This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Laman

Tuesday, October 17, 2017

Barokahnya Membaca Al Qur'an

Kata siapa membaca Al-Quran bikin habis waktu?

Membaca Al-Quran tidak akan mengurangi waktu kita. Justru sebaliknya, ia akan menambah waktu kita.

Secara hitungan matematika dunia, membaca Al-Quran tampak seakan-akan mengurangi waktu. Dari total 24 jam dalam sehari, seolah-olah berkurang sekian detik, sekian menit atau sekian jam jika digunakan untuk membaca Al-Quran.

Tapi, ketahuilah bahwa waktu yang kita gunakan untuk membaca Al-Quran itu sebenarnya tidak hilang begitu saja. Ia akan diganti oleh Allah dengan keberkahan yang berlipat ganda.

Apa itu keberkahan?

Keberkahan artinya pertambahan dan pertumbuhan. Wujudnya bisa bermacam-macam. Misalnya, pekerjaan kita beres, produktivitas kita meningkat, keuntungan kita bertambah, kesehatan kita terjaga dan seterusnya.

Itu adalah wujud keberkahan yang akan diperoleh oleh orang yang membaca Al-Quran.

Pernahkah kita mendengar tentang orang yang stress? Atau orang yang sedang kebingungan mencari inspirasi? Atau orang yang kesulitan menyelesaikan pekerjaannya? Atau orang yang waktunya habis sia-sia tanpa produktivitas?

Itu adalah bentuk-bentuk kehilangan umur yang disebabkan tidak berkahnya waktu.

Tahukah kita bahwa dahulu para ulama bisa menulis karya-karya agung yang jumlahnya melebihi bilangan umur mereka? Padahal saat itu belum ada mesin ketik, apalagi komputer. Semuanya ditulis manual dengan tangan dan peralatan yang sangat sederhana, ditambah kondisi yang lebih sulit daripada kondisi sekarang.

Mengapa mereka bisa? Jawabnya karena waktu mereka penuh berkah.

Dari mana keberkahan itu? Jawabnya dari membaca Al-Quran

Perhatikan kisah berikut:

Ibrahim bin Abdul Wahid Al-Maqdisi berwasiat kepada Adh-Dhiya Al-Maqdisi sebelum yang terakhir pergi menuntut ilmu :

Perbanyaklah membaca Al-Quran. Jangan kamu tinggalkan. Karena kemudahan yang akan kamu peroleh dalam pencarianmu akan berbanding lurus dengan kadar yang kamu baca.

Adh-Dhiya mengatakan; "Lalu aku renungi hal itu dan aku praktekkan berkali-kali. Setiap kali aku membaca banyak, semakin mudah aku menghafal hadits dan menulisnya. Jika aku tidak membaca, tidak mudah aku melakukannya."

Sumber: "Dzail Thabaqat al Hanabilah", karya Ibnu Rajab al Hambali.

Jadi, jelaslah bahwa membaca Al-Quran membawa keberkahan sehingga waktu yang kita miliki bisa lebih bermakna dengannya.

Jangan membaca Al-Quran di waktu luang, tapi luangkanlah waktu untuk membaca Al Quran. 😊

•┈┈┈┈┈•✿❁✿•┈┈┈┈┈•

Edisi Motivasi pribadi... 

Sunday, October 15, 2017

MBAH WAHAB HASBULLAH, KIAI SERBA BISA YANG TAK KENAL LELAH



Suatu hari KH Saifuddin Zuhri mengikuti perjalanan Mbah Wahab dari Jakarta ke Jawa Timur, Dari kesibukannya menghadapi pergolakan politik yang masih diselimuti awan hitam, Mbah Wahab mengajak KH Saifuddin Zuhri mengunjungi Jawa Timur, karena beberapa hari meninggalkan pesantrennya di Tambakberas, Mbah Wahab mengajak KH Saifuddin Zuhri singgah sebentar ke Tambakberas untuk menjenguk keluarganya, jam sepuluh malam mereka berdua tiba di Tambakberas.

KH Saifuddin Zuhri yang usianya masih muda tak dapat menahan letihnya, akan tetapi kondisi fisik Mbah Wahab malah sebaliknya, diusia yang bisa dibilang mulai sepuh tetap energik. Begitu masuk ndalem, Mbah Wahab menjumpai keluarga dan menyerahkan sedikit oleh-oleh dari Jakarta sambil menyerahkan sejumlah uang belanja rumah tangga, Nah, yang membuat KH Saifuddin Zuhri berdecak kagum adalah Mbah Wahab masih menyempatkan membenarkan lampu petromak yang nyalanya agak kurang beres, setelah petromak nyala dengan baik, Mbah Wahab mempersilahkan KH Saifuddin Zuhri untuk mandi, ganti pakaian, sembahyang, makan bersama. Setelah makan bersama, Mbah Wahab menatakan kamar tidur tamu untuk KH Saifuddin Zuhri sambil mempersilahkan tidur.

Sebelum KH Saifuddin Zuhri beranjak tidur, mengharap agar Mbah Wahab juga istirahat mengingat esok paginya masih melanjutkan perjalanan. Akan tetapi, apa dikata ternyata Mbah Wahab mengadakan pertemuan sekaligus briefing kepada sesepuh pondok tentang situasi dan perkembangan politik di Jakarta. KH. Saifuddin Zuhri akhirnya tak bisa istirahat pula, karena tertarik pertemuan itu yang memakan waktu dua jam.

Mbah Wahab “pirso” kalau KH Saifuddin Zuhri belum tidur terlihat ngantuk, akhirnya Mbah Wahab bersenandung kecil yang dikutip dari syair burdah sambil mengambil palu, catut dan paku untuk memperbaiki jendela yang rusak. Beberapa menit kemudian terdengar adzan dari masjid yang Cuma beberapa meter dari ndalem. Dengan nada humor Mbah Wahab berseru sambil membereskan alat-alat tukang kepada KH Saifuddin Zuhri:” Saifuddin, sholat subuh tidak bisa dijamak ta’khir lho”. Sebuah ajakan halus agar KH. Saifuddin Zuhri bangun dari tempat tidur untuk bergegas sholat bersama Mbah Wahab.

Seusai sholat subuh KH Saifuddin Zuhri melepaskan rasa lelahnya untuk tidur sekitar ssetengah jam, begitu bangun telah tersedia secangkir kopi dan kue, akan tetapi Mbah Wahab tidak kelihatan entah di mana. Ternyata Mbah Wahab mengajar santri di serambi Masjid. KH. Saifuddin Zuhri terkejut dan bertanya dalam hati, kapan beliau istirahat?, setelah Mbah Wahab usai mengajar, KH Safuddin bertanya” Mbah Kiai, Anda tidak tidur?”, Mbah Wahab menjawab dengan enteng “Ya tidur, kira-kira setengah jam, memangnya saya Malaikat?!”. Rupanya seusai Sholat Subuh Mbah Wahab tidur setengah jam di Mihrab Masjid sambil menanti waktu mengajar santri. Dalam benak KH Saifuddin Zuhri kagum bukan main “Luar biasa Mbah Wahab ini, tak kenal lelah”.

Kisah di atas, keteladanan yang bisa diambil dari sosok Mbah Wahab adalah disiplin waktu, tidak gengsi untuk melakukan pekerjaan rumah tangga (tanpa menyuruh khodam), dan menghormati tamu. Ada banyak keahlian seorang Mbah Wahab yang disaksikan para tokoh terdahulu, dan sekarang masih terbukti. Segala bidang beliau kuasai dengan baik. Beliaulah pencipta lagu Ahlul Wathon, Negarawan sejati, Pemimpin rumah tangga yang bertanggung jawab, dan penggerak (muharrik) pejuang sekaligus pengkader pemuda NU sepanjang masa, baik berupa ucapan lisan maupun melalui tulisan, dawuh-dawuhnya tetap relevan hingga masa kini.

Lahumal Fatihah..

Perbedaan Konten RPP K13 Revisi 2016 dan Revisi 2017

Dunia pendidikan selalu ramai dengan adanya perubahan-perubahan, baik itu kebijakan kurikulum, kebijakan untuk Guru, maupun kebijakan tentang sistem pendidikan yang ada di Indonesia.

Berikut akan saya tulis rangkuman dari perubahan dalam kurikulum pendidikan di Indonesia yang saya dapatkan dari beberapa diklat Bimtek yang bekerjasama dengan Balai Diklat Surabaya, Kantor Kemenag Wilayah Jawa Timur. Salah satunya membahas tentang perbedaan konten RPP k13 edisi revisi 2016 dan perbedaan RPP k13 revisi 2017.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat harus muncul empat macam hal yaitu PPK, Literasi, 4C, dan HOTS. Dengan adanya empat macam Hal tersebut, maka perlu kreatifitas guru dalam meramunya.

Perbaikan atau revisinya adalah :

1. mengintergrasikan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) didalam pembelajaran. Karakter yang diperkuat terutama 5 karakter, yaitu: religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas.

2. Mengintegrasikan literasi;
keterampilan abad 21 atau diistilahkan dengan 4C (Creative, Critical thinking, Communicative, dan Collaborative);

3.  Mengintegrasikan HOTS (Higher Order Thinking Skill.
Gerakan PPK perlu mengintegrasikan, memperdalam, memperluas, dan sekaligus menyelaraskan berbagai program dan kegiatan pendidikan karakter yang sudah dilaksanakan sampai sekarang.

Pengintegrasian dapat berupa :
a. pemaduan kegiatan kelas, luar kelas di sekolah, dan luar sekolah (masyarakat / komunitas).
b. pemaduan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
c. pelibatan secara serempak warga sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Perdalaman dan Perluasan dapat berupa:
a. Penambahan dan pengintensifan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada pengembangan karakter siswa.
b. Penambahan dan penajaman kegiatan belajar siswa, dan pengaturan ulang waktu belajar siswa di sekolah atau luar sekolah.
c. Penyelerasan dapat berupa penyesuaian tugas pokok guru, Manajemen Berbasis Sekolah, dan fungsi Komite Sekolah dengan kebutuhan Gerakan PPK.

Pengertian Literasi dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Literasi dapat dijabarkan menjadi Literasi Dasar (Basic Literacy), Literasi Perpustakaan (Library Literacy), Literasi Media (Media Literacy), Literasi Teknologi (Technology Literacy), Literasi Visual (Visual Literacy).

Keterampilan abad 21 atau diistilahkan dengan 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation). Inilah yang sesungguhnya ingin kita tuju dengan K-13, bukan sekadar transfer materi. Tetapi pembentukan 4C.  Beberapa pakar menjelaskan pentingnya penguasaan 4C sebagai sarana meraih kesuksesan, khususnya di Abad 21, abad di mana dunia berkembang dengan sangat cepat dan dinamis. Penguasaan keterampilan abad 21 sangat penting, 4 C adalah  jenis softskill yang pada implementasi keseharian, jauh lebih bermanfaat ketimbang sekadar pengusaan hardskill.

Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kurikulum 2013 juga menuntut materi pembelajarannya sampai metakognitif yang mensyaratkan peserta didik mampu untuk memprediksi, mendesain, dan memperkirakan. Sejalan dengan itu ranah dari HOTS yaitu analisis yang merupakan kemampuan berpikir dalam menspesifikasi aspek-aspek/elemen dari sebuah konteks tertentu; evaluasi merupakan kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan berdasarkan fakta/informasi; dan mengkreasi merupakan kemampuan berpikir dalam membangun gagasan/ide-ide.
Maka tidak mungkin lagi menggunakan model/metode/strategi/pendekatan yang berpusat kepada guru, namun kita perlu mengaktifkan siswa dalam pembelajaran (Active Learning). Khusus untuk PPK merupakan program yang rencananya akan disesuaikan dengan 5 hari belajar atau 8 jam sehari sedangkan untuk 2 hari merupakan pendidikan keluarga.

Thursday, October 12, 2017

11 Fase Kehidupan Manusia Dalam Falsafah Jawa

WIS TEKAN NGENDHI URIPMU

Ada 11 fase kehidupan manusia dalam falsafah Jawa sebagai berikut :

1. Maskumambang
Simbol fase ruh/kandungan di mana kita masih "mengapung" atau "kumambang" di alam ruh dan kemudian di dalam kandungan yang gelap.

2. Mijil
Mijil artinya keluar. Ini adalah fase bayi, dimana kita mulai mengenal kehidupan dunia. Kita belajar bertahan di alam baru.

3. Sinom
Sinom adalah masa muda, masa dimana kita tumbuh berkembang mengenal hal2 baru.

4. Kinanthi
Ini adalah masa pencarian jati diri, pencarian cita2 dan makna diri.

5. Asmaradhana
Fase paling dinamik dan ber-api api dalam pencarian cinta dan teman hidup.

6. Gambuh
Fase dimulainya kehidupan keluarga dengan ikatan pernikahan suci (gambuh). Menyatukan visi dan cinta kasih

7. Dhandang Gula
Ini adalah fase puncak kesuksesan secara fisik dan materi (dhandang = bejana). Namun selain kenikmatan gula (manisnya) hidup, semestinya diimbangi pula dengan kenikmatan rohani dan spiritual.

8. Durma
Fase dimana kehidupan harus lebih banyak didermakan untuk orang lain, bukan mencari kenikmatan hidup lagi (gula). Ini adalah fase bertindak sosial. *Dan berkumpul dengan teman2 seperjuangan, bersosialisasi.

9. Pangkur
Ini adalah fase uzlah (pangkur-menghindar), fase menyepi, fase kontemplasi, mendekatkan diri kepada Gusti Allah. Menjauhkan diri dari gemerlapnya hidup.

10. Megatruh
Ini fase penutup kehidupan dunia, dimana Ruh (Roh) meninggalkan badan (megat: memisahkan). Fase awal dari perjalanan menuju keabadian.

11. Pucung
Fase kembali kepada Allah, Sang Murbeng Dumadi, Sangkan Paraning Dumadi. Diawali menjadi pocung (jenazah), ditanya seperti lagu pocung yang  berisi pertanyaan. Fase menuju kebahagiaan sejati, bertemu dengan yang Mahasuci.

Panjenengan di tahap mana?

Semoga bermanfaat...

Tuesday, October 10, 2017

Menciptakan Rumah Tangga Surga Tanpa Teriakan


💫🏡Menciptakan Rumah Surga Tanpa Teriakan 🏡💫

1. Semua orang menginginkan rumah tangga layaknya surga, agar penghuninya betah di dalamnya.

2. Ciri utama penduduk surga di antaranya bicara yang lembut. Tidak suka teriak atau membentak.

3. Kebiasaan berteriak justru merupakan ciri penduduk neraka. (QS 35:37)

4. Maka jika ada suara teriakan di dalam rumah, itu artinya suasana surga sudah berganti suasana neraka.

5. Kebiasaan teriak atau bicara melebihi desibel suara normal akibatnya akan mengeringkan cinta.

6. Sejatinya, cinta adalah kelembutan. Dan tidaklah sesuatu disertai kelembutan kecuali akan memperhiasnya (Hadits)

7. Itulah kenapa bukti cinta kepada Allah diminta kita tuk berdzikir dengan suara yang lembut, tidak berteriak di hadapan-Nya. (QS
7:205)

8. Kebiasaan berteriak di dalam rumah tangga sejatinya akan mengurangi rasa cinta.

9. Penting bagi setiap keluarga yang merindukan suasana surga, agar mengurangi teriakan di dalam rumah, terlebih untuk anak-anak kita.

11. Kebiasaan berteriak atau membentak di depan anak diakui oleh para ahli akan mengaktifkan batang otak anak.

12. Batang otak itu yang disebut otak reptil atau otak refleks.
Anak cenderung merespon masalah tanpa berpikir.

13. Diledek teman refleks memukul. Ini tersebab batang otaknya
lebih dominan daripada korteksnya, yang ajak dia untuk berpikir.

14. Anak yang batang otaknya menebal cenderung merespon sesuatu dengan prinsip 'flight or fight'.

15. Solusi akan jarang keluar dari anak dengan model begini. Yang ada adalah memuaskan emosi semata.

16. Maka, anak-anak yang gampang marah, tawuran dan sebagainya bisa dibilang karena batang otaknya cenderung lebih dominan.

17. Dan kalau ditelusuri penyebab awalnya, yakni kebiasaan dibentak atau diteriaki dari kecil baik oleh ortu atau guru di sekolah.

18. Dampak berikutnya dari kebiasaan berteriak di hadapan anak adalah: menghancurkan sel-sel otaknya.

19. Satu kali teriakan kepada anak di bawah usia 5 tahun akan menghancurkan 10 ribu sel otaknya setiap teriakan.

20. Hitung deh sudah berapa kali bentak anak. Kalikan 10 ribu. Maka, itulah dosa kita yang membuat anak kita gak pintar-pintar.

21. Berteriak ini belum tentu membentak. Bisa jadi sekedar bercanda untuk menyemangati. Ini tetap bahaya dan terlarang untuk dilakukan.

22. Kalau mau teriak di lapangan saja, di mana jarak ke anak kira-kira seratus meter.

23. Kembali kepada inti rumah tangga Surga. Yakni kebiasaan bicara lembut. Bahkan bisik-bisik di telinga anak untuk tumbuhkan cinta.

24. Tentu kelembutan ini bukan berarti abaikan ketegasan.

25. Sebab ketegasan itu bisa dilakukan tanpa harus berteriak-teriak.

26. Jadi, jika ada yang teriak-teriak di rumah kita, katakan: ini rumah surga. Di surga bicaranya lembut. Hanya penduduk neraka yang suka teriak.

27. Kesimpulannya, jika ingin memperbaiki pola asuh dan hubungan harmonis dalam rumah tangga, perbaiki cara komunikasi kita.

28. Dengan perbaikan komunikasi, maka menjadi baiklah amalan kita yang lainnya.

💫🌼💫🌼💫🌼💫🌼💫 🌼

Mari kita perbaiki komunikasi dalam keluarga kita, terutama pada anak-anak kita, yang pada dasarnya mereka tidak ingin dibentak atau diteriaki. Semoga kita berhasil menjadi orang tua yang sukses berkomunikasi dengan baik.

Monday, October 9, 2017

RAIS ‘AM PBNU: PESANTREN & TUGAS KEULAMAAN


Banyak poin penting dari pidato Rais Am PBNU, Prof. Dr.KH. Ma’ruf Amin, yang beliau sampaikan pada acara al-Haflatul Kubro (23/7/2017) di Ponpes Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, yang juga dihadiri oleh Hadratus Syaikh Maimun Zubair (Mustasyar PBNU), Tuan Guru Zainul Majdi (Gubernur NTB, doktor lulusan al Azhar Mesir) dan banyak Kiai lainnya, antara lain:

1. Tugas utama pesantren adalah i’dad-ul mutafaqqihina fid-din (menyiapkan generasi ulama yang memiliki kedalaman ilmu agama). Sebab, ilmu agama kelak akan diangkat oleh Allah dengan wafatnya para ulama. Ketika para ulama telah wafat dan tidak tersisa seorang pun dari mereka, maka masyarakat akan mengulama’kan orang-orang bodoh (juhhal) yang pada akhirnya akan sesat menyesatkan.

2. Tugas utama ulama adalah himayat-ud din, yaitu  melindungi agama dari pengaruh-pengaruh al-‘aqaid al-fasidah (akidah sesat) dan al-afkar al-munharifah (pemikiran-pemikiran menyimpang, esktrem, dan radikal) yang membahayakan agama.

3. Pemikiran radikal yang harus diwaspadai ada dua macam, yaitu radikalisme agama dan radikalisme sekuler. Radikalisme agama adalah kelompok-kelompok yang memahami agama secara radikal. Mereka terbagi menjadi dua golongan, yaitu ithbatiyyun (ekstrem kanan) dan mutaghayyirun (ekstrem kiri). Yang pertama adalah golongan tekstualis yang rigid (kaku) dalam memahami agama sehingga mengabaikan subtansi (maqashid al-shari’ah) dari agama itu sendiri. Mereka menutup mata, sama sekali tidak mau berkompromi dengan problematika masyarakat yang terus berkembang (al-umur al-mustajaddah). Kebalikan dari yang pertama, golongan kedua (mutaghayyirun) memahami agama secara liberal, melampaui batasan-batasan yang ditentukan oleh syara’. Lantas, di mana posisi kita? Posisi kita harus ada di tengah (mutawassitun). La tekstualiyyun wa laa librariyyun, tidak tekstualis dan tidak pula liberal.

4. Tugas ulama lainnya adalah himayat-ud daulah (melindungi negara). Saat ini negara tidak hanya menghadapi ancaman dari kelompok-kelompok radikalis agama yang anti Pancasila, tapi juga kelompok-kelompok radikalis sekuler yang kehilangan semangat religiusitas (al-ruh al-diniyah) dalam bernegara. Mengutip pidato Hadratus Syaikh M. Hasyim Asy’ari, “ laqad dha’ufat al-ruh al-diniyyah fi al-‘alam al-siyasi fi al-ayyam al-akhirah”, sungguh telah melemah semangat keagamaan di dunia politik dewasa ini. Kita patut bersyukur, Indonesia memiliki UU Penodaan Agama. Sebagian kalangan menghendaki dihapusnya UU tersebut, karena rawan kriminalisasi. Seharusnya tidak demikian, karena yang kriminal bukanlah undang-undangnya, tapi orangnya. Selama kita tidak berbuat kriminal, maka tidak perlu takut dengan undang-undang tersebut. Kita juga patut bersyukur dengan disahkannya Perppu Ormasy yang berimplikasi pada dibubarkannya kelompok anti-Pancasila (HTI) yang dapat mengancam keutuhan bangsa dan negara.

5. Untuk menghidupkan kembali semangat keagamaan (al-ruh al-diniyah) dan kebangsaan, Rais Am bersama Presiden akan membentuk Majlis Dzikir Hubbul Wathon yang secara rutin akan digelar di Istana Negara.  

6. Tugas ulama yang berikutnya adalah islah al-ummah (melakukan perbaikan umat). Sebagai rijal al-islah (aktor-aktor perbaikan), ulama seyogyanya tidak hanya berpedoman pada kaidah al-muhafadhah ala al-qadim al-salih wa al-akhdzu bi al-jadid al-aslah (memelihara tradisi lama yang baik dan mengadopsi tradisi baru yang lebih baik), tapi juga islahu ma huwa al-aslah fa al-aslah tsumma al-aslah (memperbaiki apa yang sudah baik agar menjadi lebih baik, lalu menjadi lebih baik lagi, dan seterusnya).

------

Semoga kita, orang-orang pesantren, mampu mengemban amanah sebagaimana ditegaskan oleh beliau, Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin, di atas.

Wallahu ‘alam

ISLAM KEJAWAAN


Alhamdulillah, akhir-akhir ini orang merasakan manfaatnya Nahdlatul Ulama (NU). Dulu, orang yang paling bahagia, paling sering merasakan berkahnya NU adalah keluarga orang yang sudah meninggal : setiap hari dikirimi doa dan tumpeng.

Hari ini begitu dunia dilanda kekacauan, ketika Dunia Islam galau: di Afganistan perang sesama Islam, di Suriah perang sesama Islam, di Irak, perang sesama Islam. Semua ingin tahu, ketika semua sudah jebol, kok ada yang masih utuh: Islam di Indonesia.

Akhirnya semua ingin kesini, seperti apa Islam di Indonesia kok masih utuh. Akhirnya semua sepakat: utuhnya Islam di Indonesia itu karena memiliki jamiyyah NU. Akhirnya semua pingin tahu NU itu seperti apa.

Ternyata, jaman dulu ada orang Belanda yang sudah menceritakan santri NU,  namanya Christia Snouck Hurgronje. Dia ini hafal Alquran, Sahih Bukhori, Sahih Muslim, Alfiyyah Ibnu Malik, Fathul Mu’in , tapi tidak islam, sebab tugasnya menghancurkan Islam Indonesia.

Mengapa? Karena Islam Indonesia selalu melawan Belanda. Sultan Hasanuddin, santri. Pangeran Diponegoro atau Mbah Abdul Hamid, santri. Sultan Agung, santri. Mbah Zaenal Mustofa, santri. Semua santri kok melawan Belanda.

Akhirnya ada orang belajar secara khusus tentang Islam, untuk mencari rahasia bagaimana caranya Islam Indonesia ini remuk. Snouck Hurgronje masuk ke Indonesia dengan menyamar namanya Syekh Abdul Ghaffar. Dia belajar Islam, menghafalkan Alquran dan Hadis di Arab. Maka akhirnya paham betul Islam.

Hanya saja begitu ke Indonesia, Snouck Hurgronje bingung: mencari Islam dengan wajah Islam, tidak ketemu. Ternyata Islam yang dibayangkan dan dipelajari Snouck Hurgronje itu tidak ada.

Mencari Allah disini tidak ketemu, ketemunya Pangeran. Ketemunya Gusti. Padahal ada pangeran namanya Pangeran Diponegoro. Ada Gusti namanya Gusti Kanjeng. Mencari istilah shalat tidak ketemu, ketemunya sembahyang. Mencari syaikhun, ustadzun , tidak ketemu, ketemunya kiai. Padahal ada nama kerbau namanya kiai slamet. Mencari mushalla tidak ketemu, ketemunya langgar.

Maka, ketika Snouck Hurgronje bingung, dia dibantu Van Der Plas. Ia menyamar dengan nama Syekh Abdurrahman. Mereka memulai dengan belajar bahasa Jawa. Karena ketika masuk Indonesia, mereka sudah bisa bahasa Indonesia, bahasa Melayu, tapi tidak bisa bahasa Jawa.

Begitu belajar bahasa Jawa, mereka bingung, strees. Orang disini makanannya nasi (sego).  Snouck Hurgronje dan Van Der Plas tahu bahasa beras itu, bahasa inggrisnya rice, bahasa arabnya ar-ruz .

Yang disebut ruz, ketika di sawah, namanya pari, padi. Disana masih ruz, rice. Begitu padi dipanen, namanya ulen-ulen, ulenan. Disana masih ruz, rice. Jadi ilmunya sudah mulai kucluk , korslet.

Begitu ditutu, ditumbuk, digiling, mereka masih mahami ruz, rice , padahal disini sudah dinamai gabah. Begitu dibuka, disini namanya beras, disana masih ruz, rice . Begitu bukanya cuil, disini namanya menir, disana masih ruz, rice. Begitu dimasak, disini sudah dinamai sego , nasi, disana masih ruz, rice.

Begitu diambil cicak satu, disini namanya
upa, disana namanya masih ruz, rice. Begitu dibungkus daun pisang, disini namanya lontong, sana masih ruz, rice. Begitu dibungkus janur kuning namanya ketupat, sana masih ruz, rice. Ketika diaduk dan hancur, lembut, disini namanya bubur, sana namanya masih ruz, rice.

Inilah bangsa aneh, yang membuat Snouck Hurgronje judeg, pusing.

Mempelajari Islam Indonesia tidak paham, akhirnya mencirikan Islam Indonesia dengan tiga hal. Pertama, kethune miring sarunge nglinting (berkopiah miring dan bersarung ngelinting). Kedua, mambu rokok (bau rokok). Ketiga, tangane gudigen (tangannya berpenyakit kulit).

Cuma tiga hal itu catatan (pencirian Islam Indonesia) Snouck Hurgronje di Perpustakaan Leiden, Belanda. Tidak pernah ada cerita apa-apa, yang lain sudah biasa. Maka, jangankan  Snouck Hurgronje, orang Indonesia saja kadang tidak paham dengan Islam Indonesia, karena kelamaan di tanah Arab.

Lihat tetangga pujian, karena tidak paham, bilang bid’ah . Melihat tetangga menyembelih ayam untuk tumpengan, dibilang bid’ah. Padahal itu produk Islam Indonesia. Kelamaan diluar Indonesia, jadi tidak paham. Masuk kesini sudah kemlinthi, sok-sokan, memanggil Nabi dengan sebutan “Muhammad” saja. Padahal, disini, tukang bakso saja dipanggil “Mas”. Padahal orang Jawa nyebutnya Kanjeng Nabi.

Lha , akhir-akhir ini semakin banyak yang tidak paham Islam Indonesia. Kenapa? Karena Islam Indonesia keluar dari rumus-rumus Islam dunia, Islam pada umumnya. Kenapa? Karena Islam Indonesia ini saripati (essensi) Islam yang paling baik yang ada di dunia.

Kenapa? Karena Islam tumbuhnya tidak disini, tetapi di Arab. Rasulullah orang Arab. Bahasanya bahasa Arab. Yang dimakan juga makanan Arab. Budayanya budaya Arab. Kemudian Islam datang kesini, ke Indonesia.

Kalau Islam masuk ke Afrika itu mudah, tidak sulit, karena waktu itu peradaban mereka masih belum maju, belum terdidik. Orang belum terdidik itu mudah dijajah. Seperti pilkada, misalnya, diberi Rp 20.000 atau mie instan sebungkus, beres. Kalau mengajak orang berpendidikan, sulit, dikasih uang Rp 10 juta belum tentu mau.

Islam datang ke Eropa juga dalam keadaan terpuruk. Tetapi Islam datang kesini, mikir-mikir dulu, karena bangsa di Nusantara ini sedang kuat-kuatnya. Bangsa anda sekalian ini bukan bangsa kecoak. Ini karena ketika itu sedang ada dalam kekuasaan negara terkuat yang menguasai 2/3 dunia, namanya Majapahit.

Majapahit ini bukan negara sembarangan. Universitas terbesar di dunia ada di Majapahit, namanya Nalanda. Hukum politik terbaik dunia yang menjadi rujukan adanya di Indonesia, waktu itu ada di Jawa, kitabnya bernama Negarakertagama. Hukum sosial terbaik ada di Jawa, namanya Sutasoma. Bangsa ini tidak bisa ditipu, karena orangnya pintar-pintar dan kaya-raya.

Cerita surga di Jawa itu tidak laku. Surga itu (dalam penggambaran Alquran): tajri min tahtihal anhaar (airnya mengalir), seperti kali. Kata orang disini: “mencari air kok sampai surga segala? Disini itu, sawah semua airnya mengalir.” Artinya, pasti bukan itu yang diceritakan para ulama penyebar Islam. Cerita surga tentang buahnya banyak juga tidak, karena disini juga banyak buah. Artinya dakwah disini tidak mudah.

Diceritain pangeran, orang Jawa sudah punya Sanghyang Widhi. Diceritain Ka’bah orang jawa juga sudah punya stupa: sama-sama batunya dan tengahnya sama berlubangnya. Dijelaskan menggunakan tugu Jabal Rahmah, orang Jawa punya Lingga Yoni.

Dijelaskan memakai hari raya kurban, orang Jawa punya peringatan hari raya kedri. Sudah lengkap. Islam datang membawa harta-benda, orang Jawa juga tidak doyan. Kenapa? Orang Jawa pada waktu itu beragama hindu. Hindu itu berprinsip yang boleh bicara agama adalah orang Brahmana, kasta yang sudah tidak membicarakan dunia.

Dibawah Brahmana ada kasta Ksatria, seperti kalau sekarang Gubernur atau Bupati. Ini juga tidak boleh bicara agama, karena masih ngurusin dunia. Dibawah itu ada kasta namanya Wesya (Waisya), kastanya pegawai negeri. Kasta ini tidak boleh bicara agama.

Di bawah itu ada petani, pedagang dan saudagar, ini kastanya Sudra . Kasta ini juga tidak boleh bicara agama. Jadi kalau ada cerita Islam dibawa oleh para saudagar, tidak bisa dterima akal. Secara teori ilmu pengetahuan ditolak, karena saudagar itu Sudra dan Sudra tidak boleh bicara soal agama.

Yang cerita Islam dibawa saudagar ini karena saking judeg-nya, bingungnya memahami Islam di Indonesia. Dibawahnya ada kasta paria, yang hidup dengan meminta-minta, mengemis. Dibawah Paria ada pencopet, namanya kasta Tucca. Dibawah Tucca ada maling, pencuri, namanya kasta Mlecca. Dibawahnya lagi ada begal, perampok, namanya kasta Candala.

Anak-anak muda NU harus tahu. Itu semua nantinya terkait dengan Nahdlatul Ulama. Akhirnya para ulama kepingin, ada tempat begitu bagusnya, mencoba diislamkan. Ulama-ulama dikirim ke sini.

Namun mereka menghadapi masalah, karena orang-orang disini mau memakan manusia. Namanya aliran Bhirawa. Munculnya dari Syiwa. Mengapa ganti Syiwa, karena Hindu Brahma bermasalah. Hindu Brahma, orang Jawa bisa melakukan tetapi matinya sulit. Sebab orang Brahma matinya harus moksa atau murco.

Untuk moksa harus melakukan upawasa. Upawasa itu tidak makan, tidak minum, tidak ngumpulin istri, kemudian badannya menyusut menjadi kecil dan menghilang. Kadang ada yang sudah menyusut menjadi kecil, tidak bisa hilang, gagal moksa, karena teringat kambingnya, hartanya. Lha ini terus menjadi jenglot atau batara karang.

Jika anda menemukan jenglot ini, jangan dijual mahal karena itu produk gagal moksa. Pada akhirnya, ada yang mencari ilmu yang lebih mudah, namanya ilmu ngrogoh sukmo . Supaya bisa mendapat ilmu ini, mencari ajar dari Kali. Kali itu dari Durga. Durga itu dari Syiwa, mengajarkan Pancamakara.

Supaya bisa ngrogoh sukmo, semua sahwat badan dikenyangi, laki-laki perempuan melingkar telanjang, menghadap arak dan ingkung daging manusia. Supaya syahwat bawah perut tenang, dikenyangi dengan seks bebas. Sisa-sisanya sekarang ada di Gunung Kemukus.

Supaya perut tenang, makan tumpeng. Supaya pikiran tenang, tidak banyak pikiran, minum arak. Agar ketika sukma keluar dari badan, badan tidak bergerak, makan daging manusia. Maka jangan heran kalau muncul orang-orang macam Sumanto.

Ketika sudah pada bisa ngrogoh sukmo, ketika sukmanya pergi di ajak mencuri namanya
ngepet . Sukmanya pergi diajak membunuh manusia namanya santet. Ketika sukmanya diajak pergi diajak mencintai wanita namanya pelet. Maka kemudian di Jawa tumbuh ilmu santet, pelet dan ngepet.

Ada 1.500 ulama yang dipimpin Sayyid Aliyudin habis di-ingkung oleh orang Jawa pengamal Ngrogoh Sukma. Untuk menghindari pembunuhan lagi, maka Khalifah Turki Utsmani mengirim kembali tentara ulama dari Iran, yang tidak bisa dimakan orang Jawa.

Nama ulama itu Sayyid Syamsuddin Albaqir Alfarsi. Karena lidah orang Jawa sulit menyebutnya, kemudian di Jawa terkenal dengan sebutan Syekh Subakir. Di Jawa ini di duduki bala tentara Syekh Subakir, kemudian mereka diusir.

Ada yang lari ke Pantai Selatan, Karang Bolong, Srandil Cicalap, Pelabuhan Ratu, dan Banten. Di namai Banten, di ambil dari bahasa Sansekerta, artinya Tumbal. Yang lari ke timur, naik Gunung Lawu, Gunung Kawi, Alas Purwo Banyuwangi (Blambangan). Disana mereka dipimpin Menak Sembuyu dan Bajul Sengoro.

Karena Syekh Subakir sepuh, maka pasukannya dilanjutkan kedua muridnya namanya Mbah Ishak (Maulana Ishak) dan Mbah Brahim (Ibrahim Asmoroqondi). Mereka melanjutkan pengejaran. Menak Sembuyu menyerah, anak perempuannya bernama Dewi Sekardadu dinikahi Mbah Ishak, melahirkan Raden Ainul Yaqin Sunan Giri yang dimakamkan di Gresik.

Sebagian lari ke Bali, sebagian lari ke Kediri, menyembah Patung Totok Kerot, diuber Sunan Bonang, akhirnya menyerah. Setelah menyerah, melingkarnya tetap dibiarkan tetapi jangan telanjang, arak diganti air biasa, ingkung manusia diganti ayam, matra ngrogoh sukmo diganti kalimat tauhid; laailaahaillallah. Maka kita punya adat tumpengan.

Kalau ada orang banyak komentar mem-bid’ah -kan, ceritakanlah ini. Kalau ngeyel, didatangi: tabok mulutnya. Ini perlu diruntutkan, karena NU termasuk yang masih mengurusi beginian.

Habis itu dikirim ulama yang khusus mengajar ngaji, namanya Sayyid Jamaluddin al-Husaini al-Kabir. Mendarat di Semarang dan menetap di daerah Merapi. Orang Jawa sulit mengucapkan, maka menyebutnya Syekh Jumadil Kubro.

Disana dia punya murid namanya Syamsuddin, pindah ke Jawa Barat, membuat pesantren puro di daerah Karawang. Punya murid bernama Datuk Kahfi, pindah ke Amparan Jati, Cirebon. Punya murid Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati. Inilah yang bertugas mengislamkan Padjajaran. Maka kemudian ada Rara Santang, Kian Santang dan Walangsungsang.

Nah , Syekh Jumadil Kubro punya putra punya anak bernama Maulana Ishak dan Ibrahim Asmoroqondi, bapaknya Walisongo. Mbah Ishak melahirkan Sunan Giri. Mbah Ibrahim punya anak Sunan Ampel. Inilah yang bertugas mengislamkan Majapahit.

Mengislamkan Majapahit itu tidak mudah. Majapahit orangnya pinter-pinter. Majapahit Hindu, sedangkan Sunan Ampel Islam. Ibarat sawah ditanami padi, kok malah ditanami pisang. Kalau anda begitu, pohon pisang anda bisa ditebang.

Sunan Ampel berpikir bagaimana caranya? Akhirnya beliau mendapat petunjuk ayat Alquran. Dalam surat Al-Fath, 48:29 disebutkan : ".... masaluhum fit tawrat wa masaluhum fil injil ka zar’in ahraja sat’ahu fa azarahu fastagladza fastawa ‘ala sukıhi yu’jibuz zurraa, li yagidza bihimul kuffar………”

Artinya: “…………Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin)……………”

Islam itu seperti tanaman yang memiliki anak-anaknya, kemudian hamil, kemudian berbuah, ibu dan anaknya bersama memenuhi pasar, menakuti orang kafir. Tanaman apa yang keluar anaknya dulu baru kemudian ibunya hamil? Jawabannya adalah padi.

Maka kemudian Sunan Ampel dalam menanam Islam seperti menanam padi. Kalau menanam padi tidak di atas tanah, tetapi dibawah tanah, kalau diatas tanah nanti dipatok ayam, dimakan tikus.

Mau menanam Allah, disini sudah ada istilah pangeran. Mau menanam shalat, disini sudah ada istilah sembahyang. Mau menanam syaikhun, ustadzun, disini sudah ada kiai. Menanam tilmidzun, muridun , disini sudah ada shastri, kemudian dinamani santri. Inilah ulama dulu, menanamnya tidak kelihatan.

Menanamnya pelan-pelan, sedikit demi sedikit: kalimat syahadat, jadi kalimasada. Syahadatain, jadi sekaten. Mushalla, jadi langgar. Sampai itu jadi bahasa masyarakat. Yang paling sulit mememberi pengertian orang Jawa tentang mati.

Kalau Hindu kan ada reinkarnasi. Kalau dalam Islam, mati ya mati (tidak kembali ke dunia). Ini paling sulit, butuh strategi kebudayaan. Ini pekerjaan paling revolusioner waktu itu. Tidak main-main, karena ini prinsip. Prinsip inna lillahi wa inna ilaihi rajiun berhadapan dengan reinkarnasi. Bagaimana caranya?

Oleh Sunan Ampel, inna lillahi wa inna ilaihi rajiun kemudian di-Jawa-kan: Ojo Lali Sangkan Paraning Dumadi.

Setelah lama diamati oleh Sunan Ampel, ternyata orang Jawa suka tembang, nembang, nyanyi. Beliau kemudian mengambil pilihan: mengajarkan hal yang sulit itu dengan tembang. Orang Jawa memang begitu, mudah hafal dengan tembang.

Orang Jawa, kehilangan istri saja tidak lapor polisi, tapi nyanyi: ndang baliyo, Sri, ndang baliyo . Lihat lintang, nyanyi: yen ing tawang ono lintang, cah ayu. Lihat bebek, nyanyi: bebek adus kali nyucuki sabun wangi. Lihat enthok: menthok, menthok, tak kandhani, mung rupamu. Orang Jawa suka nyanyi, itulah yang jadi pelajaran. Bahkan, lihat silit (pantat) saja nyanyi: … ndemok silit, gudighen.

Maka akhirnya, sesuatu yang paling sulit, berat, itu ditembangkan. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun diwujudkan dalam bentuk tembang bernama Macapat . Apa artinya Macapat? Bahwa orang hidup harus bisa membaca perkara Empat.

Keempat perkara itu adalah teman nyawa yang berada dalam raga ketika turun di dunia. Nyawa itu produk akhirat. Kalau raga produk dunia. Produk dunia makanannya dunia, seperti makan. Yang dimakan, sampah padatnya keluar lewat pintu belakang, yang cair keluar lewat pintu depan.

Ada sari makanan yang disimpan, namanya mani (sperma). Kalau mani ini penuh, bapak akan mencari ibu, ibu mencari bapak, kemudian dicampur dan dititipkan di rahim ibu. Tiga bulan jadi segumpal darah, empat bulan jadi segumpal daging. Inilah produk dunia.

Begitu jadi segumpal daging, nyawa dipanggil. “Dul, turun ya,”. “Iya, Ya Allah”. “Alastu birabbikum?” (apakah kamu lupa kalau aku Tuhanmu?). “Qalu balaa sahidnya,” (Iya Ya Allah, saya jadi saksi-Mu), jawab sang nyawa,. ”fanfuhur ruuh” (maka ditiupkanlah ruh itu ke daging). Maka daging itu menjadi hidup. Kalau tidak ditiup nyawa, tidak hidup daging ini. (lihat, a.l.: Q.S. Al-A’raf, 7:172, As-Sajdah: 7 -10, Al-Mu’min: 67, ed. )

Kemudian, setelah sembilan bulan, ruh itu keluar dengan bungkusnya, yaitu jasad. Adapun jasadnya sesuai dengan orang tuanya: kalau orang tuanya pesek anaknya ya pesek; orang tuanya hidungnya mancung anaknya ya mancung; orang tuanya hitam anaknya ya hitam; kalau orang tuanya ganteng dan cantik, lahirnya ya cantik dan ganteng.

Itu disebut Tembang Mocopat: orang hidup harus membaca perkara empat. Keempat itu adalah teman nyawa yang menyertai manusia ke dunia, ada di dalam jasad. Nyawa itu ditemani empat: dua adalah Iblis yang bertugas menyesatkan, dan dua malaikat yang bertugas nggandoli, menahan. Jin qarin dan hafadzah.

Itu oleh Sunan Ampel disebut Dulur Papat Limo Pancer. Ini metode mengajar. Maka pancer ini kalau mau butuh apa-apa bisa memapakai dulur tengen (teman kanan) atau dulur kiwo (teman kiri). Kalau pancer kok ingin istri cantik, memakai jalan kanan, yang di baca Ya Rahmanu Ya Rahimu tujuh hari di masjid, yang wanita nantinya juga akan cinta.

Tidak mau dulur tengen, ya memakai yang kiri, yang dibaca aji-aji Jaran Goyang, ya si wanita jadinya cinta, sama saja. Kepingin perkasa, kalau memakai kanan yang dipakai kalimah La haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adzim . Tak mau yang kanan ya memakai yang kiri, yang dibaca aji-aji Bondowoso, kemudian bisa perkasa.

Mau kaya kalau memakai jalan kanan ya shalat dhuha dan membaca Ya Fattaahu Ya Razzaaqu , kaya. Kalau tidak mau jalan kanan ya jalan kiri, membawa kambing kendhit naik ke gunung kawi, nanti pulang kaya.

Maka, kiai dengan dukun itu sama; sama hebatnya kalau tirakatnya kuat. Kiai yang ‘alim dengan dukun yang tak pernah mandi, jika sama tirakatnya, ya sama saktinya: sama-sama bisa mencari barang hilang. Sama terangnya. Bedanya: satu terangnya lampu dan satunya terang rumah terbakar.

Satu mencari ayam dengan lampu senter, ayamnya ketemu dan senternya utuh; sedangkan yang satu mencari dengan blarak (daun kelapa kering yang dibakar), ayamnya ketemu, hanya blarak-nya habis terbakar. Itu bedanya nur dengan nar.

Maka manusia ini jalannya dijalankan seperti tembang yang awalan, Maskumambang: kemambange nyowo medun ngalam ndunyo , sabut ngapati, mitoni , ini rohaninya, jasmaninya ketika dipasrahkan bidan untuk imunisasi.

Maka menurut NU ada ngapati, mitoni,
karena itu turunnya nyawa. Setelah Maskumambang, manusia mengalami tembang Mijil. Bakal Mijil : lahir laki-laki dan perempuan. Kalau lahir laki-laki aqiqahnya kambing dua, kalau lahir perempuan aqiqahnya kambing satu.

Setelah Mijil, tembangnya Kinanti. Anak-anak kecil itu, bekalilah dengan agama, dengan akhlak. Tidak mau ngaji, pukul. Masukkan ke TPQ, ke Raudlatul Athfal (RA). Waktunya ngaji kok tidak mau ngaji, malah main layangan, potong saja benangnya. Waktu ngaji kok malah mancing, potong saja kailnya.

Anak Kinanti ini waktunya sekolah dan ngaji. Dibekali dengan agama, akhlak. Kalau tidak, nanti keburu masuk tembang Sinom: bakal menjadi anak muda (cah enom), sudah mulai ndablek, bandel.

Apalagi, setelah Sinom, tembangnya asmorodono , mulai jatuh cinta. Tai kucing serasa coklat. Tidak bisa di nasehati. Setelah itu manusia disusul tembang Gambuh , laki-laki dan perempuan bakal membangun rumah tangga, rabi, menikah.

Setelah Gambuh, adalah tembang Dhandanggula. Merasakan manis dan pahitnya kehidupan. Setelah Dhandanggula , menurut Mbah Sunan Ampel, manusia mengalami tembang Dhurma.

Dhurma itu: darma bakti hidupmu itu apa? Kalau pohon mangga setelah berbuah bisa untuk makanan codot, kalau pisang berbuah bisa untuk makanan burung, lha buah-mu itu apa? Tenagamu mana? Hartamu mana? Ilmumu mana yang didarmabaktikan untuk orang lain?

Khairunnas anfa’uhum linnas , sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia lainnya. Sebab, kalau sudah di Dhurma tapi tidak darma bakti, kesusul tembang Pangkur.

Anak manusia yang sudah memunggungi dunia: gigi sudah copot, kaki sudah linu. Ini harus sudah masuk masjid. Kalau tidak segera masuk masjid kesusul tembang Megatruh : megat, memutus raga beserta sukmanya. Mati.

Terakhir sekali, tembangnya Pucung. Lha ini, kalau Hindu reinkarnasi, kalau Islam Pucung . Manusia di pocong. Sluku-sluku Bathok, dimasukkan pintu kecil. Makanya orang tua (dalam Jawa) dinamai buyut, maksudnya : siap-siap mlebu lawang ciut (siap-siap masuk pintu kecil).

Adakah yang mengajar sebaik itu di dunia?
Kalau sudah masuk pintu kecil, ditanya Malaikat Munkar dan Nankir. Akhirnya itu, yang satu reinkarnasi, yang satu buyut . Ditanya: “Man rabbuka?” , dijawab: “Awwloh,”. Ingin disaduk Malaikat Mungkar – Nakir apa karena tidak bisa mengucapkan Allah.

Ketika ingin disaduk, Malaikat Rakib buru-buru menghentikan: “Jangan disiksa, ini lidah Jawa”. Tidak punya alif, ba, ta, punyanya ha, na, ca, ra, ka . “Apa sudah mau ngaji?”kata Mungkar – Nakir. “Sudah, ini ada catatanya, NU juga ikut, namun belum bisa sudah meninggal”. “Yasudah, meninggalnya orang yang sedang belajar, mengaji, meninggal yang dimaafkan oleh Allah.”

Maka, seperti itu belajar. Kalau tidak mau belajar, ditanya, “Man rabbuka?” , menjawab, “Ha……..???”. langsung dipukul kepalanya: ”Plaakkk!!”. Di- canggah lehernya oleh malaikat. Kemudian jadi wareng , takut melihat akhirat, masukkan ke neraka, di- udek oleh malaikat, di-gantung seperti siwur, iwir-iwir, dipukuli modal-madil seperti tarangan bodhol , ajur mumur seperti gedhebok bosok.

Maka, pangkat manusia, menurut Sunan Ampel: anak – bapak – simbah – mbah buyut – canggah – wareng – udek-udek – gantung siwur – tarangan bodol – gedhebok bosok. Lho, dipikir ini ajaran Hindu. Kalau seperti ini ada yang bilang ajaran Hindu, kesini, saya tabok mulutnya!

Begitu tembang ini jadi, kata Mbah Bonang, masa nyanyian tidak ada musiknya. Maka dibuatkanlah gamelan, yang bunyinya Slendro Pelok : nang ning nang nong, nang ning nang nong, ndang ndang, ndang ndang, gung . Nang ning nang nong: yo nang kene yo nang kono (ya disini ya disana); ya disini ngaji, ya disana mencuri kayu.

Lho, lha ini orang-orang kok. Ya seperti disini ini: kelihatannya disini shalawatan, nanti pulang lihat pantat ya bilang: wow!. Sudah hafal saya, melihat usia-usia kalian. Ini kan kamu pas pakai baju putih. Kalau pas ganti, pakainya paling ya kaos Slank.

Nah, nang ning nang nong, hidup itu ya disini ya disana. Kalau pingin akhiran baik, naik ke ndang ndang, ndang ndang, gung. Ndang balik ke Sanghyang Agung. Fafirru illallaah , kembalilah kepada Allah. Pelan-pelan. Orang sini kadang tidak paham kalau itu buatan Sunan Bonang.

Maka, kemudian, oleh Kanjeng Sunan Kalijaga, dibuatkan tumpeng agar bisa makan. Begitu makan kotor semua, dibasuh dengan tiga air bunga: mawar, kenanga dan kanthil.

Maksudnya: uripmu mawarno-warno, keno ngono keno ngene, ning atimu kudhu kanthil nang Gusti Allah (Hidupmu berwarna-warni, boleh seperti ini seperti itu, tetapi hatimu harus tertaut kepada Allah). Lho , ini piwulang-piwulangnya, belum diajarkan apa-apa. Oleh Sunan Kalijaga, yang belum bisa mengaji, diajari Kidung Rumekso Ing Wengi. Oleh Syekh Siti Jenar, yang belum sembahyang, diajari syahadat saja.

Ketika tanaman ini sudah ditanam, Sunan Ampel kemudian ingin tahu: tanamanku itu sudah tumbuh apa belum? Maka di-cek dengan tembang Lir Ilir, tandurku iki wis sumilir durung? Nek wis sumilir, wis ijo royo-royo, ayo menek blimbing. Blimbing itu ayo shalat. Blimbing itu sanopo lambang shalat.

Disini itu, apa-apa dengan lambang, dengan simbol: kolo-kolo teko , janur gunung. Udan grimis panas-panas , caping gunung. Blimbing itu bergigir lima. Maka, cah angon, ayo menek blimbing . Tidak cah angon ayo memanjat mangga.

Akhirnya ini praktek, shalat. Tapi prakteknya beda. Begitu di ajak shalat, kita beda. Disana, shalat 'imaadudin, lha shalat disini, tanamannya mleyor-mleyor, berayun-ayun.

Disana dipanggil jam setengah duabelas kumpul. Kalau disini dipanggil jam segitu masih disawah, di kebun, angon bebek, masih nyuri kayu. Maka manggilnya pukul setengah dua. Adzanlah muadzin, orang yang adzan. Setelah ditunggu, tunggu, kok tidak datang-datang.

Padahal tugas Imam adalah menunggu makmum. Ditunggu dengan memakai pujian. Rabbana ya rabbaana, rabbana dholamna angfusana , – sambil tolah-toleh, mana ini makmumnya – wainlam taghfirlana, wa tarhamna lanakunanna minal khasirin.

Datang satu, dua, tapi malah merokok di depan masjid. Tidak masuk. Maka oleh Mbah Ampel: Tombo Ati, iku ono limang perkoro….. . Sampai pegal, ya mengobati hati sendiri saja. Sampai sudah lima kali kok tidak datang-datang, maka kemudian ada pujian yang agak galak: di urugi anjang-anjang……. , langsung deh, para ma'mum buruan masuk. Itu tumbuhnya dari situ.

Kemudian, setelah itu shalat. Shalatnya juga tidak sama. Shalat disana, dipanah kakinya tidak terasa, disini beda. Begitu Allahu Akbar , matanya bocor: itu mukenanya berlubang, kupingnya bocor, ting-ting-ting, ada penjual bakso. Hatinya bocor: protes imamnya membaca surat kepanjangan. Nah, ini ditambal oleh para wali, setelah shalat diajak dzikir, laailaahaillallah.

Hari ini, ada yang protes: dzikir kok kepalanya gedek-gedek, geleng-geleng? Padahal kalau sahabat kalau dzikir diam saja. Lho, sahabat kan muridnya nabi. Diam saja hatinya sudah ke Allah. Lha orang sini, di ajak dzikir diam saja, ya malah tidur. Bacaannya dilantunkan dengan keras, agar ma'mum tahu apa yang sedang dibaca imam.

Kemudian, dikenalkanlah nabi. Orang sini tidak kenal nabi, karena nabi ada jauh disana. Kenalnya Gatot Kaca. Maka pelan-pelan dikenalkan nabi. Orang Jawa yang tak bisa bahasa Arab, dikenalkan dengan syair: kanjeng Nabi Muhammad, lahir ono ing Mekkah, dinone senen, rolas mulud tahun gajah.

Inilah cara ulama-ulama dulu kala mengajarkan Islam, agar masyarakat disini kenal dan paham ajaran nabi. Ini karena nabi milik orang banyak (tidak hanya bangsa Arab saja). Wamaa arsalnaaka illa rahmatal lil ‘aalamiin ; Aku (Allah) tidak mengutusmu (Muhammad) kecuali untuk menjadi rahmat bagi alam semesta.

Maka, shalawat itu dikenalkan dengan cara berbeda-beda. Ada yang sukanya shalawat ala Habib Syekh, Habib Luthfi, dll. Jadi jangan heran kalau shalawat itu bermacam-macam. Ini beda dengan wayang yang hanya dimiliki orang Jawa.

Orang kalau tidak tahu Islam Indonesia, pasti bingung. Maka Gus Dur melantunkan shalawat memakai lagu dangdut. Astaghfirullah, rabbal baraaya, astaghfirullah, minal khataaya, ini lagunya Ida Laila: Tuhan pengasih lagi penyayang, tak pilih kasih, tak pandang sayang. Yang mengarang namanya Ahmadi dan Abdul Kadir.

Nama grupnya Awara. Ida Laila ini termasuk Qari’ terbaik dari Gresik. Maka lagunya bagus-bagus dan religius, beda dengan lagu sekarang yang mendengarnya malah bikin kepala pusing. Sistem pembelajaran yang seperti ini, yang dilakukan oleh para wali. Akhirnya orang Jawa mulai paham Islam.

Namun selanjutnya Sultan Trenggono tidak sabaran: menerapkan Islam dengan hukum, tidak dengan budaya. "Urusanmu kan bukan urusan agama, tetapi urusan negara,” kata Sunan Kalijaga. “Untuk urusan agama, mengaji, biarlah saya yang mengajari,” imbuhnya.

Namun Sultan Trenggono terlanjur tidak sabar. Semua yang tidak sesuai dan tidak menerima Islam di uber-uber. Kemudian Sunan Kalijaga memanggil anak-anak kecil dan diajari nyanyian:

Gundul-gundul pacul, gembelengan.
Nyunggi-nyunggi wangkul, petentengan.
Wangkul ngglimpang segane dadi sak latar 2x

Gundul itu kepala. Kepala itu ra’sun. Ra’sun itu pemimpin. Pemimpin itu ketempatan empat hal: mata, hidung, lidah dan telinga. Empat hal itu tidak boleh lepas. Kalau sampai empat ini lepas, bubar.

Mata kok lepas, sudah tidak bisa melihat rakyat. Hidung lepas sudah tidak bisa mencium rakyat. Telinga lepas sudah tidak mendengar rakyat. Lidah lepas sudah tidak bisa menasehati rakyat. Kalau kepala sudah tidak memiliki keempat hal ini, jadinya gembelengan.

Kalau kepala memangku amanah rakyat kok terus gembelengan, menjadikan wangkul ngglimpang, amanahnya kocar-kacir. Apapun jabatannya, jika nanti menyeleweng, tidak usah di demo, nyanyikan saja Gundul-gundul pacul. Inilah cara orang dulu, landai.

Akhirnya semua orang ingin tahu bagaimana cara orang Jawa dalam ber-Islam. Datuk Ribandang, orang Sulawesi, belajar ke Jawa, kepada Sunan Ampel. Pulang ke Sulawesi menyebarkan Islam di Gunung Bawakaraeng, menjadilah cikal bakal Islam di Sulawesi.

Berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di penjuru Sulawesi. Khatib Dayan belajar Islam kepada Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga. Ketika kembali ke Kalimantan, mendirikan kerajaan-kerajaan Islam di Kalimantan.

Ario Damar atau Ario Abdillah ke semenanjung Sumatera bagian selatan, menyebarkan dan mendirikan kerajaan-kerajaan di Sumatera.
Kemudian Londo (Belanda) datang. Mereka semua – seluruh kerajaan yang dulu dari Jawa – bersatu melawan Belanda.

Ketika Belanda pergi, bersepakat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka kawasan di Indonesia disebut wilayah, artinya tinggalan para wali. Jadi, jika anda meneruskan agamanya, jangan lupa kita ditinggali wilayah. Inilah Nahdlatul Ulama, baik agama maupun wilayah, adalah satu kesatuan: NKRI Harga Mati.

Maka di mana di dunia ini, yang menyebut daerahnya dengan nama wilayah? Di dunia tidak ada yang bisa mengambil istilah: kullukum raa’in wa kullukum mas uulun ‘an ra’iyatih ; bahwa Rasulullah mengajarkan hidup di dunia dalam kekuasaan ada sesuatu yaitu pertanggungjawaban.

Dan yang bertanggungjawab dan dipertanggung jawabkan disebut ra’iyyah. Hanya Indonesia yang menyebut penduduknya dengan sebutan ra’iyyah atau rakyat. Begini kok banyak yang bilang tidak Islam.

Nah, sistem perjuangan seperti ini diteruskan oleh para ulama Indonesia. Orang-orang yang meneruskan sistem para wali ini, dzaahiran wa baatinan, akhirnya mendirikan sebuah organisasi yang dikenal dengan nama Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.

Kenapa kok bernama Nahdlatul Ulama. Dan kenapa yang menyelamatkan Indonesia kok Nahdlatul Ulama? Karena diberi nama Nahdlatul Ulama. Nama inilah yang menyelamatkan. Sebab dengan nama Nahdlatul Ulama, orang tahu kedudukannya: bahwa kita hari ini, kedudukannya hanya muridnya ulama.

Meski, nama ini tidak gagah. KH Ahmad Dahlan menamai organisasinya Muhammadiyyah: pengikut Nabi Muhammad, gagah. Ada lagi organisasi, namanya Syarekat Islam, gagah. Yang baru ada Majelis Tafsir Alquran, gagah namanya. Lha ini “hanya” Nahdlatul Ulama. Padahal ulama kalau di desa juga ada yang hutang rokok.

Tapi Nahdlatul Ulama ini yang menyelamatkan, sebab kedudukan kita hari ini hanya muridnya ulama. Yang membawa Islam itu Kanjeng Nabi. Murid Nabi namanya Sahabat. Murid sahabat namanya tabi’in . Tabi’in bukan ashhabus-shahabat , tetapi tabi’in , maknanya pengikut.

Murid Tabi’in namanya tabi’it-tabi’in , pengikutnya pengikut. Muridnya tabi’it-tabi’in namanya tabi’it-tabi’it-tabi’in , pengikutnya pengikutnya pengikut. Lha kalau kita semua ini namanya apa? Kita muridnya KH Hasyim Asy’ari.

Lha KH Hasyim Asy’ari hanya muridnya Kiai Asyari. Kiai Asyari mengikuti gurunya, namanya Kiai Usman. Kiai Usman mengikuti gurunya namanya Kiai Khoiron, Purwodadi (Mbah Gareng). Kiai Khoiron murid Kiai Abdul Halim, Boyolali.

Mbah Abdul Halim murid Kiai Abdul Wahid. Mbah Abdul Wahid itu murid Mbah Sufyan. Mbah Sufyan murid Mbah Jabbar, Tuban. Mbah Jabbar murid Mbah Abdur Rahman, murid Pangeran Sambuh, murid Pangeran Benowo, murid Mbah Tjokrojoyo, Sunan Geseng.

Sunan Geseng hanya murid Sunan Kalijaga, murid Sunan Bonang, murid Sunan Ampel, murid Mbah Ibrahim Asmoroqondi, murid Syekh Jumadil Kubro, murid Sayyid Ahmad, murid Sayyid Ahmad Jalaludin, murid Sayyid Abdul Malik, murid Sayyid Alawi Ammil Faqih, murid Syekh Ahmad Shohib Mirbath.

Kemudian murid Sayyid Ali Kholiq Qosam, murid Sayyid Alwi, murid Sayyid Muhammad, murid Sayyid Alwi, murid Sayyid Ahmad Al-Muhajir, murid Sayyid Isa An-Naquib, murid Sayyid Ubaidillah, murid Sayyid Muhammad, murid Sayyid Ali Uraidi, murid Sayyid Ja’far Shodiq, murid Sayyid Musa Kadzim, murid Sayyid Muhammad Baqir. Sayyid Muhammad Baqir hanya murid Sayyid Zaenal Abidin, murid Sayyidina Hasan – Husain, murid Sayiidina Ali karramallahu wajhah . Nah, ini yang baru muridnya Rasulullah saw.

Kalau begini nama kita apa? Namanya ya tabiit-tabiit-tabiit-tabiit-tabiit-tabiit…, yang panjang sekali. Maka cara mengajarkannya juga tidak sama. Inilah yang harus difahami.

Rasulullah itu muridnya bernama sahabat, tidak diajari menulis Alquran. Maka tidak ada mushaf
Alquran di jaman Rasulullah dan para sahabat. Tetapi ketika sahabat ditinggal wafat Rasulullah, mereka menulis Alquran.

Untuk siapa? Untuk para tabi’in yang tidak bertemu Alquran. Maka ditulislah Alquran di jaman Sayyidina Umar dan Sayyidina Utsman. Tetapi begitu para sahabat wafat, tabi’in harus mengajari dibawahnya.

Mushaf Alquran yang ditulis sahabat terlalu tinggi, hurufnya rumit tidak bisa dibaca. Maka pada tahun 65 hijriyyah diberi tanda “titik” oleh Imam Abu al-Aswad ad-Duali, agar supaya bisa dibaca.

Tabiin wafat, tabi’it tabi’in mengajarkan yang dibawahnya. Titik tidak cukup, kemudian diberi “harakat” oleh Syekh Kholil bin Ahmad al-Farahidi, guru dari Imam Sibawaih, pada tahun 150 hijriyyah.

Kemudian Islam semakin menyebar ke penjuru negeri, sehingga Alquran semakin dibaca oleh banyak orang dari berbagai suku dan ras. Orang Andalusia diajari “ Waddluha” keluarnya “ Waddluhe”.

Orang Turki diajari “ Mustaqiim” keluarnya “ Mustaqiin”. Orang Padang, Sumatera Barat, diajari “ Lakanuud ” keluarnya “ Lekenuuik ”. Orang Sunda diajari “ Alladziina ” keluarnya “ Alat Zina ”.

Di Jawa diajari “ Alhamdu” jadinya “ Alkamdu ”, karena punyanya ha na ca ra ka . Diajari “ Ya Hayyu Ya Qayyum ” keluarnya “ Yo Kayuku Yo Kayumu ”. Diajari “ Rabbil ‘Aalamin ” keluarnya “ Robbil Ngaalamin” karena punyanya ma ga ba tha nga.

Orang Jawa tidak punya huruf “ Dlot ” punyanya “ La ”, maka “ Ramadlan ” jadi “ Ramelan ”. Orang Bali disuruh membunyikan “ Shiraathal…” bunyinya “ Sirotholladzina an’amtha ‘alaihim ghairil magedu bi’alaihim waladthoilliin ”. Di Sulawesi, “’ Alaihim” keluarnya “’ Alaihing ”.

Karena perbedaan logat lidah ini, maka pada tahun 250 hijriyyah, seorang ulama berinisiatif menyusun Ilmu Tajwid fi Qiraatil Quran , namanya Abu Ubaid bin Qasim bin Salam. Ini yang kadang orang tidak paham pangkat dan tingkatan kita. Makanya tidak usah pada ribut.

Murid ulama itu beda dengan murid Rasulullah. Murid Rasulullah, ketika dzikir dan diam, hatinya “online” langsung kepada Allah SWT. Kalau kita semua dzikir dan diam, malah jadinya tidur.
Maka disini, di Nusantara ini, jangan heran.

Ibadah Haji, kalau orang Arab langsung lari ke Ka’bah. Muridnya ulama dibangunkan Ka’bah palsu di alun-alun, dari triplek atau kardus, namanya manasik haji. Nanti ketika hendak berangkat haji diantar orang se-kampung.

Yang mau haji diantar ke asrama haji, yang mengantar pulangnya belok ke kebun binatang. Ini cara pembelajaran. Ini sudah murid ulama. Inilah yang orang belajar sekarang: kenapa Islam di Indonesia, Nahdlatul Ulama selamat, sebab mengajari manusia sesuai dengan hukum pelajarannya ulama.

Anda sekalian disuruh dzikir di rumah, takkan mau dzikir, karena muridnya ulama. Lha wong dikumpulkan saja lama kelamaan tidur. Ini makanya murid ulama dikumpulkan, di ajak berdzikir.

Begitu tidur, matanya tidak dzikir, mulutnya tidak dzikir, tetapi, pantat yang duduk di majelis dzikir, tetap dzikir. Nantinya, di akhirat ketika “wa tasyhadu arjuluhum ,” ada saksinya. Orang disini, ketika disuruh membaca Alquran, tidak semua dapat membaca Alquran. Maka diadakan semaan Alquran.

Mulut tidak bisa membaca, mata tidak bisa membaca, tetapi telinga bisa mendengarkan lantunan Alquran. Begitu dihisab mulutnya kosong, matanya kosong, di telinga ada Alqurannya.

Maka, jika bukan orang Indonesia, takkan mengerti Islam Indonesia. Mereka tidak paham, oleh karena, seakan-akan, para ulama dulu tidak serius dalam menanam. Sahadatain jadi sekaten. Kalimah sahadat jadi kalimosodo. Ya Hayyu Ya Qayyum jadi Yo Kayuku Yo Kayumu.

Ini terkesan ulama dahulu tidak ‘alim. Ibarat pedagang, seperti pengecer. Tetapi, lima ratus tahun kemudian tumbuh subur menjadi Islam Indonesia. Jamaah haji terbanyak dari Indonesia. Orang shalat terbanyak dari Indonesia. Orang membaca Alquran terbanyak dari Indonesia.

Dan Islam yang datang belakangan ini gayanya seperti grosir: islam kaaffah, begitu diikuti, mencuri sapi. Dilihat dari sini, saya meminta, Tentara Nasional Indonesia, Polisi Republik Indonesia, jangan sekali-kali mencurigai Nahdlatul Ulama menanamkan benih teroris.

Teroris tidak mungkin tumbuh dari Nahdlatul Ulama, karena Nahdlatul Ulama lahir dari Bangsa Indonesia. Tidak ada ceritanya Banser kok ngebom disini, sungkan dengan makam gurunya. Mau ngebom di Tuban, tidak enak dengan Mbah Sunan Bonang.

Saya yang menjamin. Ini pernah saya katakan kepada Panglima TNI. Maka, anda lihat teroris di seluruh Indonesia, tidak ada satupun anak warga jamiyyah Nahdlatul Ulama. Maka, Nahdlatul Ulama hari ini menjadi organisasi terbesar di dunia.

Dari Muktamar Makassar jamaahnya sekitar 80 juta, sekarang di kisaran 120 juta. Yang lain dari 20 juta turun menjadi 15 juta. Kita santai saja. Lama-lama mereka tidak kuat, seluruh tubuh kok ditutup kecuali matanya. Ya kalau pas jualan tahu, lha kalau pas nderep di sawah bagaimana. Jadi kita santai saja. Kita tidak pernah melupakan sanad, urut-urutan, karena itu cara Nahdlatul Ulama agar tidak keliru dalam mengikuti ajaran Rasulullah Muhammad saw.


#Taddaburan #maiyahan

PANTUN UNTUK GURU (versi Bahasa Jawa)

📚Pantun Untuk Guru📚

Tangi turu
Ngombe sak gelas
Dadi guru
Ayo pada sing ikhlas.

Mecahi watu
Nganggo palu
Budhal setengah pitu
Mulih jam telu

Nang nggon kepuh
Arep tuku dipan
Budhal gupuh2
Gak kober sarapan.

Gak ana korek
Malih nggawa senter
Mulang arek2
Supaya dadi pinter.

Tuku sega iwake sepat
Mugo2 ilmune manfaat.

Anake turu
Ibune keluyuran
Enake dadi guru
Murid Soleh oleh ganjaran.

Iwak bethik sambele terasi
Tapi nek salah tithik dilaporne polisi.

Turu nang omahe pak Soleh
Disuguhi  bayem
Guru sak iki bayarane akeh
Atine podo ayem.

Tempene cak Khair
Dipangan ulo
Nek TPP ne ora cair
Yo ojo ngersulo

Budal derep
Liwat Semampir
Ojo diarep-arep
Ngko ujug-ujug lak cair...

Mugo-mugo dadi penyemangat ...

Amiinn..........

Kisah Abu bin Hasyim sang Ahli Ibadah

Alkisah ada ahli ibadah bernama Abu bin Hasyim yang kuat sekali tahajudnya. Hampir bertahun-tahun dia tidak pernah absen melakukan sholat tahajud. Pada suatu ketika saat hendak mengambil wudhu untuk tahajud, Abu dikagetkan oleh keberadaan sesosok makhluk yang duduk di bibir sumurnya.

Abu bertanya, “Wahai hamba Allah, siapakah Engkau ?”.
Sambil tersenyum, sosok itu berkata; “Aku Malaikat utusan Allah”
Abu Bin Hazim kaget sekaligus bangga karena kedatangan tamu malaikat mulia.
Dia lalu bertanya, “Apa yang sedang kamu lakukan di sini ?”
Malaikat itu menjawab, “Aku disuruh mencari hamba pencinta Allah”
Melihat Malaikat itu memegang kitab tebal, Abu lalu bertanya; “Wahai Malaikat, buku apakah yang kau bawa ?”
Malaikat menjawab; “Ini adalah kumpulan nama hamba-hamba pencinta Allah.”
Mendengar jawaban Malaikat, Abu bin Hasyim berharap dalam hati namanya ada disitu. Maka ditanyalah Malaikat itu. “Wahai Malaikat, adakah namaku disitu ?” Abu berasumsi bahwa namanya ada di buku itu, mengingat amalan ibadahnya yg tdk kenal putusnya. Selalu mengerjakan sholat tahajud setiap malam, berdo’a dan bermunajat pd Allâh SWT di sepertiga malam.

“Baiklah, aku buka,” kata Malaikat sambil membuka kitab besarnya. Dan ternyata Malaikat itu tidak menemukan nama Abu di dalamnya. Tidak percaya, Abu bin Hazim meminta Malaikat mencarinya sekali lagi. “Betul … namamu tidak ada di dalam buku ini !” kata Malaikat.

Abu bin Hazim pun gemetar dan jatuh tersungkur di depan Malaikat. Dia menangis sejadi-jadinya. “Rugi sekali diriku yang selalu tegak berdiri di setiap malam dalam tahajud dan bermunajat … tetapi namaku tidak masuk dalam golongan para hamba pecinta Allah,” ratapnya.

Melihat itu, Malaikat berkata, “Wahai Abu bin Hasyim ! Bukan aku tidak tahu engkau bangun setiap malam ketika yang lain tidur … mengambil air wudhu dan kedinginan pada saat orang lain terlelap dalam buaian malam. Tapi tanganku dilarang Allâh menulis namamu.”

 “Apakah gerangan yang menjadi penyebabnya ?” tanya Abu bin Hasyim. “Engkau memang bermunajat kepada Allâh, tapi engkau pamerkan dengan rasa bangga kemana-mana dan asyik beribadah memikirkan diri sendiri. Di kanan kirimu ada orang sakit atau lapar, tidak engkau tengok dan beri makan. Bagaimana mungkin engkau dapat menjadi hamba pecinta Allah kalau engkau sendiri tidak pernah mencintai hamba-hamba yang diciptakan Allâh ?” kata Malaikat itu.

Abu bin Hasyim seperti disambar petir di siang bolong. Dia tersadar hubungan ibadah manusia tidaklah hanya kepada Allâh semata (hablumminAllâh), tetapi juga ke sesama manusia (hablumminannâs) dan alam -


Semoga cerita ini dapat menginspirasi kita semua, Amin...

Friday, October 6, 2017

30 Manfaat dan Khasiat Jahe Merah Untuk Kesehatan


Jahe adalah salah satu jenis rempah yang biasa digunakan para ibu untuk bumbu masakan. Ada beberapa jenis jahe, salah satunya adalah jahe merah. Jahe merah memiliki kandungan minyak atsiri yang paling banyak di bandingkan dengan jenis jahe lainnya. Minyak inilah yang membuat jahe memiliki rasa yang pedas dan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat dan jamu tradisional. Jahe merah juga beraroma sangat tajam.


Rimpang jahe merah berukuran kecil dengan balutan kulit berwarna merah dan menyimpan serat lebih banyak dibanding jahe biasa. Jahe merah mudah tumbuh di tempat yang terbuka ataupun tempat yang agak ternaung, seperti pekarangan dan kebun. Selain itu juga bisa tumbuh di tanah kering atau gembur, dengan ketinggian mencapai 900 meter diatas permukaan laut. Dalam penggunaannya sebagai obat, jahe merah sering dikombinasikan dengan tanaman herbal lainnya. Jahe merah memiliki manfaat yang lebih besar dibanding jenis jahe lainnya. Berikut ini adalah manfaat dan khasiat jahe merah untuk kesehatan tubuh:

1. Menurunkan Berat Badan

Jahe berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah dan menjadikannya sebagai panas tubuh. Jahe mengandung sedikit kalori yang tidak akan menyebabkan berat badan naik meskipun dikonsumsi terus menerus.

2. Menjaga Kondisi Jantung

Jika tubuh kebanyakan menyimpan kolesterol dan minyak, dimana minyak tersebut terdiri dari susunan lemak hewani dan nabati maka bisa meningkatkan resiko terkena penyakit jantung. Kandungan pada jahe bisa berperan sebagai penurun kadar trigliserida dan kolesterol yang berlebih di dalam tubuh.

3. Mengatasi Mabuk Perjalanan

Minum wedang jahe sebelum berkendaraan jauh bisa mencegah mabuk perjalanan, karena jahe bersifat anti mual. Selain itu bisa dijadikan bekal diperjalanan untuk menghangatkan badan.

4. Mengatasi Gangguan Pencernaan

Sistem pencernaan yang terganggu seperti rasa sakit dan kram yang muncul menjelang haid bisa diatasi dengan minum air jahe secara rutin.

5. Mengatasi Morning Sickness

Biasanya ibu hamil akan mengalami mual pagi atau istilahnya morning sickness karena pencernaan yang terganggu. Untuk mengatasi masalah tersebut Anda bisa minum wedang jahe atau kopi hangat setiap kali merasakan mual di pagi hari.

6. Mencegah Kanker Usus

Salah satu penelitian di Amerika menunjukkan jika rutin mengonsumsi minuman atau makanan yang berbahan dasar jahe bisa mencegah penyakit kanker koloretal atau usus besar.

