This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Laman

Friday, January 31, 2020

Corona (قرن) Vs كرونا Virus Wuhan


Ada-Ada Saja! Corona (قرن) Dihubungkan dengan كرونا Virus Wuhan Itu

Beberapa hari ini dari beberapa grup WA yang saya ikuti selalu muncul tulisan berbahasa Arab "Qorona-Khalaqa-Zamana-kadzaba" yang teks tersebut berasal dari Buku pembelajaran mengaji dengan metode "Iqra'" yang dirajut oleh KH. As'ad Umam.

Dalam teks tersebut, ada potongan huruf dengan tiga huruf berurutan dan dibaca menjadi satu kalimat Qorona dan seterusnya, mencoba untuk dihubungkan, dikaitkan, dicocokkan dengan Virus Corona yang lagi merebak di China beberapa hari ini.

Dari kata pertama (kalau kata ini di sambung), sudah tidak memiliki arti yang sesuai dengan keinginan si penyebar, kata Qorona (َقَرَن) bermakna "Menghubungkan, Memasangkan, Menggabungkan, Menggandengkan, Merangkaikan" kalau kata ini dihubungkan dengan virus juga tidak benar, karena Corona dalam bahasa Arab (yang banyak digunakan) tidak menggunakan huruf "Qaf" tetapi "Kaf" كرونا tetapi kalau dipaksakan ia bisa saja, namanya dipaksakan.

Kemudian, mengapa kata "Qorona" saja yang dibiarkan tanpa makna, sedangkan kalimat setelahnya diberi makna walau tidak nyambung wkwkwwk.... Kita perhatikan sekilas (tidak usah detail lo), kata "Kholaqa" diartikan "Tercipta" ini sudah tidak sambung (kecuali pakai kabel listrik,wkwkwwk). "Kholaqa" bermakna menciptakan dan pasti ada pelaku (Fa'il) dan Objek (Maf'ul). Tetapi kata ini diartikan tercipta, bukan mencipta.

Yang nulis ini (saya) sebenarnya juga tidak ada kerjaan, sebagaimana mereka yang mengirimkan tulisan Qorona itu. Tapi, minimal bisa menambah kosa kata bagi penikmat bahasa Arab. Bagi yang tidak menikmatinya, biarlah menjadi angin lewat.

Tetapi untuk orang awam tulisan itu dianggap keramat, buktinya dikirimkan dengan narasi yang bermacam-macam, walau saya juga orang awam lo wkwwkw... 😂

Wallahu a'lam

Sunday, January 26, 2020

Muhasabah Diri

Ketika dirimu gelisah
Sentuhlah hatimu
dengan lantunan ayat2 cinta dalam kitab-Nya

Ketika kau lemah
dan tak berdaya
Rangkum kembali
makna-makna kebersamaan
bersama saudara-saudaramu
agar saling menguatkan

Ketika kau lelah
dan mulai putus asa
Maka Allah akan tersenyum padamu
Yakinlah
tiada usaha halal yang sia-sia.

Ketika peluh dan kerja tak dihargai
Maka saat itu
kita sedang belajar tentang ketulusan.

Ketika usaha keras kita
dinilai sia-sia oleh orang lain
Maka saat itu
kita sedang memaknai keikhlasan

Ketika hati terluka dalam
karena tuduhan
atas hal yang tak pernah kita lakukan
Maka saat itu
kita sedang belajar tentang memaafkan.


Jombang, 27 Januari 2020
Anik Zahra

Saturday, January 25, 2020

Menulis atau Ditulis?


"Di dunia ini hanya ada 2 pilihan, menulis atau ditulis.,, Jika kamu tidak menulis, maka kamu akan ditulis.
Dan aku akan menulis tentangmu 😊"

Begitulah Tweet saya pagi ini ketika mengikuti kelas menulis fiksi dan non fiksi yang diselenggarakan oleh Balai Perpustakaan Mastrip Jombang pada hari minggu, tanggal 26 Januari 2020.

Sebagai upaya proses pembiasaan membaca dan menulis, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten jombang mengadakan kegiatan peningkatan wawasan di bidang Jurnalistik dan menulis fiksi. Kegiatan ini menghadirkan penulis cerpen dan puisi mas Miftachur Rozak alias Bang Jack dan Jurnalis Radar Jombang mas Shulton Arif. Kegiatan ini semakin semarak dan menarik ketika hadir pula Cak Andhi Kepik, owner Lentera Kecil Publisher.

Beberapa tips dan trik menulis puisi yang disampaikan oleh Bang Jack antara lain adalah:
1. Menulislah apa yang ada disekitarmu
2. Mulailah dengan beberapa kata yang terlintas
3. Jangan terlalu banyak menggunakan konjungsi
4. Upayakan tidak mengulang kata yang sama, alternatifnya bisa menggunakan sinonimnya
5. Gunakan kata yang senada pada setiap akhir kalimat atau bait-baitnya
6. Banyaklah membaca untuk referensi kata

Bang Jack juga mengatakan tulisan yang baik adalah tulisan jelek yang ditulis. Sebaliknya tulisan baik yang tidak pernah ditulis adalah tulisan jelek. Jangan menunggu punya inspirasi untuk memulai menulis. Apapun bisa dituangkan dalam sebuah tulisan. Jadi jangan menunggu waktu untuk menulis. Menulislah.... mulai dari sekarang.


Dalam kesempatan yang cukup singkat tersebut, Bang Jack meminta peserta untuk langsung praktek membuat puisi, peserta diminta untuk menerapkan tips dan trik dari beliau, dan membuktikan bahwa menulis itu tidak susah.

Seluruh peserta diminta untuk menulis puisi dalam waktu beberapa menit. Saya menulis puisi dengan mengambil tema Kelas Menulis yang sedang saya ikuti. Rasanya sebentar sekali waktu belajar menulisnya, tapi ilmunya banyak sekali. Benar-benar kelas menulis yang sangat singkat, padat, dan berbobot. Dan inilah puisi saya...

Hanya Sekejap
Waktu terasa begitu singkat
Ruang terasa begitu sempit
Setiap kesempatan datang begitu cepat
Silih berganti tak sempat terurai
Hanya menggoda sesaat,
Dan setelahnya lenyap ditelan kabut senyum yang dipaksakan mengembang.

Ada sejuta tanya tentang harapan
Ada seribu ragu tentang gelisah
Ada segenggam hangat tentang damai
Yang belum sempat .....

Puisi saya belum selesai guys, waktunya sudah habis... wkwkk 😂

Sesi kedua hadir pembicara non Fiksi. Beliau adalah mas Shulton Arif, seorang Jurnalis Radar Jombang. Beliau mengatakan bahwa menjadi wartawan itu gak enak, harus bisa berpikir jeli dan selalu berhati-hati dalam menyajikan sebuah berita. Beliau juga memberikan ruang kepada seluruh peserta untuk menulis dan kemudian akan difasilitasi untuk bisa diterbitkan di Koran Radar Jombang.


Saya merasa beruntung sekali bisa menjadi bagian dari kelas menulis fiksi dan non fiksi hari ini. Terimakasih tak terhingga saya ungkapkan untuk Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Jombang, khususnya kepada mbak Mahar sebagai panitia kegiatan ini. Saya telah mendapatkan banyak ilmu tentang menulis secara gratis, punya teman baru yang memiliki semangat yang sama, jadi punya link penerbit yang siap memfasilitasi karya-karya kita, plus suguhan nikmat yang disajikan oleh panitia, gratis pula 😅

Saya akan menulis, saya tidak mau hanya ditulis oleh orang lain. Tunggu karya-karya saya yaaa....

FRUSTRASI PUBLIKASI


Mengacu pada Permenpan dan RB Nomor 16 tahun 2009 serta Permendikbud Nomor 23 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya Guru, dalam tugasnya memang tidak hanya mengajar. Kita juga harus melakukan pengembangan diri dan kegiatan publikasi, dalam hal ini publikasi ilmiah. Bahkan jika dibandingkan, angka kredit publikasi ilmiah malah lebih tinggi dari angka untuk pengembangan diri.

Namun perkara membuat publikasi ilmiah bukan hal mudah. Tidak sedikit yang tersandung praktik-praktik ilegal demi tercukupinya syarat kenaikan pangkat. Ada saja celah si pemberi jasa karena memang permintaannya selalu ada saja. Fenomena yang menunjukkan bahwa guru masih menemui kesulitan mandiri bahkan frustrasi dalam membuat publikasi ilmiah.

Kita sebagai guru yang sehari-harinya berhadapan dengan banyak aktivitas rutin mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, tindak lanjut pembelajaran yang menyiklus hampir-hampir kehabisan waktu dan energi memang untuk pengembangan diri apalagi jam mengajar dan jumlah siswa yang cukup banyak.  Dengan waktu yang terbatas dan seabrek tugas rasa-rasanya kita ingin merdeka, ingin ada suatu cara bak pepatah sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Kita tentu sangat ingin sukses dalam pembelajaran, sekaligus sukses juga pada pengembangan diri serta publikasi ilmiah.




Tuesday, January 21, 2020

Model Format RPP (1 Lembar) Sesuai Surat Edaran Kemendikbud No 14 Tahun 2019

Contoh Format 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

No. ....................................
Nama Satuan Pendidikan : ................................
Mata Pelajaran/Tema : ........................................
Kelas/Semester : VII/Ganjil : ..............................
Materi Pokok : .......................................................
Alokasi Waktu : .....................................................

1. Tujuan Pembelajaran
 ....................................................................................
 ....................................................................................
 ....................................................................................

2. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
 2.1. Alat dan Bahan
 2.1.1. Alat :
 ....................................................................................
 ....................................................................................

 2.1.2. Bahan :
 ....................................................................................
 ....................................................................................

 2.1.3. Pertanyaan
 ....................................................................................
 ....................................................................................

 2.2. Siswa berlatih praktik /mengerjakan tugas halaman buku .....
 ....................................................................................
 ....................................................................................

 2.3. Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok/individu
 ....................................................................................
 ....................................................................................

 2.4. Menyimpulkan dan Penilaian Pembelajaran
 2.4.1. Keseimpulan Pembelajaran
 ....................................................................................
 ....................................................................................

 2.4.2. Penilaian
 ....................................................................................
 ....................................................................................

 .................................... 20....
 Mangetahui                    Guru Mata Pelajaran
 Kepala Sekolah

 ...................................        .......................................
 NIP                                    NIP

 *Catatan : Komponen lainnya sebagai pelengkap.



Contoh Format 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : ...................................
Mata  Pelajaran          :  .................................
Kelas / Semester :  ..................................
Alokasi waktu         :    ....  X   40  menit

A. KD dan INDIKATOR
Komptensi   Dasar                   Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1 3.1.1
3.1.2
4.1 4.1.1.


4.1.2

B. .TUJUAN
( Penulisan tujuan  sesuai permendikbud  no.22  ttg  standar proses   berdasarkan  KD  )
Melalui pendekatan saintifik dengan menggunakan model Genre Based Approach, peserta didik dapat membedakan dan menangkap makna, serta menyusun teks deskriptif lisan dan tulis mengenai tempat wisata dan bangunan bersejarah terkenal, sesuai dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan, secara benar dan sesuai konteks dengan kreatif, mandiri, serta dapat bekerjasama

C. KEGIATAN  PEMBELAJARAN 
 Kegiatan Pendahuluan
1. Apersepsi 
2. Motivasi
3.

Kegiatan Inti   (  dimunculkan  sintaks  model  pembelajaran dan  deskripsinya )
1. BKOT (Building knowledge of Field/ Tanya jawab untuk “membangun” pengetahuan, penemuan) ………
2..MOT (Modelling of Text)/ Mendengarkan penjelasan (text) yang bsa menggugah untuk melengkapi (merespon) : ………
3.JCOT ( Joint Constructions of Text (Menjawab/mengerjakan / Menyelesaikan tugas pelajaran secara berkelompok (kerjasama.: ………
4.ICOT ( individual Constructions of Text/ Sisw secara individu mampu menceritakan kembali atau menyimpulkan text materi pelajaran saat itu.
5. STEM (Sains, Technologi, Tehnik dan Matematika : ………
6. HOTS

Kegiatan Penutup
1. Refleksi dan kesimpulan
2. Penugasan
3. Kesiapan pertemuan berikutnya

D. PENILAIAN
Penilaian Sikap                : Observasi selama kegiatan berlangsung
Penilaian Pengetahuan :  Tes  tertulis  dan   Penugasan
Penilaian Keterampilan :   Penilaian Produk, Peniaian  Praktek

Mengetahui ……………,         2020
Kepala Sekolah  Guru  Mapel

_____________ __________________
NIP NIP

LAMPIRAN  
INSTRUMEN   EVALUASI.


Monday, January 20, 2020

Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru di Era Revolusi Industri 4.0

Kata "pedagogi" berasal dari Bahasa Yunani kuno (paidagōgeō) país: anak dan ági: membimbing; secara literal berarti "membimbing anak”). Ilmu pedagogi membahas masalah atau persoalan-persoalan dalam pendidikan dan kegiatan-kegiatan mendidik, antara lain seperti tujuan pendidikan, alat pendidikan, cara melaksanakan pendidikan, anak didik, pendidik dan sebagainya. Pedagogi  secara literal adalah seni dan ilmu pengetahuan tentang mendidik anak-anak dan sering digunakan sebagai sebuah sinonim untuk suatu pengajaran. Secara lebih tepatnya, pedagogi mewujudkan pendidikan yang berfokuskan guru.

Guru sebagai aktor utama proses pedagogik senantiasa perlu meningkatkan kompetensinya guna melaksanakan proses pembelajaran yang menarik yang dapat melibatkan siswa aktif selama proses pembelajaran. Terlebih lagi dalam era revolusi 4.0 saat ini, guru harus selalu update terhadap informasi yang demikian cepat terbagi melalui media online. Guru harus mampu memahami kebutuhan belajar siswa dan memanfaatkan alat dan sumber belajar yang tepat sehingga bisa menarik minat belajar siswa.

Secara fitrah, manusia belajar dengan cara dan gaya yang bervariasi. Diantara gaya belajar yang sudah populer dikenal dalam dunia pendidikan meliputi: (1) visual, (2) auditory, dan (3) kinestetik. Dalam pelaksanaan tugas-tugasnya, guru perlu memahami kondisi perkembangan anak didik. Peserta didik yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan sosial dan ekonomi yang berbeda cenderung memiliki cara dan gaya belajar yang bervariasi. Adanya gaya belajar yang berbeda-beda ini juga menyebabkan sikap siswa terhadap pembelajaran cukup bervariasi. Lebih lanjut, kasus-kasus atau permasalahan pembelajaran di kelas mengalami perkembangan yang semakin kompleks.

Oleh karena itu, guru harus meningkatkan kompetensi pedagogik agar dapat membantu siswa belajar dalam suasana nyaman dan tertib, menciptakan ruang kelas yang kondusif, serta menerapkan teknik/metode pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.

Tugas makin berat kini disandang guru. Tidak hanya sebagai pendidik ilmu pengetahuan dan membentuk karakter luhur siswa. Guru kini juga menjadi fasilitator bagi peserta didik. Perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat menuntut perubahan pola pikir guru. Bagi siswa, guru tidak cukup lagi hanya berdiri di depan kelas dan menjadi sumber utama ilmu pengetahuan selain buku.

Sejak revolusi industri generasi ketiga yang ditandai dengan kemunculan teknologi digital dan internet, sumber ilmu pengetahuan sangat melimpah. Murid bisa mencari ilmu pengetahuan apapun dari beragam sumber. Di era revolusi industri generasi keempat atau Revolusi Industri 4.0 kini, informasi dan sumber pengetahuan lebih melimpah lagi. Sehingga, kondisinya tidak lagi mencari informasi tetapi memilih dan memilah informasi yang sangat berlimpah di tengah masyarakat.

Di sinilah, posisi guru sangat berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa agar siswa bisa memilih pengetahuan yang bermanfaat. Untuk menjadi fasilitator, tentu saja guru juga harus mengetahui perkembangan informasi yang berkembang di masyarakat.

Selama ini, hasil penilaian menunjukkan bahwa peserta didik Indonesia masih lemah dalam higher order thinking skill/HOTS; seperti menalar, menganalisis, dan mengevaluasi. Fakta tersebut mendorong upaya penguatan kemampuan penalaran peserta didik dalam pembelajaran. Peserta didik perlu dilatih dan dibiasakan mengerjakan soal-soal yang mendorong kemampuan berpikir kritis dan menghasilkan solusi, sebagai salah satu kecakapan untuk bersaing di abad ke-21.
Oleh karena itu perlu ada transformasi mendasar pada sistem pendidikan di negeri ini. Sistem yang dimaksud berupa pendidikan yang benar-benar memberikan ruang kreativitas bagi anak dengan para guru yang bisa menjadi motivator dalam meningkatkan kompetensi anak. Lembaga pendidikan seharusnya menggunakan metode belajar yang tidak hanya abstraksi membaca buku lalu ujian. Namun lebih memandang kepada persoalan nyata atau tematik dan itu membutuhkan paradigma yang berkembang di masa mendatang.
Kalau mau jujur, era revolusi industri 4.0 juga mengubah cara pandang tentang pendidikan. Perubahan yang dilakukan tidak hanya sekadar cara mengajar, tetapi jauh yang lebih esensial, yakni perubahan cara pandang terhadap konsep pendidikan setidaknya harus mampu menyiapkan anak didiknya menghadapi tiga hal. Pertama, menyiapkan anak untuk bisa bekerja yang pekerjaannya saat ini belum ada; Kedua, menyiapkan anak untuk bisa menyelesaikan masalah yang masalahnya saat ini belum muncul, dan Ketiga, menyiapkan anak untuk bisa menggunakan teknologi yang sekarang teknologinya belum ditemukan. Sungguh sebuah pekerjaan rumah yang tidak mudah bagi dunia pendidikan. Untuk bisa menghadapi semua tantangan tersebut, syarat penting yang harus dipenuhi adalah bagaimana menyiapkan kualifikasi dan kompetensi guru yang berkualitas. Pasalnya, di era revolusi industri 4.0 profesi guru makin kompetitif.
Setidaknya terdapat lima kualifikasi dan kompetensi guru yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan era revolusi industri 4.0. Kelimanya meliputi: PertamaEducational competence, kompetensi mendidik/ pembelajaran berbasis internet of thing sebagai basic skill di era ini; Kedua, Competence for technological commercialization, punya kompetensi membawa siswa memiliki sikap entrepreneurship (kewirausahaan) dengan teknologi atas hasil karya inovasi siswa; Ketiga, Competence in globalization, dunia tanpa sekat, tidak gagap terhadap berbagai budaya, kompetensi hybrid, yaitu global competence dan keunggulan memecahkan problem nasional; Keempat, Competence in future strategies, dunia mudah berubah dan berjalan cepat, sehingga punya kompetensi memprediksi dengan tepat apa yang akan terjadi di masa depan dan strateginya, dengan cara joint-lecture, joint-research, joint-resources, staff mobility dan rotasi, paham arah SDG’s, dan lain sebagainya. Kelima, Conselor competence, mengingat ke depan masalah anak bukan pada kesulitan memahami materi ajar, tapi lebih terkait masalah psikologis, stres akibat tekanan keadaan yang makin komplek dan berat.
Selain itu, pengembangan system cyber dalam dunia pendidikan akan memungkinkan guru dapat memberikan materi ajar yang mutakhir sesuai perkem­bangan zaman, karena langsung dapat menayangkan materi itu dalam ruang kelas secara online.  Dengan kata lain, pemba­ngunan atau penyediaan fasilitas jaringan cyber sebagai bagian integrasi dengan jaringan teknologi informatika di lembaga pendidikan akan mencip­takan berbagai kemudahan, baik dalam adminsitrasi akademik, non akademik, dan proses belajar me­ngajar, yang bermuara kepada pe­ningkatan kua­litas SDM output dari sebuah lembaga pendidikan.  Bila hal ini dapat terwujud secara me­rata di seluruh penjuru tanah air maka pendidik di Indonesia mampu memasuki pendidikan era revolusi Industri 4.0. Semoga!!!

