perlawanan senjata".

Darimana Ghandi menemukan formula rahasia untuk mengolah kultur bangsanya menjadi kekuatan dahsyat mengalahkan senjata dan teknologi canggih milik Inggris?

Buku Gandi wal Islam wal La Unfi wa Tamasuk bilhaq (Ghandi dan Islam serta Asas tanpa kekerasan dan berpegang teguh pada kebenaran), menjelaskan fakta-fakta yang tidak pernah saya temukan dibuku-buku sebelumnya.

Mahatma Ghandi yang lahir tahun 1869 di Gujarat India mengeyam pendidikan tinggi di Inner Temple Inggris. Setelah ia menyelesaikan pendidikannya ia bekerja di lembaga hukum Bombay. Sebuah Organisasi Dagang yang dipimpin Dad Abdullah meminta dia menyelesaikan sengketa hukum di Afrika Selatan.
Ghandi tinggal selama 21 tahun disana. Selama itu dia menetap di Asrama Syeikh Sufi Syisti Syah ghulam Muhammad. Ia mempunyai kedekatan dengannya. Dan mengikuti khalwat-khalwatnya. Terlibat dalam aneka pelayanan yang dilakukan para "santri" di asrama tersebut, seperti membersihkan kamar mandi dan pelahanan lainnya, yang dilakukan siapapun tanpa melihat status sosial. Mengingat masa ini Ghandi menulis,
"Ketika Aku menetap di Afrika Selatan, aku mempunyai hubungan kuat dengan saudara muslim disana. Aku bisa mempelajari kebiasaan, pemikiran dan tujuan-tujuan mereka. Aku hidup ditengah saudara muslim 20 tahun lamanya. Mereka memperlakukanku layaknya keluarga. Mereka memberitahu istri dan saudaranya supaya tidak menutup wajah dengan cadar dihadapanku".

Pada tahun 1915 Ghandi kembali ke India, kemudian memimpin gerakan sosial untuk melawan penjajahan Inggris. Konsep kunci Ghandi dalam melawan penjajah adalah Satyagraha; transformasi informasi kepada masyarakat, melawan tanpa perlawanan, dan perjuangan tanpa kekerasan. Gagasan Ghandi diterima baik oleh Maulana Kalam Azad yang mewakili umat Islam India.
Menurut Kalam Azad, prinsip perjuangan Ghandi tidak bertentangan dengan Islam, karena bukan soal akidah melainkan politik. Setelah perundingan antara Ghandi dan Kalam Azad, Ghandi ditangkap Inggris dan dipenjara antara tahun 1922-1924. Dipenjara ia menulis otobiografi dan membaca Sirah Nabi saw yang ditulis Syeikh Syibli al-Nu'mani dan Biografi sahabat Nabi, (auraq min hayati Ashab Nabi) karya Maulana Hadrah Muhani.

Ghandi menulis,
"Aku menjadi lebih yakin dari sebelumnya, bahwa bukan pedang yang menjaga kejayaan Islam berabad-abad lamanya. Akan tetapi kelembutan pribadi Nabi, kerendahan hati Nabi yang sempurna, penghormatannya terhadap perjanjian, keikhlasan Nabi terhadap Sahabat dan pengikutnya, dan kuatnya keyakinan Nabi pada Allah dan kerasulannya. Sifat-sifat Nabi inilah yang membuat Islam berjaya, dan bukan karena pedang. Dengan sifat ini semua berada dibelakang Nabi dan mereka mengalahkan segalanya".

Pada tahun 1934 saat Ghandi menyampaikan sambutan peringatan Maulid Nabi saw, Ghandi mengenang saat-saat ia dipenjara pada 1922-1924, ia mengatakan,
"Nabi seorang yang fakir, zuhud dalam segala sesuatu, padahal jika Nabi mau, beliau bisa hidup kaya raya. Aku merasakan tangis bahagia, saat mengetahui bahwa Nabi bersama sahabat dan keluarganya dengan suka rela memilih hidup miskin. Lalu bagaimana bagi pencari hakikat sepertiku tidak menaruh hormat pada orang yang akalnya selalu bergantung kepada Allah. Sepanjang hidupnya selalu takut kepada Allah dan sayangnya pada manusia tak terbatas".

Saya bertanya Maulana Habib tentang murid beliau yang beragama Hindu, kemana-mana membawa tasbih dan bersholawat. Kata beliau bahwa muridnya telah beriman namun belum bersyahadat (belum Islam). Ghandi boleh jadi juga sama. Apa salahnya kita husnudzan kepadanya.
Tapi pertanyaannya, kenapa kita yang Islam dari bayi tidak bisa mendapat pancaran cahaya Nabi, seperti Ghandi mendapatkan dan mampu meneladaninya? Nabi yang penuh welas asih seperti dikatakan Ghandi. Mungkin karena kita jarang membaca sirahnya apalagi keluar uang untuk memperingati kelahirannya.

Wah pelit banget ya... 

0 comments: