Aktivitas yang membuat siswa bangkit dari kursi dan bergerak di dalam kelas dapat membantu mereka terlibat dengan materi pelajaran, bahkan di tingkat sekolah.
Sebagai guru, kita tidak dapat mengerjakan tugas untuk siswa, tetapi kita dapat menciptakan pengalaman yang dinamis dan menggugah pemikiran yang terhubung dengan siapa mereka dan siapa yang mereka inginkan di masa depan. Untuk itu, kita dapat merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa merenungkan pertanyaan, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, dan menanam benih pemikiran mereka sendiri.
Pembelajaran semacam ini akan menciptakan kondisi bagi siswa untuk menimbang dan mengukur hasil, mempertimbangkan berbagai solusi, dan membayangkan kemungkinan yang tak terbatas.
Merancang Pengalaman Belajar yang Dinamis
Menunjukkan pentingnya pembelajaran:
Sangat penting bagi kita untuk secara eksplisit membantu siswa memahami bagaimana apa yang mereka pelajari di sekolah berhubungan dengan kehidupan mereka. Hal ini tidak hanya untuk meningkatkan keterlibatan mereka, tetapi juga karena penelitian menunjukkan bahwa siswa cenderung tidak menerapkan apa yang telah mereka pelajari dalam situasi baru kecuali mereka didorong untuk melakukannya.
Siswa tidak boleh dibiarkan bertanya-tanya, "Mengapa kita harus belajar hal ini?" Sebaliknya, kita dapat memperkenalkan atau menindaklanjuti pengajaran kita dengan menjelaskan mengapa kita meminta mereka melakukan suatu tugas atau bagaimana tugas tersebut memiliki relevansi bagi kehidupan mereka, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Kita juga dapat menantang siswa untuk membuat koneksi tersebut sendiri dengan memberikan pertanyaan panduan, seperti: Bagaimana pembuktian matematis ini diterapkan pada masalah saat ini? Gerakan dan konflik sejarah apa yang tampaknya terulang kembali? Bagaimana kita dapat menerapkan apa yang kita pelajari di sekolah untuk meningkatkan kehidupan dan masyarakat kita?
Memberikan pilihan:
Jika kita mengetahui apa yang paling ingin siswa pelajari, kita dapat merancang pembelajaran dengan pendekatan _backward design_ untuk memberikan mereka berbagai jalur dalam mencapai tujuan tersebut.
Sebagai contoh, dalam kelas sains, jika siswa sedang mempelajari mesin Rube Goldberg, mereka dapat memilih tugas yang ingin mereka selesaikan dan menyusun mesin menggunakan berbagai objek pilihan mereka. Dalam kelas sejarah, siswa dapat diajak untuk mencari solusi terhadap permasalahan global—mereka bisa memilih isu seperti kelaparan, pendidikan, kesehatan, lingkungan, atau kesetaraan gender, lalu memilih cara menyampaikan solusi mereka, misalnya melalui presentasi slide, video, _sketchnote_, papan cerita, atau metode lainnya. Dalam kelas bahasa, jika fokusnya adalah pada novel _coming-of-age_, guru dapat menyediakan berbagai pilihan buku dengan tokoh utama dari beragam gender, budaya, etnis, dan status ekonomi agar siswa dapat terhubung dengan karakter yang menarik bagi mereka.
Memberikan siswa pilihan dalam tugas mereka meningkatkan keterlibatan, karena seperti halnya orang dewasa, siswa lebih cenderung bersemangat dalam mengerjakan sesuatu yang relevan bagi mereka.
Menggabungkan gerakan:
Aktivitas seperti chat stations dan speed dating mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi kelas dan menunjukkan bahwa pendapat mereka penting.
Dalam chat stations, guru dapat menempelkan pertanyaan di berbagai sudut kelas yang memerlukan pemikiran divergen, seperti: Bagaimana keadaan AS modern jika Selatan memenangkan Perang Saudara? Atau: Bagaimana pesan dalam buku ini memperdalam pemahamanmu tentang kebenaran yang telah kamu temukan dalam hidupmu sendiri? Siswa bergerak dalam kelompok kecil, mendiskusikan setiap pertanyaan selama beberapa menit sebelum berpindah ke stasiun berikutnya.
Aktivitas speed dating memungkinkan siswa bergerak dan terlibat dalam berbagai percakapan satu lawan satu. Saya mengatur meja berpasangan menghadap satu sama lain, mengatur waktu percakapan dan pergerakan mereka, serta menentukan siapa yang berbicara, siapa yang mendengarkan, kapan harus mengajukan pertanyaan lanjutan, kapan harus merespons, dan kapan harus berpindah tempat.
Guru dapat memberi insentif kepada siswa untuk mendengarkan dengan memberikan waktu 30 detik untuk mencatat intisari dari apa yang mereka dengar, diikuti dengan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan lanjutan. Speed dating dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti meningkatkan keterampilan berbahasa dalam kelas bahasa asing, mendiskusikan isu-isu kontroversial, atau berbagi pengetahuan tentang topik yang berbeda.
Memberikan Waktu untuk Refleksi
Sepanjang tahun ajaran, kita harus memberikan siswa kesempatan untuk merefleksikan apa yang telah mereka pelajari dan mengevaluasi pencapaian mereka—apa yang telah mereka lakukan dengan baik, apa yang bisa dilakukan dengan lebih baik, dan bagaimana mereka ingin berkembang ke depannya.
Menjelang akhir tahun ajaran, ketika keterlibatan siswa mulai berkurang, kita dapat meminta mereka untuk merefleksikan hasil kerja mereka sepanjang tahun. Kita bisa membingkainya sebagai "Karya Terbaik" dan menanyakan: Apa yang telah kamu hasilkan tahun ini yang paling ingin kamu bagikan kepada teman-temanmu? Mengapa layak untuk dibagikan?
Hasil refleksi ini dapat disajikan dalam bentuk gallery walk, yang berisi tulisan, video, demonstrasi, dan interpretasi ulang dari pelajaran yang telah mereka pelajari. Tahun ini, saya mengharapkan dua siswa menampilkan rap yang terinspirasi dari puisi Langston Hughes berjudul Theme for English B, beberapa pertunjukan drama, analisis berpasangan yang menghubungkan kutipan dari buku dan drama yang menjadi fokus utama tahun ini, serta editorial, narasi, dan ilustrasi tema universal yang dibuat oleh siswa.
Keterlibatan siswa harus menjadi prioritas utama kita, karena tanpa keterlibatan, tidak ada pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran yang lebih mendalam terjadi ketika siswa aktif dalam kehidupan kelas, memahami hubungan antara pelajaran sekolah dan kehidupan mereka, serta memiliki kesempatan berulang untuk merefleksikan pembelajaran mereka. Ketika kita mengundang siswa untuk turut merancang pembelajaran, kelas kita akan menjadi ruang yang didefinisikan oleh para pembelajarnya sendiri—dan inilah esensi keterlibatan yang sesungguhnya.
Semangat hari Senin! Sehat selalu untuk kita semua 🤲🏻
2025: Semangat Berkarya untuk Indonesia.
Sumber: Beth Manopo.
0 comments:
Post a Comment