Sunday, January 19, 2020

SPIRITUAL DI ATAS PENGETAHUAN

Mencuatnya protes terhadap pelaksanaan UN sebenarnya bukan hal yang baru. Setiap tahun, setiap pergantian Menteri isu UN tolak terima tetap menjadi hangat saat menjelang pelaksanaannya. Pemerintah memaksa UN meski dengan berbagai alasan semisal ukuran apa yang dapat dipakai untuk pemetaan sekolah?. Dominan guru menolak UN karena apa hanya 4 bidang studi saja yang paling penting untuk pemetaan? Untuk menentukan kualitas sekolah? Sementara ada 10 bidang studi lainnya yang juga diajarkan lebih dari 2 tahun? Apa sisa bidang studi UN tidak dianggap bidang studi penting?.

Sorotan terhadap nilai UN semakin mencuat negatif karena pendidikan Indonesia lebih mengutamakan pada pemenuhan sisi kognitif ketimbang sisi afektif siswa. Ukuran UN seolah menjadi pembeda mana sekolah yang memiliki kualitas, mana sekolah yang perlu dibenahi kualitasnya. Padahal guru selalu diwanti-wanti tidak sekedar mengajar, guru punya tanggungjawab moril memberikan penguatan sisi karakter siswa termasuk sisi spiritualitas.

Aspek Kompetensi Inti sepertinya hanya menjadi pelengkap di dokumen RPP saja, tanpa ada ukuran menilainya. Fokus kualitas dan evaluasi sepertinya hanya milik kompetensi dasar kognitif dan afektif. Sejatinya hasil belajar siswa merupakan sesuatu yang komprehensif, baik secara pengetahuan terlebih spiritual. Harus ada ukuran seseorang anak disebut memiliki sikap spiritual yang baik, karena dalam ajaran agama pun sisi spiritual derajatnya lebih tinggi dari sisi pengetahuan.

Guru jangan hanya mengeluhkan sikap anak yang nakal sementara ukuran penilaiannya tidak ada, tidak pernah diuji apalagi dianalisis sisi spiritual seorang anak sehingga layak dilabeli nakal atau tidak bermoral. Bisa jadi guru punya andil membuat sikap spiritual siswa semakin buruk karena sering melabeli siswa dan mencoba memberi tindakan istimewa bagi siswa yang baik.

Persepsi yang kurang tepat dalam keluarga maupun lembaga pendidikan bahwa proses pembelajaran hanya mengedepankan kecerdasan intelektual, tanpa mementingkan kecerdasan spiritual. Padahal pada saat ini sangat minim siswa yang menerapkan nilai-nilai kejujuran dalam kehidupan sehari-hari baik ketika ia masih di sekolah maupun setelah lulus dari lembaga pendidikan. Untuk itu, nilai-nilai spiritual seperti kesopanan, kejujuran, kedisiplinan dan sebagainya harus di terapkan kembali. Karena kecerdasan intelektual tidak akan sempurna jika tidak didampingi dengan kecerdasan spiritual.

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa penilaian spiritual itu sangatlah penting untuk dilakukan dalam setiap pembelajaran dan tidak semata-mata dalam pembelajaran agama saja. Sehingga, jika setiap pembelajaran dapat menanamkan sikap spiritual yang baik, maka sangatlah mungkin kehidupan berbangsa dan bernegara kita akan lebih baik serta hal-hal yang jauh dari sikap spititual seperti kenakalan remaja, narkoba, bahkan korupsi akan hilang dari bumi negara tercinta kita Indonesia.

Amin....

Thursday, January 2, 2020

Guru MTsN 5 Jombang Juara 1 Guru Madrasah Berprestasi Tingkat Kabupaten Tahun 2019


Sejalan dengan amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, maka Pendidikan Madrasah adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sumber Daya Manusia (SDM) bermutu dan berdaya saing yang dihasilkan Pendidikan Madrasah diharapkan dapat menjadi generasi emas bangsa yang berkemampuan kompetitif dalam era global. Upaya pengembangan kualitas mutu input, proses, dan output Pendidikan Madrasah menjadi agenda penting yang perlu dilakukan secara berkesinambungan. Tenaga pendidik dan kependidikan dalam konteks proses pendidikan di madrasah memiliki peran strategis dalam mewujudkan tujuan nasional pendidikan. Inovatif, kreatif, dan produktif dalam mengemban kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan menjadi suatu keniscayaan yang harus dimiliki insan profesional di bidang pendidikan tersebut.

Dalam rangka percepatan pengembangan kualitas mutu tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jombang melalui Seksi Pendidikan Madrasah menyelenggarakan Kompetisi Guru, Kepala dan Pengawas Madrasah Berprestasi Tingkat Kabupaten Jombang Tahun 2019. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk memberikan motivasi sekaligus penghargaan bagi guru, kepala, dan pengawas madrasah di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jombang dalam mengemban amanah dan jabatan profesionalnya. Dengan demikian, kompetisi yang positif dalam mengembangkan pendidikan madrasah diharapkan pula akan terwujud tumbuh dan berkembang sejalan dengan tuntutan perkembangan pada skala regional, nasional, maupun internasional.