7. Mengobati Sakit kepala

Bekerja seharian bisa memicu stres yang berlebih, hal ini bisa mendatangkan penyakit lainnya. Oleh sebab itu, setelah pulang cobalah untuk menikmati secangkir wedang jahe agar otak menjadi fresh serta tubuh terasa nyaman.

8. Mengobati Alergi

Jahe juga memiliki sifat anti alergi, karena di dalamnya mengandung senyawa yang sangat efektif untuk mengurangi rasa gatal akibat alergi.

9. Mengobati Mual dan Masuk Angin

Masalah yang timbul pada pencernaan akan membuat perut mual dan ingin muntah, kondisi tersebut juga biasa terjadi pada seseorang yang mengalami masuk angin. Jangan langsung meminum obat warung untuk mengatasinya, tetapi cobalah dengan meminum air jahe agar lambung menjadi nyaman dan hangat.

10. Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh

Jika Anda ingin memiliki tubuh yang kebal terhadap serangan penyakit, Anda harus meningkatkan sistem dalam tubuh atau yang dikenal dengan imun. Jika imun dalam tubuh kuat, maka bakteri jahat yang akan menyerang akan dilawan. Untuk menambah sistem imun dalam tubuh, Anda bisa meminum wedang jahe secara teratur.

20 Manfaat dan Khasiat Jahe Merah Untuk Kesehatan Lainnya:

1. Menyembuhkan rematik.
2. Menghilangkan gatal pada tenggorokan.
3. Mengontrol gula darah.
4. Melancarkan sistem peredaran darah.
5. Menangkal radikal bebas.
6. Membasmi bakteri dan zat-zat berbahaya yang masuk ke dalam tubuh.
7. Obat kompres untuk menurunkan suhu tubuh.
8. Mengobati migraine atau sakit kepala sebelah.
9. Mengobati batuk berdahak dan kering.
10. Mengatasi masalah perut kembung yang diakibatkan oleh usus yang teriritasi.
11. Mengobati sakit gigi dengan dibuat berkumur.
12. Mengobati luka akibat bisa ular.
13. Mencegah peradangan.
14. Meringankan rasa nyeri saat haid.
15. Meredakan rasa nyeri pada otot.
16. Mengatasi jerawat dengan cara mengoleskan karena yang berjerawat.
17. Meningkatkan nafsu makan pada anak.
18. Melegakan pernafasan.
19. Mengatasi gangguan seksual.
20. Menjaga kesehatan tulang.



Demikian tadi beberapa manfaat dan khasiat jahe merah bagi kesehatan yang bisa Anda dapatkan setelah mengonsumsi tanaman rimpang ini. Sebenarnya masih banyak sekali jenis-jenis tanaman disekitar kita yang bermanfaat bagi kesehatan. Selain untuk kesehatan jahe merah juga bisa digunakan untuk kecantikan. Karena minyak atsiri yang terkandung di dalam nya bisa mencegah terjadinya penuaan dini dan menghilangkan keriput. Untuk dikonsumsi jahe merah tidak hanya di buat wedang melainkan bisa diolah menjadi camilan yang nikmat.


Semoga bermanfaat... 

Thursday, October 5, 2017

AL QUR'AN & UMUR

Al Qur'an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Rasul kita Muhammad SAW., dimulai dengan Surat al-Fatihah dan ditutup dengan Surat an-Nas, bernilai ibadah bagi siapa Yang membacanya, berdasarkan hadits Rasulullah saw. :


مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
Barangsiapa yang membaca satu huruf dari al-Qur’an maka baginya satu kebaikan dan setiap kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan الــم ialah satu huruf, akan tetapi ا satu huruf, ل satu huruf dan م satu huruf. [HR. Bukhari].


Berkata Abdul Malik bin Umair: "Satu-satunya manusia yang tidak tua adalah orang yang selalu membaca Al-qur'an".
"Manusia yang paling jernih akalnya adalah para pembaca Al-qur'an".

Berkata Al-imam Qurtubi: "Barang siapa yang membaca Al-qur'an,  maka Allah akan menjadikan ingatannya segar meskipun umurnya telah mencapai 100 tahun".

Imam besar Ibrahim al-Maqdisi memberikan wasiat pada muridnya Abbas bin Abdi Daim rahimahullah; "Perbanyaklah membaca Al-qur'an jangan pernah kau tinggalkan, karena sesungguhnya setiap yang kamu inginkan akan di mudahkan setara dengan yang kamu baca".

Berkata Ibnu Solah: "Bahwasannya para Malaikat tidak diberi keutama'an untuk membaca Al-qur'an,  maka oleh karena itu para Malaikat bersemangat untuk selalu mendengar saja dari baca'an manusia".

Berkata Abu Zanad: "Di tengah malam, aku keluar menuju masjid Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam sungguh tidak ada satu rumahpun yang aku lewati melainkan pada nya ada yang membaca Al-qur'an".

Berkata Shaikhul Islam ibnu Taimiyyah: "Tidak ada sesuatu yang lebih bisa memberikan nutrisi otak, kesegaran jiwa, dan kesehatan tubuh serta mencakup segala kebahagiaan melebihi dari orang yang selalu melihat kitabullah ta'ala". Bergantunglah pada Alqur'an niscaya kau akan mendapatkan keberkahan.

Berkata sebagian ahli tafsir: "Manakala kita menyibukkan diri dengan Al-qur'an maka kita akan di banjiri oleh sejuta keberkahan dan kebaikan di dunia". Kami memohon kepada Allah agar memberikan taufiqnya kepada Kami dan semua yang membaca tulisan ini untuk selalu membaca Al-qur'an dan mengamalkan kandungannya.

Sahabatku,
Umur kita terlalu singkat, hingga ALLAH karuniakan lailatul qadar untuk menambah umur amal.
Umur kita terlalu singkat, ALLAH pinta bersilatulrahim untuk memanjangkannya.
Umur kita terlalu singkat, ALLAH karuniakan Puasa Enam hari di bulan Syawal seperti berpuasa setahun.
Umur kita terlalu singkat, ALLAH karuniakan baca Surah Al-Ikhlas seperti membaca sepertiga Al-Quran.
Umur kita terlalu singkat, ALLAH kurniakan Sholat di Masjidil Haram seperti sholat 100 ribu lebih di masjid lain.
Umur kita terlalu singkat, ALLAH karuniakan Sholat berjemaah nilainya 27x lebih banyak pahalanya daripada sholat sendirian.
Umur kita terlalu singkat, ALLAH karuniakan Sholat sunat di rumah nilainya 25x lebih banyak pahalanya daripada sholat dilihat mata orang lain.
Hidup ini terlalu singkat, ALLAH karuniakan satu huruf bacaan Al-Quran dengan 10 pahala/kebaikan.
Hidup ini terlalu singkat, ALLAH karuniakan siapa yang beramal jariyah, berbagi ilmu yang bermanafaat, dan menjadikan anak-anaknya yang sholeh, pahalanya akan terus mengalir ke alam kuburnya.

Wahai diri..., usia umat Nabi Muhammad SAW. rata-rata hanya 63 - 65 tahun. Kalau saat ini usia kita sudah 45 tahun, paling lama 20 tahun lagi Malaikat Al Maut akan menjemput kita..

HIDUP INI TERLALU SINGKAT, JANGANLAH DISIA-SIAKAN KESEMPATAN YG DIBERIKAN ALLAH SWT.

Baarokallaah...

MACAM-MACAM JENIS TEMAN

Menukil sebagian yang tertulis dalam sebuah buku, mengatakan bahwa Teman terbagi menjadi 3 bagian:

① Pertama: Teman manfaat
Yaitu yang menemanimu selama dia dapat mengambil manfaat darimu dalam harta, atau kedudukan, atau selain itu. Dan apabila kemanfaatan telah terputus maka dia menjadi musuhmu yang tidak mengenalmu dan engkau tidak mengenalnya, dan betapa banyak mereka yang seperti itu, dan betapa banyak jenis orang-orang yang mereka mencela dalam hal sedekah.

وَمِنْهُمْ مَنْ يَلْمِزُكَ فِي الصَّدَقَاتِ فَإِنْ أُعْطُوا مِنْهَا رَضُوا وَإِنْ لَمْ يُعْطَوْا مِنْهَا إِذَا هُمْ يَسْخَطُونَ
[سورة التوبة 58]
"Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (distribusi) zakat; jika mereka diberi sebahagian dari padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah." [Qs. At-Taubah: 58].

Temanmu adalah kekasihmu yang engkau lihat bahwa dia adalah semulia-mulia manusia dihadapanmu, dan engkau adalah semulia-mulia manusia dihadapannya yang dia akan memintamu suatu hari nanti dengan mengatakan: berikan kepadaku kitabmu agar aku bisa membacanya, kemudian engkau katakan: demi Allah, kitab saya sedang membutuhkannya hingga esok hari, maka dia pun meniupkan permusuhan kepadamu dan memusuhimu, apakah ini seorang teman? Ini adalah teman manfaat.

② Kedua: Teman lezat
Yakni tidak menemanimu kecuali karena dia merasakan nikmat berbincang denganmu dan berlemah lembut serta begadang bersama, akan tetapi dia tidak memberimu kemanfaatan, dan engkau tidak mengambil kemanfaatan darinya, setiap masing-masingnya dari kalian tidak memberikan kemanfaatan bagi lainnya, tidak ada melainkan hanya menghabiskan waktu saja, ini juga hendaknya berhati-hati darinya yang dapat menyia-siakan waktumu.

③ Ketiga: Teman istimewa
Yang akan membawa engkau kepada yang membuat baik dan melarangmu dari sesuatu yang merusak, dan membukakan bagimu pintu-pintu kebaikan dan menunjukkanmu kepadanya, dan apabila engkau tergelincir maka dia akan melarangmu dalam bentuk yang tidak merusak kemuliaanmu,
Inilah dia teman istimewa.


••┈┈┈••✦✿✦••┈┈┈••
📚 Syarah
Hilyah Tholib Al-Ilmi (102)

DOA KHOTMIL QUR'AN


دعاء ختم القرآن

بسم الله الرحمن الرحيم

صَدَقَ اللهُ صَدَقَ اللهُ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ, وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْكَرِيْمُ, وَنَحْنُ عَلَى ذَلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَالشَّاكِرِيْنَ, وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. اللَّهُمَّ انْفَعْنَا وَارْفَعْنَا بِالْقُرْآنِ الْعَظِيْمُ, وَاهْدِنَا وَبَارِكْ لَنَا بِاْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنَّا قِرَاءَةَ الْقُرْآنِ وَخَتْمَ الْقُرْآنِ وَدُعَاءَنَا, يَارَبِّ مَوْلاَنَا, إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا بِكُلِّ حَرْفٍ مِنَ الْقُرْآنِ حَلاَوَةً, وَ بِكُلِّ كَلِمَةٍ مِنَ الْقُرْآنِ كَرَامَةً, وَبِكُلِّ آيَةٍ من القرآن أُلْفَةً, وَبِكُلِّ سُوْرَةٍ من القرآن سُرُوْرًا, وَبِكُلِّ جُزْءٍ من القرآن جَزَاءً, وَبِكُلِّ رُبُعٍ من القرآن رَاحَةً, وَبِكُلِّ نِصْفٍ من القرآن نِعْمَةً, وَبِكُلِّ ثُلُثٍ من القرآن ثَبَاتًا, وَبِكُلِّ رَفْعٍ من القرآن رِفْعَةً, وَبِكُلِّ فَتْحٍ من القرآن فَرْحَةً وَ فُتُوْحًا, وَبِكُلِّ كَسْرٍ من القرآن كِسْوَةً, وَبِكُلِّ وَقْفٍ من القرآن وِقَايَةً. اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا بِاْلأَلِفِ أَمْنًا وَإِيْمَانًا, وَبِالْبَاءِ بَهَاءً وَبَرَكَةً, وَبِالتَّاءِ تَوْبَةً وَتَوْفِيْقًا, وَبِالثَّاءِ ثَرْوَةً وَثَوَابًا, وِبِالْجِيْمِ جَاهًا وَجَلاَلاً, وَبِالْحَاءِ حِلْمًا وَحَيَاءً, وَبِالْخَاءِ خُشُوْعًا وَخَشْيَةً, وَبِالدَّالِ دَوْلَةً وَدَلِيْلاً, وَبِالذَّالِ ذِهْنًا وَذُكَاءً, وَبِالرَّاءِ رَحْمَةً وَرَجَاءً, وَبِالزَّاءِ زُهْدًا وَزُكَاءً, وَبِالسِّيْنِ سَعَادَةً وَسَلاَمَةً, وَبِالشِّيْنِ شُكْرًا وَشَرَافَةً, وَبِالصَّادِ صَبْرًا وَصَدَاقَةً, وَبِالضَّادِ ضَوْءً وَضَلاَعَةً, وَبِالطَّاءِ طَاعَةً وَطَهَارَةً, وَبِالظَّاءِ ظَفَرًا وَظَرَافَةً, وَبِالْعَيْنِ عَفْوًا وَعَافِيَةً, وَبِالْغَيْنِ غِنًى وَغَنِيْمَةً, وَبِالْفَاءِ فَوْزًا وَفَلاَحًا, وَبِالْقَافِ قُرْبًا وَقَنَاعَةً, وَبِالْكَافِ كَمَالاً وَكَرَامَةً, وَبِاللاَّمِ لُطْفًا وَلِقَاءً, وَبِالْمِيْمِ مَغْفِرَةً وَمَتَاعًا, وَبِالنُّوْنِ نُوْرًا وَنَجَاةً, وَبِالْوَاوِ وُسْعَةً وَوِلاَيَةً, وَبِالْهَاءِ هِمَّةً وَهِدَايَةً, وَبِالْيَاءِ يُسْرًا وَيَقِيْنًا. اللَّهُمَّ اهْدِنَا وَبَارِكْ لَنَا, بِاْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا قِرَاءَتَنَا, وَتَجَاوَزْ عَنَّا مَا كَانَ مِنَّا, فِي تِلاَوَةِ الْقُرْآنِ مِنْ خَطَإٍ أَوْ نِسْيَانٍ, أَوْ تَحْرِيْفِ كَلِمَةٍ عَنْ مَوَاضِعِهَا, أَوْ تَقْدِيْمٍ أَوْ تَأْخِيْرٍ, أَوْ زِيَادَةٍ أَوْ نُقْصَانٍ, أَوْ تَأْوِيْلٍ عَلَى غَيْرِ مَا أَنْزَلْتَهُ, أَوْ رَيْبٍ أَوْ شَكٍّ أَوْ سَهْوٍ أَوْ سُوْءِ إِلْحَانٍ, أَوْ تَعْجِيْلٍ عِنْدَ تِلاَوَةِ الْقُرْآنِ, أَوْ كَسَلٍ أَوْ سُرْعَةٍ أَوْ زَيْغِ لِسَانٍ, أَوْ وَقْفٍ بِغَيْرِ وُقُوْفٍ, أَوْ إِدْغَامٍ بِغَيْرِ مُدْغَمٍ, أَوْ إِظْهَارٍ بِغَيْرِ  بَيَانٍ, أَوْ مَدٍّ أَوْ تَشْدِيْدٍ أَوْ هَمْزَةٍ, أَوْ جَزْمٍ أَوْ إِعْرَابٍ بِغَيْرِ مَا كَتَبَهُ, أَوْ قِلَّةِ رَغْبَةٍ وَرَهْبَةٍ, عِنْدَ آيَاتِ الرَّحْمَةِ, أَوْ آيَاتِ الْعَذَابِ, فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا,  رَبَّنَا وَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِيْنَ. اللَّهُمَّ نَوِّرْ قُلُوْبَنَا بِتِلاَوَةِ الْْقُرْآنِ, وَزَيِّنْ أَخْلاَقَنَا بِجَاهِ الْقُرْآنِ, وَحَسِّنْ أَعْمَالَنَا بِذِكْرِ الْقُرْآنِ, وَبَيِّضْ وُجُوْهَنَا بِبَرَكَةِ الْقُرْآنِ, وَنَوِّرْ أَبْدَانَنَا بِنُوْرِ الْقُرْآنِ, وَنَجِّنَا مِنَ النَّارِ بِكَرَامَةِ الْقُرْآنِ, وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ بِشَفَاعَةِ الْقُرْآنِ .اللَّهُمَّ اجْعَلِ الْقُرْآنَ لَنَا فِي الدُّنْيَا قَرِيْنَا, وَفِي الْقَبْرِ مُؤْنِسًا, وَفِي الْقِيَامَةِ شَافِعًا, وَعَلَى  الصِّرَاطِ نُوْرًا, وَفِي الْجَنَّةِ رَفِيْقًا, وَمِنَ النَّارِ سِتْرًا وَحِجَابًا. اللَّهُمَّ ارْحَمْنَا بِالْقُرْآنِ, وَاجْعَلْهُ لَنَا إِمَامًا وَنُوْرًا وَهُدًى وَرَحْمَةً. اللَّهُمَّ ذَكِّرْنَا مِنْهُ مَا نَسِيْنَا, وَعَلِّمْنَا مِنْهُ مَا جَهِلْنَا, وَارْزُقْنَا تِلاَوَتَهُ آنَآءَ اللَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ, وَاجْعَلْهُ لَنَا حُجَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ اهْدِنَا بِهِدَايَةِ الْقُرْآنِ, وَنَجِّنَا مِنَ النَّارِ بِحُرْمَةِ الْقُرْآنِ, وَيَسِّرْ لَنَا أُمُوْرَنَا أُمُوْرَ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِِ بِالْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ, وَحَصِّلْ مَقَاصِدِنَا, وَاقْضِ جَمِيْعِ حَاجَاتِنَا بِالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَاشْفِ جَمِيْعِ اَسْقَامِنَا بِحُرْمَةِ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ, وَتَمِّمْ آمَالَنَابِبَرَكَةِ كَلاَمِكَ الْقَدِيْمِ, وَهَوِّنْ عَلَيْنَا سَكَرَاتِ الْمَوْتِ, بِجَاهِ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ, يَارَحْمَنُ يَا رَحِيْمُ. اللهُمَّ طَهِّرْ قُلُوْبَنَا, وَقَرِّ عُيُوْنَنَا, وَاسْتُرْ عَوْرَاتِنَا, وَاشْفِ مَرْضَانَا, وَاقْضِ عَنَّا دُيُوْنَنَا, وَبَيِّضْ وُجُوْهَنَا, وَارْفَعْ دَرَجَاتِنَا, وَأَصْلِحْ حَاجَاتِنَا, وَاغْفِرْ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا, وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا, وَتَجَاوَزْ عَنْ سَيِّآتِنَا, وَمْحُ ذُنُوْبَنَا, وَأَصْلِحْ دِيْنَنَا وَدُنْيَانَا, وَرَطِّبْ لِسَانَنَا بِذِكْرِكَ, وَقَوِّ أَجْسَادَنَا بِلُطْفِكَ , وَفَرِّحْ أَحْبَابَنَا, وَخَرِّبْ أَحْسَادَنَا, وَشَتِّتْ شُمُوْلَ أَعْدَائِنَا, وَاحْفَظْ أَهْلَنَا وَأَمْوَالَنَا وَإِخْوَانَنَا, وَانْظُرْ أَوْلاَدَنَا وَتَلاَمِيْذَنَا وَدِيَارَنَا, وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا عَلَى دِيْنِ اْلإِسْلاَمِ, وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ, بِحُرْمَةِ هَذَا الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا أَدَآءً بِالْقَلْبِ, وَحُبَّ الْخَيْرِ وَالسَّعَادَةِ وَالْبَشَارَةِ مِنَ اْلإِيْمَانِ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ,  بِعَدَدِ مَا فِي جَمِيْعِ الْقُرْآنِ حَرْفًا حَرْفًا  
وَبِعَدَدِكُلِّ حَرْفٍ أَلْفًا أَلْفًا 
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنا عَذَابَ النَّارِ
والحمد لله رب العالمين
......الفاتحه

Artinya : “Maha benar Alloh yang Maha Tinggi dan Maha Agung, Dan benar  pula Utusan-Nya yaitu para nabi yang mulia serta kami terhadap hal tersebut adalah termasuk orang-orang yang selalu bersaksi dan bersyukur ; dan segala puji bagi Alloh Tuhan semesta alam. Ya Alloh wahai Tuhan kami, terimalah ibadah dari kami sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Alloh  berilah kemanfaatan kepada kami dan angkatlah derajat untuk kami perantara A-Qur’an yang Agung. Dan berikanlah hidayah dan keberkahan kepada kami sebab perantara ayat-ayat dan Al-Qur’an yang penuh dengan dzikir dan hikmah. Dan terimalah bacaan Al-Qur’an dan khotaman Al-Qur’an kami, serta do’a kami, wahai tuhan dan junjungan kami sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. 
Ya Alloh berikanlah kepada kami kemanisan (Iman) pada setiap (hitungan) huruf  Al-Qur’an. Dan berikanlah kepada kami kemuliaan pada setiap (hitungan) kalimat Al-Qur’an. Dan berikanlah kecintaan kepada kami pada setiap (hitungan) ayat Al-Qur’an. Dan berikanlah kegembiraan kepada kami pada setiap (hitungan) surat Al-Qur’an. Dan berikanlah pahala kepada kami pada setiap (hitungan) juz Al-Qur’an. Dan berikanlah kesenangan kepada kami pada setiap (hitungan) seperempat Al-Qur’an. Dan berikanlah kenikmatan kepada kami pada setiap (hitungan) separuh Al-Qur’an. Dan berikanlah kemantapan (Iman dan hati) kepada kami pada setiap (hitungan) sepertiga Al-Qur’an. Dan berikanlah peningkatan derajat kepada kami pada setiap (hitungan) harokat dlommah dalam Al-Qur’an.  Dan berikanlah kesenangan dan kesuksesan kepada kami pada setiap (hitungan) harokat fathah dalam Al-Qur’an.. Dan berikanlah pakaian (pelindungan / penjagaan / perhiasan) kepada kami pada setiap (hitungan) harokat kasroh dalam Al-Qur’an.. Dan berikanlah penjagaan kepada kami pada setiap (hitungan) waqof  dalam Al-Qur’an. 
Ya Alloh anugrahkanlah keamanan dan keimanan kepada kami sebab perantara huruf  Alif.  Ya Alloh anugrahkanlah kepandaian dan keberkahan kepada kami sebab perantara huruf  Ba’. Ya Alloh anugrahkanlah Taubat dan pertolongan kepada kami sebab perantara huruf  Ta’. Ya Alloh anugrahkanlah kenyamanan dan pahala kepada kami sebab perantara huruf  Tsa’. Ya Alloh anugrahkanlah kewibawaan dan kehormatan kepada kami sebab perantara huruf  Jim. Ya Alloh anugrahkanlah kecermatan dalam bersikap dan sifat malu kepada kami sebab perantara huruf  _Ha’. Ya Alloh anugrahkanlah khusyu’ dan khosy-yah (takut)  kepada kami sebab perantara huruf  Kho’.  Ya Alloh anugrahkanlah kekuasaan (pangkat) dan penasehat/bukti kepada kami sebab perantara huruf  Dal. Ya Alloh anugrahkanlah kecermatan hati dan kecerdasan fikiran kepada kami sebab perantara huruf  Dzal. Ya Alloh anugrahkanlah rohmat (kasih sayang) dan harapan baik kepada kami sebab perantara huruf  Ro’. Ya Alloh anugrahkanlah zuhud dan kebersihan hati dan diri kepada kami sebab perantara huruf  Za’. Ya Alloh anugrahkanlah kebahagiaan dan keselamatan kepada kami sebab perantara huruf  Sin. Ya Alloh anugrahkanlah syukur dan kemuliaan kepada kami sebab perantara huruf  Syin. Ya Alloh anugrahkanlah sabar dan jujur kepada kami sebab perantara huruf  Shod. Ya Alloh anugrahkanlah kilau iman dan kekuatan badan kepada kami sebab perantara huruf  dlood. Ya Alloh anugrahkanlah keta’atan dan kesucian kepada kami sebab perantara huruf  Tho’. Ya Alloh anugrahkanlah kemenangan dan kepandaian kepada kami sebab perantara huruf  dho’. Ya Alloh anugrahkanlah ampunan dan kesehatan kepada kami sebab perantara huruf ‘Ain. Ya Alloh anugrahkanlah kekayaan dan hasil yang banyak kepada kami sebab perantara huruf  Ghoin. Ya Alloh anugrahkanlah kesenangan dan kesuksesan kepada kami sebab perantara huruf  Fa’. Ya Alloh anugrahkanlah kedekatan (denganMu) dan Qona’ah (Menerima apa adanya anugrah Alloh) kepada kami sebab perantara huruf  Qoof. Ya Alloh anugrahkanlah kesempurnaan dan kemuliaan kepada kami sebab perantara huruf  Kaaf. Ya Alloh anugrahkanlah kelembutan (kasih-sayangMu) dan perjumpaan(denganMu) kepada kami sebab perantara huruf  Lam. Ya Alloh anugrahkanlah ampunan dan harta benda kepada kami sebab perantara huruf  Miim. Ya Alloh anugrahkanlah cahaya dan keselamatan kepada kami sebab perantara huruf  Nun. Ya Alloh anugrahkanlah keluasan (ilmu dan rizqi) dan kewalian / kekuasaan kepada kami sebab perantara huruf  Wawu. Ya Alloh anugrahkanlah semangat yang kuat dan hidayah kepada kami sebab perantara huruf  Ha’. Ya Alloh anugrahkanlah kemudahan dan keyaqinan kepada kami sebab perantara huruf  Yaa’.