Siapa di dunia ini yang tidak butuh didengarkan?
Di era serba sibuk dan teknologi makin canggih, komunikasi menjadi kebutuhan pokok bagi manusia. Orang-orang sering mengira kalau komunikasi yang baik itu ya sekadar kegiatan 'ngomong' atau cuma modal jago bicara saja.
Akibatnya, mereka kerap merasa khawatir kalau-kalau kemampuan bicaranya kurang bagus atau mungkin enggak sesuai topik. Mereka pun jadi terpacu berlomba-lomba buat berlatih menjadi pembicara yang baik, supaya menarik dan disukai lawan bicara. Padahal, kenyataan yang dibutuhkan justru sebaliknya.
Pada dasarnya manusia ingin didengarkan ketimbang mendengarkan. Ketika mendapatkan audiens yang serius mendengarkannya, otak manusia akan melepas endorfin, semacam hormon kebahagiaan yang membuat seseorang merasa gembira dan nyaman dengan dirinya sendiri.
Harvey Mackay, seorang penulis dan pebisnis asal Amerika bilang "You can win more friends with your ears than with your mouth". Hal ini masuk akal, karena seseorang yang didengarkan akan merasa sangat dihargai, sehingga membuatnya tidak segan memberi kepercayaan pada orang yang menghargai dirinya.
Kamu pasti berpikir: Ah, apa sih susahnya mendengarkan? Kan cuma perlu diam?
Iya mudah, tapi belum tentu semua orang bisa lakukan. Selama ini lebih banyak orang mendengar daripada mendengarkan dengan seksama. Bahkan Stephen R. Covey, penulis buku The Seven Habits of Highly Effective People pernah bilang kalau kebanyakan orang tidak mendengarkan untuk paham, tapi hanya untuk membalas obrolan saja.
Nah, kira-kira kamu penasaran enggak, apa saja tips supaya kemampuan mendengarkan kita menjadi lebih baik?
1. Tataplah mata si pembicara
Saat sedang mendengarkan orang lain. Sebaiknya singkirkan keinginan untuk melihat pohon, jendela, ponsel, dsb. Kamu pertama kali harus fokus menatap ke wajah, terutama mata orang yang sedang berbicara. Itu akan membuat kamu tampak antusias dan menaruh perhatian padanya, tapi jangan menatapnya lekat-lekat dan lama. Bersikap normal dan lakukan sesekali, hanya untuk menunjukkan kalau kamu 'ada' di percakapan itu.
Namun, semisal kondisi ini terhalang oleh perasaan malu, gugup, dan emosi lainnya, maka abaikan tips ini dan tetaplah fokus dan berkonsentrasi pada suara si pembicara.
2. Condongkanlah dan anggukanlah kepala ke arah pembicara
Orang akan menjauhkan kepala ketika merasa bosan dengan topik yang sedang dibicarakan. Lakukan sebaliknya, agar kamu kelihatan antusias pada si pembicara.
Selain itu, mengangguklah sesekali dengan kecepatan sedang supaya terlihat perhatian, tetapi jangan lakukan terlalu sering dan cepat, karena kamu malah mirip burung pelatuk.
3. Jadilah pendengar yang aktif
Selain kamu mesti menyimak dengan penuh konsentrasi saat orang lain sedang berbicara. Kamu juga harus jadi pendengar aktif, bukan cuma berkamuflase jadi patung batu yang diam.
Beberapa hal yang bisa kamu lakukan supaya menjadi pendengar aktif ialah dengan mengajukan pertanyaan terbuka sesuai konteks. Berbeda dengan pertanyaan tertutup yang jawabannya cuma 'iya' atau 'tidak'. Pertanyaan terbuka justru membutuhkan jawaban lebih mendetail agar percakapan lebih hidup dan akrab. Biasanya diawali kata 'mengapa' dan 'bagaimana'. Misal, "Mengapa kamu memilih pindah rumah ke Jakarta dibanding Bandung?"
Dengan bertanya sesuatu yang memancing jawaban panjang lebar, itu akan memperlihatkan kalau kamu serius dan tertarik mendengarkan penjelasan orang yang berbicara itu.
Di samping itu, kamu juga bisa mengulangi kata-kata si lawan bicara, tanpa perlu memberikan kritikan atau pendapat. Contoh, " Jadi Mia memilih kota ini karena keinginan suami, benar begitu?"
Terakhir, gunakan juga kata-kata pendek pembangkit semangat buat pembicara. Contohnya berikut ini:
- Lalu...
- Oh, ya...
- Jadi...
- Lalu bagaimana?
- coba ceritakan lebih rinci..
Kata-kata pendek ini membuat orang yang sedang berbicara merasa disukai dan menjadi semakin bersemangat melanjutkan ceritanya.
4. Berpikiran terbuka
Saat mendengarkan orang lain, hindari tindakan menghina, mengkritik, atau menghakimi perkataannya. Dengarkanlah baik-baik apa yang sedang disampaikan, dan jangan langsung menarik kesimpulan sebelum menyelesaikan percakapan.
5. Bayangkan apa yang sedang orang itu bicarakan
Membayangkan apa yang sedang orang lain sampaikan, cukup membantu kita melihat konteks dan emosi dari orang yang sedang berbicara. Sayangnya, emosi seseorang yang asli hanya mampu kamu jangkau dari kata-kata yang dikeluarkannya. Oleh sebab itu, berkonsentrasilah pada apa yang sedang dibicarakan.
6. Jangan memotong percakapan
Memotong pembicaraan karena terlalu antusias, atau ingin bertanya sesuatu gara-gara tidak memahami yang dibicarakan sebaiknya tidak dilakukan. Mendengarkan sesungguhnya memang butuh kesabaran tingkat tinggi. Tunggu sampai orang itu selesai bicara, baru kamu boleh bertanya atau memberikan pendapat.
7. Berilah pujian
Tidak ada manusia yang tak suka dipuji. Berilah pujian yang jujur untuk menyenangkan lawan bicaramu. Kamu bisa memuji karakter, penampilan, atau kepemilikan seseorang secara terperinci dan spesifik. Ketahuilah, pujian dapat memiliki dampak positif bagi orang lain.
Bagaimana? Mudah kan? Ternyata mendengarkan enggak semudah dan sesulit yang dibayangkan. Meningkatkan skill mendengarkan bisa membuatmu menjadi orang yang pandai berempati, disukai orang, dan tentu saja kamu didengarkan oleh orang lain, karena seseorang yang diberi kesempatan olehmu berbicara, maka akan ada saatnya mereka pula yang akan mendengarkanmu.
Istilah:
1. Ngomong: bicara
2. Skill: keterampilan
3. "You can win more friends with your ears than with your mouth" : Anda bisa mendapatkan lebih banyak teman dengan menjadi pendengar daripada banyak bicara.
Jombang, 13 Juni 2020.
Ditulis kembali dari Eki Saputra.
➖➖➖
Referensi:
1. Gwee, J & Tjoaja, S. 2012. I Want You to Be Rich and Happy. Do You?. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
2. https://www.forbes.com/sites/womensmedia/2012/11/09/10-steps-to-effective-listening
3. https://www.sehatq.com/artikel/hormon-endorfin-adalah-salah-satu-senyawa-kebahagiaan-di-tubuh