KOMPETISI GURU, KEPALA, DAN PENGAWAS MADRASAH BERPRESTASI

Kompetisi Guru, Kepala dan Pengawas Madrasah Berprestasi bertujuan untuk:
1. Mendorong dan meningkatkan motivasi dan profesionalisme Guru, Kepala dan Pengawas Madrasah dalam pelaksanaan tugas profesionalnya.
2. Menciptakan guru, kepala madrasah, pengawas madrasah yang mampu berkontribusi dalam membangun suasana pembelajaran pada satuan pendidikan RA dan Madrasah.
3. Meningkatkan daya kreatifitas dan inovasi guru, kepala madrasah, pengawas madrasah pada satuan pendidikan RA dan Madrasah.
4. Memberikan apresiasi dan penghargaan kepada guru, kepala madrasah dan pengawas madrasah pada satuan pendidikan RA dan madrasah yang memiliki kompetensi, dedikasi dan prestasi dalam menjalankan tugas.
5. Memberikan pengakuan kepada guru, kepala madrasah dan pengawas madrasah yang berprestasi pada satuan pendidikan RA dan Madrasah.

Kegiatan Kompetisi Guru, Kepala, dan Pengawas Madrasah ini diharapkan dapat memberikan kemanfaatan antara lain; Meningkatnya motivasi Guru, Kepala dan Pengawas Madrasah untuk meningkatkan kinerja, disiplin, dedikasi, dan loyalitas untuk kepentingan masa depan bangsa dan negara. Meningkatnya harkat, martabat, citra, dan profesionalisme Guru, Kepala dan Pengawas Madrasah melalui prestasi. Meningkatnya inovasi, kreatifitas, dan produktifitas Guru, Kepala dan Pengawas Madrasah dalam pendidikan dan pembelajaran. Meningkatkanya interaksi positif antar-peserta dan antar-madrasah melalui tukar pengalaman praktik terbaik pendidikan dan pembelajaran.

Penilaian dalam kompetisi ini ada dua tahap. Tahap pertama, penilaian berkas yang meliputi Dokumen portofolio(Pf) dan Karya tulis ilmiah (KTI). Tahap kedua, penilaian Presentasi dan wawancara tentang penguasaan, pemahaman dan wawasan tentang pengembangan bakat, potensi dan prestasi peserta didik atau pengembangan masyarakat (bagi guru), pengembangan satuan pendidik(bagi Kepala RA dan Madrasah), atau pengembangan profesionalisme guru atau Kepala Satuan Pendidikan (bagi pengawas).

MTsN 5 JOMBANG  JUARA 1 KATEGORI GURU


Final Kompetisi Guru, Kepala dan Pengawas Madrasah Berprestasi Tahun 2019 Tingkat Kabupaten Jombang yang dilaksanakan pada hari Jum'at, tanggal 20 Desember 2019 bertempat di Aula Darussalam diikuti oleh 35 Guru, Kepala dan Pengawas Madrasah terpilih; dengan rincian 3 orang Kategori Guru Madrasah masing-masing jenjang (RA, MI, MTs, MA); 4 orang Kategori Kepala Madrasah masing-masing jenjang (RA, MI, MTs, MA); dan 8 orang Pengawas Madrasah. Dalam kesempatan tersebut, para finalis harus mempresentasikan Karya Tulis Ilmiah yang ditulisnya sekaligus wawancara berkaitan dengan dokumen portofolio yang telah dikumpulkan.

Finalis kategori Guru MTs

Ni'matuz Zahroh (biasa dikenal dengan panggilan Miss Anik), salah satu guru MTsN 5 Jombang Jawa Timur yang mengampu mata pelajaran Bahasa Inggris ikut berpartisipasi dalam Kompetisi  tersebut dan berhasil mendapatkan Juara 1 untuk kategori Guru MTs. Dalam Karya Tulis Ilmiah yang ditulisnya, beliau membahas tentang budaya literasi terutama tentang mudahnya menulis bagi siswa (cerita pengalaman siswa) dengan menggunakan metode Back and Draw Activity. Kunci keberhasilan beliau dalam mengikuti kompetisi tersebut adalah banyak membaca dan mempelajari situasi dan kondisi yang sedang booming di era disrupsi revolusi industri 4.0



Era disrupsi yang dipenuhi kemajuan teknologi informasi yang sedemikian pesatnya, adalah sebuah keniscayaan bahwa guru harus menguasai teknologi untuk kemudian digunakan sebagai media pendukung dalam kegiatan pembelajaran. Kepada para guru-guru Madrasah yang hebat, jangan pernah puas dengan ilmu yang anda miliki. Anak-anak milenial saat ini banyak yang terdegradasi, meniadakan guru. Karena mereka lebih percaya belajar dengan Aplikasi-aplikasi online, seperti RuangGuru, dll. Guru harus bisa introspeksi diri, agar siswa-siswa tidak memunafikkan eksistensi guru.


Semangat menjadi guru Madrasah yang profesional dan moderat di era disrupsi.
Dirgahayu Hari Bakti (HAB) Kementerian Agama Republik Indonesia ke-74 Tahun 2020, "Umat rukun, Indonesia maju"


Daftar nama Juara 1,2, dan 3
Guru, Kepala, dan Pengawas Madrasah

Juara 1,2, dan 3 Guru dan Kepala MTs



Jombang, 3 Januari 2020
Anik Zahroh

Wednesday, January 1, 2020

KEKUATAN CINTA (Mengenang Gus Dur)

KH. Abdurrahman Wahid, akrab di panggil Gus Dur, lahir di Jombang Jawa Timur pada tanggal 7 September 1940, dan wafat di Jakarta pada tanggal 30 Desember 2009 dalam usia 69 tahun. Beliau adalah seorang tokoh muslim Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia ke empat sejak tahun 1999 hingga 2001. Beliau menggantikan Presiden B.J. Habibie setelah dipilih oleh MPR hasil pemilu 1999. Masa keprisedenan Gus Dur dimulai pada tanggal 20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Tepat 23 Juli 2001, kepemimpinannya digantikan oleh Megawati Soekarnoputri setelah mandatnya dicabut oleh MPR. Beliau adalah mantan ketua Tanfidziyah (badan eksekutif) Nahdlatul Ulama dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
KH. Abdurrahman Wahid, akrab di panggil Gus Dur, adalah bukan hanya seorang Presiden, tapi beliau juga seorang Kyai, Ulama, Guru, panutan umat, dan inspirator rakyat Indonesia. Beliau adalah tokoh idola saya. Beliau banyak mengispirasi saya dalam hampir seluruh sisi-sisi kehidupan saya.

Pagi ini, saya membaca salah satu tulisan putri beliau, mbak Alissa Wahid. Tulisan sederhana yang syarat makna. Tulisan singkat yang menggugah jiwa. Tulisan thread twitter (yang kata para tweeps adalah receh) yang bagi saya sangat menginspirasi. Saya ingin membagi tulisan ini untuk banyak orang, sehingga akan banyak orang yang terinspirasi akan beliau.



KEKUATAN CINTA
oleh : Alissa Wahid
Sepuluh tahun yang lalu, dalam penerbangan dari Yogyakarta ke Jakarta, sekitar pukul 18.30 WIB lebih, saya merasakan kedamaian dan ketenangan yang luar biasa. Saat itu saya tengah membaca Surah ar-Ra’du, memohon diberikan keteguhan dan keikhlasan hati untuk menerima yang terbaik bagi Bapak. Saya tertegun dalam rasa damai yang melimpah ruah di rongga dada menyebar ke sekujur tubuh serasa Lailatul Qadar. Tidak ada setitikpun emosi negatif. Semacam pengalaman trance, sisi psikolog saya berkata. 
Beberapa saat kemudian saya tahu bahwa bersamaan dengan hadirnya rasa damai itu, Bapak kembali pulang ke HaribaanNya. Jauh hari setelahnya, saya memaknai detik-detik itu sebagai anugerahNya bagi saya: sebuah momen melepas dan menerima perpisahan yang manis dengan lelaki yang paling saya cintai dalam kehidupan saya, tak terbatasi oleh jarak dan ketubuhan.
Sesampai di rumah Ciganjur, saya hanya sempat menangis sebentar saja memeluk ibu dan adik-adik saya. Setelahnya hanya tekad baja untuk memberikan pelayanan terbaik terakhir sebagai seorang anak kepada ayahnya. Menyiapkan segalanya untuk menyucikan Bapak, membaringkannya di tempat tidur yang saya pilihkan khusus untuk Beliau beberapa tahun sebelumnya, sebelum merapikan pakaian terakhirnya lalu diselimuti selembar kain batik Ibu. Berkoordinasi dengan paspampres, mengatur penerbangan, sampai berdebat dengan protokol negara.
Protokol meminta rumah disterilkan saat serah terima jenazah dari keluarga kepada Negara sebagai bagian dari Upacara Pemakaman Negara. Saya menolak dengan keras, “Bapak bukan hanya Presiden, beliau Kyai. Tahlil dari para peziarah lebih penting untuk mengiringi perjalanan beliau ke makam, daripada upacara negara. Kalau Negara tidak bisa menyesuaikan, kami pilih pemakaman tradisi kyai.” Barangkali hanya ini serah terima formal jenazah kepada Negara dilakukan dengan pihak keluarga tak beralas kaki.
Momen keharuan menyeruak dalam perjalanan dari Rumah Ciganjur ke bandara Halim, saat saya menyaksikan orang-orang berdiri di pinggir jalan, beberapa di antara mereka dengan sikap menghormat. Menggenapi haru atas doa dari berbagai jenis dan kelompok warga bangsa sejak detik wafatnya. Terlintas di benak, beginilah pemimpin yang dicintai, bukan ditakuti. Cinta sejati tidak bisa dipalsukan dan direkayasa, ia akan menampakkan diri sejatinya dalam tindakan murni tak berimbalan. 
Begitupun di Tebuireng, Jombang. Saya tak sempat menangis, kecuali saat menurunkan jenazah Bapak ke liang lahat. Siang itu, rasanya saya lebih sering memerintah sana-sini demi pemakaman yang terbaik, daripada merasakan kepedihan di hati. Berbagai kejadian terserap tanpa tercerna: mengatur komandan upacara (belakangan baru tahu bila itu panglima TNI), mbah Muslim yang menyabetkan sorbannya kepada tentara yang terlalu dekat ke liang lahat, surban kyai yang kami jadikan pengikat kain kafan, orang-orang yang memanjat pohon dan atap pondok pesantren sambil menangis demi bisa menyaksikan pemakaman, pelukan Gus Mus kepada kami, menerima bendera Merah Putih dari tangan Ibu (belakangan kami sepakati kain batik dan bendera ini diberikan kepada Inayah, yang hari itu harus berulangtahun dalam duka nestapa). 
Momen teremosional bagi saya justru saat selesai upacara pemakaman resmi dan rombongan Presiden SBY berbalik meninggalkan area makam, lalu mendadak hujan bunga. Kiranya, para peziarah yang tak yakin dapat mendekat lebih memilih untuk melemparkan bunga yang mereka pegang ke arah gundukan basah tempat jasad Gus Dur baru saja dimakamkan. Bunga yang deras berjatuhan bersama derasnya airmata laki-laki perempuan tua muda miskin kaya mengiringi lantunan kalimat Tauhid menjadi bukti cinta yang membahana. Syahdu dalam kepedihan. 
Baru hari-hari setelahnya, air mata yang tertahan itu meleleh tak terbendung sampai ratusan hari. Apalagi setelah mencoba menelusuri jejak Gus Dur di berbagai ruang. Setiap saat menemukan hal-hal baru, memberi makna atas sosok Gus Dur seutuhnya. 
Mendengar tentang Gus Dur dari mereka yang bersentuhan dengannya membuat saya semakin memahami betapa Gus Dur adalah milik semua orang yang merasa memilikinya. Sebagaimana digambarkan Kyai Zawawi Imron: kami yang tak punya alasan untuk meragukan cintamu kepada buruh pencangkul yang tak punya tanah atau kepada nelayan yang tidak kebagian ikan...
Sejak hari pemakaman itu, kehidupan saya berubah 180 derajat. Segala hal yang sebelumnya saya hindari, sekarang menjadi keseharian.Keinginan hidup dalam privasi setelah trauma periode istana,harus ditinggalkan. Keinginan berinvestasi finansial untuk menyamankan gaya hidup keluarga kecil, diganti dengan berinvestasi membangun gerakan murid Gus Dur. Keinginan untuk tenang memikirkan diri dan keluarga kecil sendiri harus berubah menjadi ketidaktenangan memikirkan nasib kelompok-kelompok lemah yang dulu dibela Gus Dur.
Tidak pernah terbayangkan harus menjadi Simbok gerakan ribuan orang di ratusan kota dalam Jaringan GUSDURian, mengisi panggung dan pertemuan dari tingkat desa sampai forum internasional, dan bahkan harus muncul di media massa (sesuatu yang tidak pernah membuat saya merasa nyaman), serta yang paling berat:bergaul dengan para politisi dan partai politik.Semuanya saya jalani sebagai harga yang harus saya bayar untuk meneguhkan cinta saya kepada Bapak,dengan cara melanjutkan apa yg menjadi perjuangannya. 
Dan saya tidak sendiri. Selain Ibu, suami, serta adik-adik saya, mereka yang mencintai Gus Dur dan mencintai Indonesia dari seluruh tanah air menyatukan tekad untuk merawat selendang kebangsaan yang telah diwariskan Gus Dur kepada kita. Selendang yang akhir-akhir ini dikoyak oleh hal-hal yang dulu ditentang oleh Gus Dur: sentimen primordial, pendangkalan pemahaman keagamaan, politik tuna etika, demokrasi tanpa falsafah, dan modernitas yang tak berporos martabat kemanusiaan. Semua yang mencintainya bahu-membahu untuk menjulurkan selendang kebangsaan ke seluruh penjuru negeri, mengayomi semua manusia yang direngkuhnya.
Pada akhirnya saya menyadari, warisan terbesar Gus Dur adalah CINTA. Dimulai dari cintanya kepada setiap manusia Indonesia, yang menjadi daya dorong luar biasa untuk memperjuangkan yang terbaik bagi semua – terutama mereka yang terabaikan dan terlemahkan. Diakhiri dengan cinta kita kepadanya, yang menjadi daya dorong luar biasa untuk meneruskan perjuangannya untuk mewujudkan Indonesia rumah bersama. 
Kekuatan Cinta.

...cintamu akan terus merayap ke seluruh penjuru angin dan tak mengenal kata usai, Gus Dur...

Alissa Wahid, penulis adalah putri sulung Gus Dur dan Koordinator Nasional Jaringan GUSDURian