Laman

Monday, December 2, 2019

GTK MTsN 5 Jombang Menjadi Finalis Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran Guru Madrasah Tahun 2019 di Surabaya

Direktorat GTK (Guru dan Tenaga Kependidikan) Madrasah dan Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia mengadakan lomba penulisan artikel bagi guru madrasah seluruh Indonesia dengan tema Guru Madrasah yang Profesiaonal dan Moderat di Era Disrupsi.

Sekitar 1000 lebih guru madrasah ikut berpartispasi menjadi peserta dalam perlombaan tersebut, sekitar 500 peserta yang mengirimkan artikel, dan 150 peserta dengan artikel terbaik akan mendapat kesempatan untuk mengikuti kegiatan Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran Guru Madrasah Tahun 2019 yang dilaksanakan pada hari Selasa, 3 Desember 2019 bertempat di Harris Hotel & Conventions Gubeng, Surabaya.

Ni'matuz Zahroh (biasa dikenal dengan panggilan Bu Anik), salah satu guru MTsN 5 Jombang Jawa Timur yang mengampu mata pelajaran Bahasa Inggris ikut berpartsipasi dalam perlombaan tersebut dan berhasil masuk dalam nominasi 150 besar dengan artikel terbaik.

Dalam artikelnya, beliau membahas tentang budaya literasi terutama tentang mudahnya menulis bagi siswa (cerita pengalaman siswa) dengan menggunakan metode Back and Draw Activity. Kunci keberhasilan beliau dalam mengikuti perlombaan tersebut adalah banyak membaca dan mempelajari situasi dan kondisi yang sedang booming di era disrupsi revolusi industri 4.0.

Opening Ceremony Simposium Nasional GTK Madrasah Kemenag RI di Surabaya, di hadiri oleh Direktur Jenderal.Pendidikan Islam Kemenag RI, Bapak Prof. Dr. Suyitno, M.Ag. Dalam sambutannya, beliau menghimbau kepada semua guru-guru Madrasah untuk dapatnya melaksanakan 4 rukun, antara lain:

1. Madrasah saat ini harus berbasis digital. Semua sistem hendaknya berbasis digital, mulai dari penerimaan siswa baru, proses belajar mengajar dengan siswa di kelas, proses penilaian, dan lainnya.

2. Admimistrasi bisa di kemas secara praktis, sistematis dan akurat secara digital. Jadi diharapkan sedikit kemungkinan adanya kecurangan-kecurangan dan ketidakjujuran baik untuk guru maupun siswa.

3. E-learning. Diharapkan guru-guru tidak gaptek (gagap teknologi). Banyak sekali pembelajaran online yang dengan mudah bisa di akses oleh siswa. Pelatihan-pelatihan saat ini banyak yang dikemas secara online (Daring), jadi Madrasah diharapkan bisa memfasilitasi para guru agar lebih siap menghadapi revolusi industri 4.0

4. Learning by doing. Interaksi edukatif selayaknya dibangun guru berdasarkan penerapan aktivitas siswa, yaitu belajar sambil melakukan (Learning by Doing). Melakukan aktivitas atau bekerja adalah bentuk pernyataan dari siswa bahwa pada hakekatnya belajar adalah perubahan yang terjadi setelah melakukan aktivitas atau bekerja. Dengan belajar secara langsung, siswa akan lebih aktif, kreatif dan  lebih mudah bereksplorasi ilmu-ilmu yang mereka pelajari.

Era disrupsi yang dipenuhi kemajuan teknologi informasi yang sedemikian pesatnya, adalah sebuah keniscayaan bahwa guru harus menguasai teknologi untuk kemudian digunakan sebagai media pendukung dalam kegiatan pembelajaran. 

Kepada para guru-guru Madrasah yang hebat, jangan pernah puas dengan ilmu yang anda miliki. Anak-anak milenial saat ini banyak yang terdegradasi, meniadakan guru. Karena mereka lebih percaya belajar dengan Aplikasi-aplikasi online, seperti RuangGuru, dll. Guru harus bisa introspeksi diri, agar siswa-siswa tidak memunafikkan eksistensi guru.

Semangat menjadi guru Madrasah yang profesional dan moderat di era disrupsi.


Surabaya, 3 Desember 2019
Anik Zahra
MTsN 5 Jombang

0 comments: