Laman

Thursday, February 16, 2017

Kehidupan Ada Di Dunia Nyata

Generasi sekarang adalah generasi gagdet dan media sosial. Maka jika kita adalah pengguna aktif dua hal tersebut, pikirkanlah hal2 berikut ini:

1. Jangan memposting soal perasaan di media sosial secara berlebihan. Jangan biarkan kita tergoda tiba2 berlebihan sekali bilang ‘I Love U’, atau kangen, rindu, dan sejenisnya. Ini termasuk ke Ibu, Bapak kandung sendiri. Please, jika kita memang kangen, telepon langsung, atau segera pulang, temui. Menggunakan jalur pribadi atas hal2 seperti ini akan lebih baik. Nah, jika ke orang tua saja sebaiknya hindari, apalagi jika itu ke seseorang yang kelasnya hanya pacar. Tidak perlu diobral di media sosial, tidak perlu berlebihan sekali, karena besok lusa, saat perasaan kita terbalik 180 derajat, mau diapakan?

2. Jangan memposting foto2 selfie setiap saat. Kadang kita memberitahu seluruh dunia bagaimana bentuk kamar kita, bagaimana rumah kita, semua tempat jadi latar selfie. Orang lain juga bisa tahu posisi kita, lagi ngapain, dstnya. Boleh posting foto, boleh2 saja, tapi selalu pikirkan, ini berlebihan atau tidak? Foto mulut dimonyongin, dsbgnya, dsbgnya juga silahkan saja, tapi lagi2, pastikan kita tidak berlebihan. Hidup kita itu jadi seperti akuarium saat kita selalu posting foto selfie, orang2 bisa lihat semuanya. Termasuk yang berniat jahat, juga tahu kita sedang apa.

3. Jangan memposting kebencian di media sosial. Jangan memaki orang lain di akun facebook, twitter, dll milik kita. Semarah apapun kita, jangan memaki, menghina, mencaci. Sepotong kalimat kebencian yang dituliskan tanpa kendali, boleh jadi panjang urusannya. Toh, kalaupun kita maki di media sosial, jadi selesai masalahnya? Jadi lega? Tidak. Hindari. Nah, jika kebencian saja dijauhi, apalagi posting fitnah, provokasi, dan hal2 memiliki daya rusak lainnya. Selalu filter, cek dan ricek.

4. Jangan menanggapi orang2 yang tidak dikenal. Catat baik-baik rumus ini: sekali kita tidak kenal seseorang, mau profilnya seganteng aktor korea, mau profilnya pekerja kantor, bermobil mewah, dll, JANGAN ditanggapi. Ini dunia maya, foto mah mudah direkayasa, apalagi profil. Tiba2 ada yang sok kenal, sok dekat, tiba2 perhatian, sekali kita tidak tahu ini siapa, teman2 kita juga tdk tahu ini siapa, lebih baik blokir segera. Naif sekali kalau ditanggapi, dan besoknya kita juga mau diajak ketemuan. Kejahatan akibat hal ini bagai gunung es di lautan. Puncaknya terlihat sedikit, di bawahnya mengerikan.

5. Jangan habiskan waktu berdebat, ribut, bertengkar, apalagi asyik mem-bully di media sosial. Jangan terpancing, hindari. Bahkan dalam kasus kita sungguh tidak terima dengan sebuah postingan, selalu pilih diam, skip, pas. Jika masih mengganggu, unfollow, unfriend, agar kita tidak perlu lagi melihatnya. Media sosial ini menghabiskan berjam-jam waktu berharga milik kita, maka tidak perlu lagi ditambahi dengan kerusakan lainnya.

6. Pastikan manfaatnya masih lebih besar. Ketahuilah, main2 di media sosial itu melenakan. Tiba2 sudah habis berjam-jam. Sehari saja kita habis 2 jam, maka setahun, itu setara 700 jam. Itu bukan waktu yang sedikit, itu buanyak, itu bahkan hampir 10% dari waktu kita. Jika nilai2 sekolah kita masih jelek, lebih baik bergegas buka buku belajar. Jika skripsi, thesis, tugas kuliah kita belum selesai, lebih baik gunakan waktu itu untuk mengerjakannya. Jika kita masih pengangguran, ngeluh nggak ada uang, mending 700 jam tadi buat bekerja. Silahkan saja main media sosial, tapi pastikan kita cerdas. Kitalah yang mengendalikan media sosial, bukan sebaliknya. Bahkan jika kita memang cerdas, media sosial ini bisa jadi ladang rezeki yang baik--dan itu kongkret, bukan cuma niat doang.

7. Tidak semua harus diumumkan di media sosial. Ingatlah, facebook, twitter, instagram, path, itu bukan etalase toko, apalagi catwalk tempat digelar show. Fungsi utama dari media sosial adalah bersosialisasi, menemukan teman2 lama, teman2 baru, menyambung tali silaturahmi, dsbgnya. Bayangkan emak2 yang suka pamer dan bergunjing saat ketemu. Eh jeng, aku kemarin baru balik dari Singapore. Ohya, aku dong baru pulang dari Hong Kong. Ah, masa’ jeng, kemarin aku mampir di London ketemu sama David Beckham. dstnya, dstnya. Kita mungkin ilfil mendengarnya, tapi boleh jadi kelakuan kita di media sosial sama saja. Juga saat melihat remaja alay yg berebut berfoto di taman bunga, merusak itu taman. Kita ilfil juga lihatnya? Tapi boleh jadi kelakuan kita sama saja--hanya beda latar, setting dan kadarnya saja.

8. Terakhir, ketahuilah, dunia maya adalah dunia maya. Jangan sampai, kita akrab dan bersosialisasi sekali dengan orang yang ratusan kilometer nun jauh di sana, eh, tetangga sebelah rumah kita tidak kenal. Punya teman ribuan di dunia maya, eh di dunia nyata, satupun tidak punya. Ganjil sekali jadinya, kita ini hidup di dunia nyata atau dunia maya sih? Jago main game sepakbola di dunia maya, tidak berarti apa-apa. Lebih oke main futsal bareng teman, meski tidak jago, tapi minimal bikin badan sehat. Jago berkebun, punya restoran, dll game di dunia maya, itu tetap saja dunia maya.
Kehidupan ada di dunia nyata.

*Tere Liye

0 comments: