Salam Literasi!
Kali ini, saya ingin berbagi tip-tip singkat, dalam garis besar, dan mendasar dalam menulis. Mereka (tip-tip ini) bisa kalian terapkan dalam tulisan masing-masing.
TEKNIS PENULISAN
Ini meliputi unsur-unsur yang lebih bersifat teknis. Di luar segi intrinsik karya (opening, konflik, dst). Is meliputi kalimat, alinea, dialog tag, elipsis, onomatopoeia, dkk. Kalau naskah diibaratkan rumah, maka ia adalah pondasi sekaligus bangunannya sampai jadi. Nah, di dalam rumah itulah, naskah kita diletakkan.
Analogi ini bisa dipahami, bukan?
1. Biasakan bikin kalimat dan alinea yang mangkus dan sangkil (efektif dan efisien).
Kalimat adalah susunan kata dengan relasi dan struktur tertentu yang dengannya seseorang menyampaikan sesuatu (berkomunikasi). Kalimat yang baik dan benar serta mudah dipahami adalah dasar sekali dalam naskah. Usahakan, setiap kalimat punya struktur gramatika yang betul, SPOK. Ada subjek, predikat, objek, dan keterangan. Atau, minimal SPO. Bisa juga hanya SP.
Semakin pendek kalimat, semakin bagus.
Perkara mendasar ini paling sering diremehkan. Padahal, jika diindahkan, maka kekuatan naskah akan melejit 2-3 kelas. Sebab kita bercerita melalui medium bernama bahasa. Kalau bahasa masih digunakan asal-asalan, maka potensi cerita kita akan meredup.
Jangan lantas kalimat-kalimat dalam naskah kaku dan monoton sebab menuruti kaidah gramatika, ya. Harus lentur, punya estetika, dan mengandung sihir. Sihir inilah yang membantu kita memukau pembaca. Ia tersembunyi justru dalam susunan kata itu sendiri.
Tidak usah terlalu pusing dengan sebutan ini. Nanti kalian akan mengerti. Intinya, cerita yang bagus ialah naskah dengan kadar sihir yang sesuai. Ibarat masakan, naskah itu proportional, ikuti resep, dan lezat dinikmati.
Alinea efektif dan efisien
Alinea adalah susunan kalimat dalam satu rangkaian. Harus diingat, dalam satu paragraf, HANYA ADA satu ide, satu kalimat utama, dan beberapa kalimat penjelas. Semuanya harus sebangun, saling menopang, dan klop. Bukan yang satu bahas ini, lainnya itu, yang lain lagi embuh. Saat dibaca, orang jadi pusing atau tidak mengerti.
Alinea bisa terdiri dari 3-10 kalimat ATAU hanya satu kalimat. Bahkan, bisa saja cuma 1-3 kata ATAU malah satu kata. Tergantung kebutuhan. Ini akan dipahami kalau sudah lumayan mengerti soal tone (ritme bercerita). Kapan harus selipkan alinea-alinea panjang, kapan pendek, dan kapan amat singkat.
2. Pemisahan setiap alinea dan dialog.
Jangan biasakan menulis terlalu rapat sebab akan melelahkan mata. Beri jarak antaralinea dan antara dialog. Hal sederhana ini amat membantu pembaca menikmati cerita kita. Jangan diabaikan!
Bedakan pula dialog tokoh A dan tokoh lain dengan memberi jarak antaralinea.
"Di luar sana, banyak orang terkecoh dengan kata Galaktika. Mereka beranggapan benda ini amat canggih, berteknologi mutakhir, dan amat mahal. Asumsi-asumsi itu muncul sebab para pelindung Galaktika memang sengaja mengaburkannya. Terlalu bodoh menyimpan Galaktika di suatu tempat dengan sistem pengamanan luar biasa, kalau dengan memanfaatkan ilmu dan strategi tertentu kita dapat lebih memastikan keamanannya," ujarku. >>> Perhatikan! Dalam dialog ini, saya sekaligus ajarkan soal menyusun dialog yang bagus, alinea yang efektif, dialog tag, minimalisasi saltik, optimalisasi tanda baca, dan kemudahan pemahaman maksud saya. Cermati betul-betul!
"Oh, ya?" sahutnya seraya mengernyitkan sebelah alis. Begitulah dia setiap kali tak memercayai sesuatu. Aku sampai hafal wataknya. "Menurutmu, hai Tuan yang Sok Tahu dan Bijaksana, di manakah Galaktika disimpan? Sementara, orang-orang di delapan distrik Mars sibuk berperang memperebutkannya. Satu sama lain saling tuduh."
Aku terkekeh. Senang rasanya bikin dia kesal begitu. Usai memastikan keadaan sekitar aman, kucondongkan tubuh ke badannya, lalu senarai kalimat kubisikkan ke telinga. "Di Bumi."
Dia menarik badannya seketika. Mukanya menyiratkan keterkejutan yang amat sangat. Mungkin, dia lagi berpikir, kedustaan apa yang tengah kukoarkan. Jelas tampak dari ekspresinya.
"Kau kira aku segoblok itu kaukelabui, Tuan Sok Tahu? Naif betul! Kalau Galaktika disimpan di Bumi, bagaimana bisa planet ini hancur dan sebagian penduduknya, yang dulu amat berkuasa di bumi dan mengendalikan segalanya, hijrah ke Mars?" dampratnya berapi-api.
"Kau ini sebenarnya pintar, tapi memang naif! Ego telah memberangus kepintaranmu! Sudah kukatakan, Galaktika disimpan di Bumi! Dan ... ups! Sebentar!" ujarku seraya memencet bibirnya yang siap memuntahkan kalimat lagi, "kalau kau kuceramahi soal lipatan waktu dan portal-portal antardimensi, apakah kau pasti mau percaya?"
Perhatikan! Saya beri jarak antardialog para tokoh. Tidak menempel jadi satu. Pembaca paham siapa lagi bicara apa.
3. Buang semua hal yang tidak penting.
Hendaknya bisa membuang semua hal yang tidak penting, seperti basa-basi, obrolan macam salam, cipika cipiki, nanyain kabar. Ini cerpen. Fokus dan to the pointlah!
4 Jangan bertele-tele!
5. Jangan ulangi informasi, apalagi info dumbs dalam naskah. Membosankan.
6. Tak perlu tuturkan semua plot/scene/adegan terlalu detail (kecuali memang dibutuhkan). Sampai seruntut script sinetron. Sekali lagi, ini cerpen!
Itu dulu pokok-pokok penting teknis penulisan. Nanti bisa ditambahi.
TEKNIS INTRINSIK NASKAH
Ini meliputi ide, tema, judul, opening, penokohan, konflik, ending, dan kawan-kawannya.
Di sinilah, mantra-mantra sihir diletakkan. Kalau tadi teknis kebahasaan adalah medium sihirnya (alat atau sarana melakukan sihir), maka segi intrinsik naskah adalah rapalan-rapalan yang kita berdayakan untuk membuat pembaca merasa sedih, geregetan, ketawa, nangis, dll.
Pendek kata, asalkan poin-poin di atas mau ditaati, naskah kita sudah melejit beberapa tingkat, kok. Percayalah! Saya tidak sedang membohongi kalian.😁
NAMBAH:
Ini sepele, tapi masih sering terjadi. Perhatikan teknis penulisan yang benar sesuai kaidah!
- siapa pun, apa pun, saya pun, kami pun, Dominic pun >> dipisah
- biarpun, kendatipun, bagaimanapun, walaupun, meskipun, dll >> dirangkai. Perhatikan BEDA kedua pola partikel pun ini!
- di distrik, di dada, di Bumi, di Mars, di pesawat >> setiap keterangan tempat, PISAHKAN di dengan lokasinya.
- dipukul, diperhatikan, dicatat, dicermati, dihafalkan, dititeni >> kata kerja pasif, RANGKAILAH di dengan kata yang mengikuti. JANGAN dipisah!
- kata ganti kekerabatan dlm pov 1 HARUS BESAR. Misalnya, Ibu, Ayah, Tante, Paman.
Namun, kata ganti selainnya, kecil. Contoh, kamu, kami, aku, dia
- jangan asal tebar elipsis
Cermati kaidah berikut!
Selagi aku tercengang melihat sebuah meteor merobek langit petang, dengan sinarnya yang menyilaukan mata dan bunyi memekakkan telinga, tiba-tiba terdengar suara dentuman amat dahsyat. Lalu .... <<< (4 titik krn kalimat selesai)
Aku terpental ke angkasa!
***
"Aku lari dari sana. Mau gimana lagi? Keadaan mendesak. Dan ... hei, kamu dengerin ceritaku tidak, sih?" <<< 3 titik, krn ini jeda selagi seorg tokoh bicara.
Itu dulu.
Semoga bermanfaat 😊
Jombang, 27 April 2020
Kali ini, saya ingin berbagi tip-tip singkat, dalam garis besar, dan mendasar dalam menulis. Mereka (tip-tip ini) bisa kalian terapkan dalam tulisan masing-masing.
TEKNIS PENULISAN
Ini meliputi unsur-unsur yang lebih bersifat teknis. Di luar segi intrinsik karya (opening, konflik, dst). Is meliputi kalimat, alinea, dialog tag, elipsis, onomatopoeia, dkk. Kalau naskah diibaratkan rumah, maka ia adalah pondasi sekaligus bangunannya sampai jadi. Nah, di dalam rumah itulah, naskah kita diletakkan.
Analogi ini bisa dipahami, bukan?
1. Biasakan bikin kalimat dan alinea yang mangkus dan sangkil (efektif dan efisien).
Kalimat adalah susunan kata dengan relasi dan struktur tertentu yang dengannya seseorang menyampaikan sesuatu (berkomunikasi). Kalimat yang baik dan benar serta mudah dipahami adalah dasar sekali dalam naskah. Usahakan, setiap kalimat punya struktur gramatika yang betul, SPOK. Ada subjek, predikat, objek, dan keterangan. Atau, minimal SPO. Bisa juga hanya SP.
Semakin pendek kalimat, semakin bagus.
Perkara mendasar ini paling sering diremehkan. Padahal, jika diindahkan, maka kekuatan naskah akan melejit 2-3 kelas. Sebab kita bercerita melalui medium bernama bahasa. Kalau bahasa masih digunakan asal-asalan, maka potensi cerita kita akan meredup.
Jangan lantas kalimat-kalimat dalam naskah kaku dan monoton sebab menuruti kaidah gramatika, ya. Harus lentur, punya estetika, dan mengandung sihir. Sihir inilah yang membantu kita memukau pembaca. Ia tersembunyi justru dalam susunan kata itu sendiri.
Tidak usah terlalu pusing dengan sebutan ini. Nanti kalian akan mengerti. Intinya, cerita yang bagus ialah naskah dengan kadar sihir yang sesuai. Ibarat masakan, naskah itu proportional, ikuti resep, dan lezat dinikmati.
Alinea efektif dan efisien
Alinea adalah susunan kalimat dalam satu rangkaian. Harus diingat, dalam satu paragraf, HANYA ADA satu ide, satu kalimat utama, dan beberapa kalimat penjelas. Semuanya harus sebangun, saling menopang, dan klop. Bukan yang satu bahas ini, lainnya itu, yang lain lagi embuh. Saat dibaca, orang jadi pusing atau tidak mengerti.
Alinea bisa terdiri dari 3-10 kalimat ATAU hanya satu kalimat. Bahkan, bisa saja cuma 1-3 kata ATAU malah satu kata. Tergantung kebutuhan. Ini akan dipahami kalau sudah lumayan mengerti soal tone (ritme bercerita). Kapan harus selipkan alinea-alinea panjang, kapan pendek, dan kapan amat singkat.
2. Pemisahan setiap alinea dan dialog.
Jangan biasakan menulis terlalu rapat sebab akan melelahkan mata. Beri jarak antaralinea dan antara dialog. Hal sederhana ini amat membantu pembaca menikmati cerita kita. Jangan diabaikan!
Bedakan pula dialog tokoh A dan tokoh lain dengan memberi jarak antaralinea.
"Di luar sana, banyak orang terkecoh dengan kata Galaktika. Mereka beranggapan benda ini amat canggih, berteknologi mutakhir, dan amat mahal. Asumsi-asumsi itu muncul sebab para pelindung Galaktika memang sengaja mengaburkannya. Terlalu bodoh menyimpan Galaktika di suatu tempat dengan sistem pengamanan luar biasa, kalau dengan memanfaatkan ilmu dan strategi tertentu kita dapat lebih memastikan keamanannya," ujarku. >>> Perhatikan! Dalam dialog ini, saya sekaligus ajarkan soal menyusun dialog yang bagus, alinea yang efektif, dialog tag, minimalisasi saltik, optimalisasi tanda baca, dan kemudahan pemahaman maksud saya. Cermati betul-betul!
"Oh, ya?" sahutnya seraya mengernyitkan sebelah alis. Begitulah dia setiap kali tak memercayai sesuatu. Aku sampai hafal wataknya. "Menurutmu, hai Tuan yang Sok Tahu dan Bijaksana, di manakah Galaktika disimpan? Sementara, orang-orang di delapan distrik Mars sibuk berperang memperebutkannya. Satu sama lain saling tuduh."
Aku terkekeh. Senang rasanya bikin dia kesal begitu. Usai memastikan keadaan sekitar aman, kucondongkan tubuh ke badannya, lalu senarai kalimat kubisikkan ke telinga. "Di Bumi."
Dia menarik badannya seketika. Mukanya menyiratkan keterkejutan yang amat sangat. Mungkin, dia lagi berpikir, kedustaan apa yang tengah kukoarkan. Jelas tampak dari ekspresinya.
"Kau kira aku segoblok itu kaukelabui, Tuan Sok Tahu? Naif betul! Kalau Galaktika disimpan di Bumi, bagaimana bisa planet ini hancur dan sebagian penduduknya, yang dulu amat berkuasa di bumi dan mengendalikan segalanya, hijrah ke Mars?" dampratnya berapi-api.
"Kau ini sebenarnya pintar, tapi memang naif! Ego telah memberangus kepintaranmu! Sudah kukatakan, Galaktika disimpan di Bumi! Dan ... ups! Sebentar!" ujarku seraya memencet bibirnya yang siap memuntahkan kalimat lagi, "kalau kau kuceramahi soal lipatan waktu dan portal-portal antardimensi, apakah kau pasti mau percaya?"
Perhatikan! Saya beri jarak antardialog para tokoh. Tidak menempel jadi satu. Pembaca paham siapa lagi bicara apa.
3. Buang semua hal yang tidak penting.
Hendaknya bisa membuang semua hal yang tidak penting, seperti basa-basi, obrolan macam salam, cipika cipiki, nanyain kabar. Ini cerpen. Fokus dan to the pointlah!
4 Jangan bertele-tele!
5. Jangan ulangi informasi, apalagi info dumbs dalam naskah. Membosankan.
6. Tak perlu tuturkan semua plot/scene/adegan terlalu detail (kecuali memang dibutuhkan). Sampai seruntut script sinetron. Sekali lagi, ini cerpen!
Itu dulu pokok-pokok penting teknis penulisan. Nanti bisa ditambahi.
TEKNIS INTRINSIK NASKAH
Ini meliputi ide, tema, judul, opening, penokohan, konflik, ending, dan kawan-kawannya.
Di sinilah, mantra-mantra sihir diletakkan. Kalau tadi teknis kebahasaan adalah medium sihirnya (alat atau sarana melakukan sihir), maka segi intrinsik naskah adalah rapalan-rapalan yang kita berdayakan untuk membuat pembaca merasa sedih, geregetan, ketawa, nangis, dll.
Pendek kata, asalkan poin-poin di atas mau ditaati, naskah kita sudah melejit beberapa tingkat, kok. Percayalah! Saya tidak sedang membohongi kalian.😁
NAMBAH:
Ini sepele, tapi masih sering terjadi. Perhatikan teknis penulisan yang benar sesuai kaidah!
- siapa pun, apa pun, saya pun, kami pun, Dominic pun >> dipisah
- biarpun, kendatipun, bagaimanapun, walaupun, meskipun, dll >> dirangkai. Perhatikan BEDA kedua pola partikel pun ini!
- di distrik, di dada, di Bumi, di Mars, di pesawat >> setiap keterangan tempat, PISAHKAN di dengan lokasinya.
- dipukul, diperhatikan, dicatat, dicermati, dihafalkan, dititeni >> kata kerja pasif, RANGKAILAH di dengan kata yang mengikuti. JANGAN dipisah!
- kata ganti kekerabatan dlm pov 1 HARUS BESAR. Misalnya, Ibu, Ayah, Tante, Paman.
Namun, kata ganti selainnya, kecil. Contoh, kamu, kami, aku, dia
- jangan asal tebar elipsis
Cermati kaidah berikut!
Selagi aku tercengang melihat sebuah meteor merobek langit petang, dengan sinarnya yang menyilaukan mata dan bunyi memekakkan telinga, tiba-tiba terdengar suara dentuman amat dahsyat. Lalu .... <<< (4 titik krn kalimat selesai)
Aku terpental ke angkasa!
***
"Aku lari dari sana. Mau gimana lagi? Keadaan mendesak. Dan ... hei, kamu dengerin ceritaku tidak, sih?" <<< 3 titik, krn ini jeda selagi seorg tokoh bicara.
Itu dulu.
Semoga bermanfaat 😊
Jombang, 27 April 2020