Berapa anakmu?
3? 2? 1? Berapa yang sekolah?. Apa yang engkau lakukan ketika menerima mereka sepulang sekolah?
Peluk? Sapa? Mengingatkan serentetan peraturan? Mulai dari taroh sepatu di tempatnya sampai, jangan lupa kerjain pe-ernya?
Berapa menit mereka boleh beristirahat sekenanya? Masih pake seragam sekolah? Atau seragam harus sudah masuk ke tempat cucian kotor? Berapa menit? 10? 20? 30?
Pertanyaannya, berapa menit ibu sanggup tahan melihat mereka belum ganti baju dan berleyeh-leyeh baik di kamar ataupun ruangan lainnya?
Apakah mereka sempat ibu tanya?
Mungkin nanti pas makan malam..tentang bagaimana harinya? Bagaimana teman baiknya? Siapa yang menyebalkan? Susah nggak ujian? Perhatikan jawabannya, Ikut antusias pada ceritanya?
Boleh nggak menahan bertanya, berapa nilai ujian kemaren? Tadi pas tes hafalan, bisa nggak? Atau berkomentar tentang hal negatif yang terjadi hari ini. Bisa nggak?
Terdengar familiar?
Ya itulah kebanyakan dari kita. Termasuk juga saya, yang tidak luput dari 'terpeleset' kembali ke metode 'interview' jaman dahulu kala.
Kalau ibu-ibu NGGAK PERNAH mengalami hal diatas.., Masha Allah Tabarakallah! Ibu super hebat.
Anak zaman sekarang, nggak bisa pake metode lama. Perduli hanya pada nilai test aja, kenapa sekian bisa salah, tapi lupa pada jumlah betulnya. Mengingatkan rutinitas dan peraturan, tapi lupa merasakan, bagaimana rasanya menjadi tubuh kecil yang lelah.. Sekolah dari pagi sampai ashar terkadangnya, belum lagi persiapan sekolah itu. Dari bangun sampai rapi menjelang berangkat. Dan pulang? Bersama dengan tas yang super berat.. Berisi pe-er dan tugasan yang tidak kalah beratnya.
Mari berandai sejenak... andai anak itu kita. Maukah diperlakukan demikian? Begitu melangkah masuk ke halaman rumah, sudah disapa dengan.. "Ayoo.. Sepatunya ditaroh di tempatnya, jangan lupa ganti baju...bla..bla..bla"...
"HHhhhhhh, lelahnyaaa! Blm sampe aja disambut sama rentetan perintah. Belum juga kelihatan mukanya. Nanya apa kek, senyum kek.. Jangan2.. Malah nanya tentang nilai test hari ini??"
Begitu kira-kira?
Istighfar
Saya tahu ibu-ibu semua, lelah. Capek. Sudah seharian berjibaku dengan rutinitas yang itu-itu saja, dan sepertinya tidak habis-habisnya. Iya, faham. Ngak perlu lah dapat kerjaan tambahan, nyusun sepatu dan mungut baju seragam yang bau asem yg bertebaran dimana-mana itu. Ya kan??
Cucian piring aja belum selesai semua. 😭
Tapi, sebentar! Sebentar ajaa...
Tarik nafas. Jadilah mereka. Rasakanlah bagaimana lelahnya tubuh kecilnya. Menggendong buku yg banyak, dan beban pelajaran yg diterima hari ini. Belum lagi setumpuk pe-er yg sudah menghantui.
Berhentilah sebentar. Tarik nafas. Atur diri. Senyuuummm... Siapkan posisi pelukan, jongkok.. Biar tingginya sama... Peluk eraaaattt, hujani dengan ciuman... Sapa dengan bilang "mamaaa kangeeen sekali sama (nama) hari ini, bagaimana harimu nak?"
Tanya
Belum tentu ia mau jawab. Ia lelah. Tapi yang pasti, ia akan tersenyum menerima semuaaa perlakuan hangat penuh cinta tersebut!
Nggak percaya?! Cobalah?
Wagu? Aneh? Canggung?
Ah, itu kan karena belum terbiasa
Ala bisa karena biasa...
Bagi yang sudah melakukan ini semuaa.. Alhamdulillah!
Bagi yg belum, yuk kita coba! Dan lihat perbedaannya!
Bagi yang masih suka 'terpeleset' seperti saya, banyak -banyak istighfar dan coba lagi aja 😄. Sampai terbiasa.
Insha Allah kita bisa!
Semangaat 💪🏼💪🏼💪🏼
Untuk para ayah, kalau mau sampe rumah, kami tahu engkau lelah, tarik nafas dan jangan lupa, siapkan senyum terindah, karena buat sang buah hati, ketika ayah pulang ke rumah, mereka sambut bagaikan superhero yang paling ternama.
Insha Allah kita bisa. Demi sang buah hati.
Bukankah jika kita tua nanti, begitu pula sambutan yang kita harapkan dari mereka nanti??
Senyum. Pelukan. Tanyakan.. Bagaimana harimu hari ini nak?
❤❤❤
3? 2? 1? Berapa yang sekolah?. Apa yang engkau lakukan ketika menerima mereka sepulang sekolah?
Peluk? Sapa? Mengingatkan serentetan peraturan? Mulai dari taroh sepatu di tempatnya sampai, jangan lupa kerjain pe-ernya?
Berapa menit mereka boleh beristirahat sekenanya? Masih pake seragam sekolah? Atau seragam harus sudah masuk ke tempat cucian kotor? Berapa menit? 10? 20? 30?
Pertanyaannya, berapa menit ibu sanggup tahan melihat mereka belum ganti baju dan berleyeh-leyeh baik di kamar ataupun ruangan lainnya?
Apakah mereka sempat ibu tanya?
Mungkin nanti pas makan malam..tentang bagaimana harinya? Bagaimana teman baiknya? Siapa yang menyebalkan? Susah nggak ujian? Perhatikan jawabannya, Ikut antusias pada ceritanya?
Boleh nggak menahan bertanya, berapa nilai ujian kemaren? Tadi pas tes hafalan, bisa nggak? Atau berkomentar tentang hal negatif yang terjadi hari ini. Bisa nggak?
Terdengar familiar?
Ya itulah kebanyakan dari kita. Termasuk juga saya, yang tidak luput dari 'terpeleset' kembali ke metode 'interview' jaman dahulu kala.
Kalau ibu-ibu NGGAK PERNAH mengalami hal diatas.., Masha Allah Tabarakallah! Ibu super hebat.
Anak zaman sekarang, nggak bisa pake metode lama. Perduli hanya pada nilai test aja, kenapa sekian bisa salah, tapi lupa pada jumlah betulnya. Mengingatkan rutinitas dan peraturan, tapi lupa merasakan, bagaimana rasanya menjadi tubuh kecil yang lelah.. Sekolah dari pagi sampai ashar terkadangnya, belum lagi persiapan sekolah itu. Dari bangun sampai rapi menjelang berangkat. Dan pulang? Bersama dengan tas yang super berat.. Berisi pe-er dan tugasan yang tidak kalah beratnya.
Mari berandai sejenak... andai anak itu kita. Maukah diperlakukan demikian? Begitu melangkah masuk ke halaman rumah, sudah disapa dengan.. "Ayoo.. Sepatunya ditaroh di tempatnya, jangan lupa ganti baju...bla..bla..bla"...
"HHhhhhhh, lelahnyaaa! Blm sampe aja disambut sama rentetan perintah. Belum juga kelihatan mukanya. Nanya apa kek, senyum kek.. Jangan2.. Malah nanya tentang nilai test hari ini??"
Begitu kira-kira?
Istighfar
Saya tahu ibu-ibu semua, lelah. Capek. Sudah seharian berjibaku dengan rutinitas yang itu-itu saja, dan sepertinya tidak habis-habisnya. Iya, faham. Ngak perlu lah dapat kerjaan tambahan, nyusun sepatu dan mungut baju seragam yang bau asem yg bertebaran dimana-mana itu. Ya kan??
Cucian piring aja belum selesai semua. 😭
Tapi, sebentar! Sebentar ajaa...
Tarik nafas. Jadilah mereka. Rasakanlah bagaimana lelahnya tubuh kecilnya. Menggendong buku yg banyak, dan beban pelajaran yg diterima hari ini. Belum lagi setumpuk pe-er yg sudah menghantui.
Berhentilah sebentar. Tarik nafas. Atur diri. Senyuuummm... Siapkan posisi pelukan, jongkok.. Biar tingginya sama... Peluk eraaaattt, hujani dengan ciuman... Sapa dengan bilang "mamaaa kangeeen sekali sama (nama) hari ini, bagaimana harimu nak?"
Tanya
Belum tentu ia mau jawab. Ia lelah. Tapi yang pasti, ia akan tersenyum menerima semuaaa perlakuan hangat penuh cinta tersebut!
Nggak percaya?! Cobalah?
Wagu? Aneh? Canggung?
Ah, itu kan karena belum terbiasa
Ala bisa karena biasa...
Bagi yang sudah melakukan ini semuaa.. Alhamdulillah!
Bagi yg belum, yuk kita coba! Dan lihat perbedaannya!
Bagi yang masih suka 'terpeleset' seperti saya, banyak -banyak istighfar dan coba lagi aja 😄. Sampai terbiasa.
Insha Allah kita bisa!
Semangaat 💪🏼💪🏼💪🏼
Untuk para ayah, kalau mau sampe rumah, kami tahu engkau lelah, tarik nafas dan jangan lupa, siapkan senyum terindah, karena buat sang buah hati, ketika ayah pulang ke rumah, mereka sambut bagaikan superhero yang paling ternama.
Insha Allah kita bisa. Demi sang buah hati.
Bukankah jika kita tua nanti, begitu pula sambutan yang kita harapkan dari mereka nanti??
Senyum. Pelukan. Tanyakan.. Bagaimana harimu hari ini nak?
❤❤❤
0 comments:
Post a Comment