Laman

Friday, July 19, 2024

Miskonsepsi Umum dalam Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) pada Kurikulum Merdeka



Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dalam Kurikulum Merdeka masih terbilang baru, sehingga banyak muncul berbagai miskonsepsi. Berikut beberapa catatan kecil yang sering terjadi:

1. Memahami P5 sebagai Projek Biasa

Miskonsepsi pertama adalah menganggap P5 sebagai projek biasa dalam pembelajaran. P5 memiliki tujuan yang lebih luas, yaitu menanamkan Profil Pelajar Pancasila pada murid. P5 harus dirancang dengan matang dan terintegrasi dengan pembelajaran di kelas, bukan fokus pada pembuatan produk dan karya. Kalau endingnya produk dan karya, maka sejatinya itu bukan lagi P5, tapi esensinya adalah prakarya.

2. Salah Memahami Tujuan P5

Tujuan utama P5 adalah pengembangan karakter peserta didik, bukan hanya penyelesaian projek. P5 harus memberi ruang bagi peserta didik untuk bereksplorasi, berkolaborasi, dan menyelesaikan masalah secara kreatif, serta menumbuhkan nilai-nilai Pancasila dalam diri mereka secara holistik dan komprehensif.

3. Kurangnya Pemahaman Guru terhadap P5

Masih banyak guru yang belum memahami P5 secara menyeluruh, sehingga pelaksanaannya menjadi tidak optimal. Guru perlu mengikuti pelatihan dan pendampingan untuk memahami esensi P5 dan merancang projek yang sesuai. Maka dalam penyusunan modul projek P5 harus memahami dahulu goal ending setiap tema dan pengembangan sub tema serta paham reasoning dan filosofinya.  Bukan hanya sekadar bisa membuat modul projek P5. 

4. P5 Dilaksanakan di Luar Jam Pelajaran

P5 seharusnya menjadi bagian integral dari kurikulum dan diintegrasikan dengan pembelajaran di kelas. Melaksanakan P5 di luar jam pelajaran justru bisa membebani murid dan tidak sejalan dengan tujuan pengembangan karakter. Maka kegiatan ko-kurikuler P5 sebagai penguatan nilai karakter peserta didik harus ada relevansinya dengan intra untuk memperkuat nilai-nilai kompetensi. Karena kegiatan P5 tersebut adalah dalam rangka memperkuat karakter. 

5. Penilaian P5 yang Tidak Tepat

Penilaian P5 tidak hanya berfokus pada hasil akhir projek, tetapi yang jauh lebih penting adalah pada proses belajar dan pengembangan karakter peserta didik. Guru perlu menggunakan berbagai metode penilaian yang autentik dan sesuai dengan tujuan P5.

6. Kurangnya Dukungan dari Madrasah dan Orang Tua

Keberhasilan P5 membutuhkan dukungan dari semua pihak, termasuk madrasah dan orang tua. Madrasah perlu menyediakan sarana dan prasarana yang memadai, alokasi waktu yang cukup, serta orang tua perlu memahami tujuan dan pentingnya P5 dalam pendidikan anak.

7. Nilai-nilai RA (Rahmatan Lil aalamin) 

Nilai-nilai Rahmatan Lil aalamin sebagai bagian integral nilai dasar moderasi beragama perlu di-insersi dan dipertajam untuk ditanamkan nilai-nilainya kepada peserta didik dalam semua level dan tingkatan.


Catatan Penting:

✓ P5 adalah strategi pembelajaran yang berfokus pada pengembangan karakter dan Profil Pelajar Pancasila.

✓ P5 harus dirancang dengan matang, terintegrasi dengan pembelajaran di kelas, dan memberi ruang bagi peserta didik untuk bereksplorasi dan mengembangkan karakter.

✓ Guru perlu memahami esensi P5 dan mengikuti kegiatan peningkatan kapasitas dan kompetensi untuk merancang projek yang sesuai dan relevan. 

✓ P5 harus dilaksanakan dalam jam yang sudah ditentukan sesuai struktur kurikulum yang ada, berdasarkan analisis yang matang. Penilaiannya harus berfokus pada proses belajar dan pengembangan karakter peserta didik.

✓ Keberhasilan P5 membutuhkan dukungan dari semua pihak, termasuk madrasah, guru, dan orang tua.

Miskonsepsi catatan penting ini, diharapkan implementasi P5 dalam Kurikulum Merdeka dapat berjalan lebih efektif dan mencapai tujuannya dalam menanamkan Profil Pelajar Pancasila pada peserta didik. 


Sumber: 

Hasil FGD ringan dan refleksi tentang pelaksanaan P5PPRA - Pokjawas Madrasah Nasional, Juli 2024.


#catatananikzahra

#kurmer2024

0 comments: