Sudah tiga minggu anak-anak belajar di rumah, mereka sudah merasa jenuh dan lelah dengan pembelajaran daring. Mereka rindu canda tawa di kelas bersama teman-teman mereka. Mereka rindu dengan kegiatan sekolah, mereka rindu dengan senyuman dan keramahan sosok bapak dan ibu guru mereka. Ternyata benar kata Dilan, “Rindu itu berat, kamu tak akan kuat.” Rasa itulah yang sekarang di rasakan para siswa.
Ketika hari senin, di group whatsapp mereka saling berceloteh. “Sekarang waktunya upacara bu,” yang lain menjawab, “upacara di halaman rumah masing-masing!” “pemimpinnya saya bu.” Mereka saling membalas bersahutan. “Jangan lupa belikan kue dan teh gelas di kopsis (koperasi sekolah) bu.” Sambil tersenyum saya membaca celotehan mereka. Ketika pembelajaran daring berlangsung ada siswa yang sangat antusias, segera melaksanakan tugas yang saya perintahkan.Ada yang berteriak, “kapan kita sekolah bu?” “kepala saya pusing jika berjauhan.”
Begitu penting hadirnya seorang guru dan sekolah bagi mereka. Secanggih teknologi apa pun tak akan mampu menggantikan sosok guru di sekolah dan madrasah. Guru pun mulai lelah meladeni pertanyaan para siswa setiap hari, tapi inilah tantangan pendidikan revolusi industri 4.0 yang sesungguhnya. Apa yang di canangkan bapak menteri kita dengan mengatur segala aktifitas lewat teknologi, ternyata benar adanya. Teknologi telah marajai aktifitas manusia di masa covid-19 ini.
Tetapi jiwa manusia tetap menginginkan pertemuan, sosok guru dalam setiap prilaku dan geriknya mampu mengispirasi para siswa. Kini hanya bertemu lewat dunia maya, Kita semua rindu akan perjumpaan. Semoga badai ini segera berlalu, walau sudah ada edaran lagi, belajar di rumah di perpanjang hingga 01 Juni 2020. Bakal lama menahan rasa rindu ini, tetap sabar dan waspada untuk kita semua.
0 comments:
Post a Comment