Pembuatan Ecobrick di Lingkungan Madrasah
Oleh: Ni’matuz Zahroh, M.Pd
Guru di MTs Negeri 15 Jombang
Pengelolaan sampah di negeri ini merupakan permasalahan klasik, sepele namun belum juga teratasi sepenuhnya. Menurut Direktur Jendral Pengelolan Sampah, Limbah, dan B3 (Bahan Bebahaya dan Beracun) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Tuti Hendrawati Mintarsih, menyebut total jumlah sampah Indonesia di 2019 akan mencapai 68 juta ton, dan sampah plastik diperkirakan akan mencapai 9,52 juta ton atau 14 persen dari total sampah yang ada. Berdasarkan data Jenna Jambeck, seorang peneliti sampah dari Universitas Georgia, Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik yang mencapai sebesar 187,2 juta ton setelah Cina yang mencapai 262,9 juta ton. Belum lagi, penggunaan plastik di Indonesia merupakan sampah yang merupakan sumber utama penumpukan bobot sampah, terlebih plastik diuraikan dalam waktu 1 millenium atau sekitar 1000 tahun. Belum lagi, pemusnahan plastik dengan cara dibakar hanya akan memperburuk kesehatan karena zat Dioksi yang dihasilkannya. Maka, prinsip 3R yaitu Reduce (mengurangi), Reuse (Menggunakan kembali), dan Recycle (Mendaur ulang) selayaknya kita terapkan dalam mengatasi sampah plastik, dengan cara simpel namun efektif, yaitu Ecobrick.
Ecobrick adalah pengolahan sampah plastik menjadi material ramah lingkungan. Hal ini merupakan upaya untuk mengurangi menumpuknya sampah plastik. Material ramah lingkungan tersebut dibuat dengan memasukkan dan memadatkan sampah plastik yang sudah bersih dan kering ke dalam botol plastik bekas serta menggunakan tongkat kecil untuk memadatkan sampah plastik ke botol tersebut.
Ecobrick merupakan metode untuk meminimalisir sampah dengan media botol plastik yang diisi penuh dengan sampah anorganik hingga benar-benar keras dan padat. Tujuan dari ecobrick sendiri adalah untuk mengurangi sampah plastik, serta mendaur ulangnya dengan media botol plastik untuk dijadikan sesuatu yang berguna. Contoh pemanfaatannya adalah untuk pembuatan meja, kursi, tembok, maupun barang kesenian lainnya yang bahkan memiliki nilai jual. Metode ini terbukti mengurangi jumlah sampah plastik di Kanada, negara tempat bernaung pencipta Ecobrik ini, yaitu Russell Maier.
Ecobrick
Plastik terbuat dari zat-zat petrokimia. Zat-zat kimia ini tidak layak kembali ke ekologi di sekitar kita. Zat-zat kimia ini beracun bagi manusia, kita mengetahuinya ketika mencium plastik terbakar. Pada akhirnya, plastik yang berceceran, dibakar, atau dibuang terurai menjadi zat-zat kimia beracun.
Pencemaran Plastik
Lambat laun, zat-zat kimia ini larut ke tanah, air, dan udara yang kemudian diserap oleh tumbuhan dan hewan. Pada akhirnya zat-zat itu akan mencapai kita, menyebabkan cacar lahir, ketidakseimbangan hormon, dan kanker. Tempat pembuangan yang canggih sekalipun bukan solusi. Baik dalam sepuluh, maupun seratus tahun, zat-zat kimia ini akan meresap ke dalam biosfer, berdampak pada lingkungan kita.
Fasilitas daur ulang tradisional juga tidak memecahkan masalah plastik. Daur ulang skala industri tetap belum sempurna, tidak dapat dihindari, plastik akhirnya hancur atau turun mutu. Plastik berkualitas paling tinggi sekalipun pada akhirnya didaur menjadi produk atau bahan yang tidak lagi dapat didaur ulang. Artinya, pada akhirnya semua plastik kembali berakhir di alam.
Plastik perlu dilenyapkan atau justru disimpan di tempat yang tepat. Selamatkan plastik dari takdirnya sebagai racun. Botol-botol awet hingga 300-500 tahun jika terhindar dari sinar matahari. Ketika dikemas rapat, botol-botol ini dapat menjadi brick atau bata luar biasa yang dapat digunakan berulang kali untuk membangun. Inilah yang disebut dengan ecobrick.
Ecobrick dirancang untuk digunakan berulang kali. Maka, saat kita membuat ecobrick, bayangkan penggunaan berikutnya. Saat kita membangun dengan ecobrick, bayangkan juga nasibnya di kemudian hari. Untuk itu, ecobrick memiliki siklus yang berkesinambungan.
Membuat ecobrick adalah pekerjaan yang butuh waktu lama dan usaha keras. Tapi justru disinilah seninya, ini saat-saat penting dan berharga untuk merenung, berkhayal, dan membayangkan. Untuk itu, ecobrick cocok diterapkan di sekolah. Kita dapat membimbing para siswa melakukan visioning melalui perenungan tentang permasalahan lingkungan. Minta para siswa untuk membubuhkan tanggal, tanda tangan, dan melapisi visi/jawaban mereka dengan selotip. Bata-bata ecobrick akan bertahan sangat lama. Bata-bata ini akan menjadi kapsul waktu yang dapat ditemukan oleh anak-anak kita nanti. Ini akan mendorong siswa untuk berpikir panjang tentang tanggung jawab dan warisan mereka.
Membuat ecobrick itu mudah, namun ada langkah-langkah penting yang perlu diperhatikan. Mulailah dengan benar, karena hal ini akan menjadi kebiasaan jangka panjang yang akan dimulai oleh kita, siswa kita, dan madrasah kita. Penting bahwa para siswa dibimbing dengan cermat untuk pembuatan ecobrick pertama mereka. Dalam waktu singkat, sekolah kita akan menghasilkan ratusan ecobrick dan selama beberapa tahun mendatang, mungkin sampai ribuan. Maka, mulailah kebiasaan ini dengan teknik terbaik.
Membuat Ecobrick
Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan ecobrick di madrasah, yakni:
- Isi botol-botol hanya dengan benda-benda yang tidak dapat terurai secara biologis, segala jenis plastik, busa, pembungkus, dan selofan.
- Tidak memasukkan kertas, kaca/beling, dan logam tajam.
- Gunakan tongkat bambu untuk mengisi botol dengan sebanyak mungkin benda-benda yang tidak dapat diurai secara biologis.
- Gunakan lembaran selofan lunak untuk mengisi sudut-sudut dasar botol dan kantung-kantung udara.
- Gunakan lembaran selofan berwarna untuk memberi warna bagian bawah brick.
- Gunakan merek-merek botol tertentu untuk madrasah Anda. Hal ini akan mempermudah pembuatan ecobrick.
- Botol-botol kecil juga dapat digunakan, pilih botol yang paling banyak tersedia di lingkungan madrasah.
Sambil menyusun ecobrick, para siswa akan memiliki saat-saat berharga untuk berefleksi dan berimajinasi. Untuk menghemat penggunaan kertas, maka jawaban/visi dapat ditulis di ecobrick yang mereka buat. Contoh pertanyaan yang dapat diajukan, meliputi:
1. Dari mana asal semua plastik yang ada?
2. Siapa yang bertanggung jawab atas plastik bekas dari produk yang kita beli?
3. Ke mana plastik ini akan pergi apabila tidak masuk ke dalam botol?
4. Ke mana plastik ini akan pergi setelahnya, 10 tahun dari sekarang? 100 tahun dari sekarang?
5. Siapa dan apa yang terkena dampak dari plastik ini secara jangka panjang?
6. Di mana bata ini akan berada dalam 10 tahun? 100 tahun?
7. Alternatif apa yang kita miliki selain menggunakan plastik?
8. Di mana peran plastik dalam lingkaran kehidupan?
9. Mengapa kita membuat ecobrick?
10. Bagaimana pilihan-pilihan kita mempengaruhi lingkungan kita, serta orang-orang pada hari ini dan esok?
Bata-bata ecobrick dapat menjadi ruang-ruang hijau yang baik, seperti kebun, taman bermain, serta hutan pangan permakultur. Mengajarkan anak untuk bercocok tanam makanan mereka sendiri adalah keterampilan berharga yang dapat diwariskan kepada generasi penerus. Produksi pangan pribadi dan komunitas yang memadai penting untuk melestarikan biosfer bumi bagi generasi masa depan. Dengan demikian, membuat ecobrick dan kompos akan mengalihkan seluruh sampah madrasah kita menjadi kegiatan yang bermanfaat bagi madrasah maupun siswa.
Membuat Ecobrick di Madrasah
Orang-orang akan bersemangat saat diberdayakan. Dengan satu visi ruang hijau yang jelas, seluruh jajaran siswa, orang tua, dan guru dapat bersatu-padu. Kontruksi ecobrick digerakkan oleh semangat kerja sama. Proyek-proyek ini akan membutuhkan ratusan bata. Undang dan jadilah inspirasi bagi komunitas dengan visi hijau yang berani.
Modul segi enam adalah hasil ecobrick yang termudah. Dibuat dari dempul silikon sederhana, modul-modul ini tahan lama dan menjadi perabot dalam ruang yang luar biasa praktis. Modul dapat digunakan sendiri-sendiri sebagai tempat duduk atau dirangkai seperti lego untuk menghasilkan meja, tempat tidur, bangku, dan banyak lagi. Modul-modul ini dapat dengan mudah ditumpuk dan disimpan. Satu botol plastik berukuran 600 mililiter dapat diisi dengan 250 gram sampah plastik atau setara 2500 bungkus makanan dalam kemasan plastik. Bayangkan saja, betapa mudahnya kita dapat meminimalisir sampah plastik berserakan di sekitar kita dengan ecobrick ini.
Modul Segi Enam
Dan tentunya, ecobrick sangat efektif digunakan oleh kalian para penggemar kegiatan alam bebas. Sampah plastik seperti mie instan, kopi kemasan sachet, plastik makanan, maupun kantong sampah plastik yang kita hasilkan dapat terbungkus dengan rapi dalam satu botol plastik. Sepele, namun sangat berpengaruh pada lingkungan sekitar kita. Maka, kurangilah pencemaran sampah plastik pada lingkungan kita dengan Ecobrick ini.
Beberapa model karya yang dapat dibentuk dari ecobrick, diantaranya:
Contoh Ecobrick dari sampah botol plastik
Rangkaian Ecobrick yang disusun menjadi meja dan kursi sederhana
Pemanfaatan Ecobrick sebagai pengganti batu bata
Pemanfaatan Ecobrick sebagai pengganti paving untuk jalan setapak di taman Madrasah
SELAMAT MENCOBA MEMBUAT ECOBRICK...!!!
SEMOGA BERMANFAAT