Laman

Thursday, March 30, 2017

KORELASI RAJAB, SYA'BAN DAN RAMADHAN

Saat ngaji di Islamic Center Unipdu, Ramadhan 2016, Ketua MUI Jombang sekaligus Pengasuh PP Darul Ulum Rejoso KH Cholil Dahlan menjelaskan persiapan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam menyongsong Ramadhan.

"Sejak Bulan Rajab, Rosulullah sudah berdoa Allahumma  barik lana fi rojaba wa sya'bana wa balligna Ramadhana. Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban dan sampaikanlah kami di bulan Ramadhan," jelasnya.

"Ini menunjukkan bahwa Rosulullah itu bersiap menyongsong Ramadan sejak Bulan Rajab. Jadi kajian seperti ini mestinya sejak Bulan Rajab. Tidak hanya saat Ramadan," tambahnya disambut senyum para dosen Unipdu.

Rosulullah, kata Kiai Cholil, menganjurkan kita bekerja keras selama Bulan Rajab dan Sya'ban untuk menyiapkan bekal selama Ramadan. Sehingga saat Ramadan bisa fokus ibadah.

Jadi mestinya, beli baju  dan kebutuhan lebaran itu sejak sekarang. Tidak pada sepuluh hari terakhir Ramadan. Selain pasarnya ramai, harga mahal, lailatul qodar nya juga pindah ke pasar,  bukan di masjid.

Ini pas dengan hadits yang menyatakan bahwa Rajab adalah bulan menanam. Sya'ban bulan menyirami. Ramadan bulan memanen.

Pengasuh PP Sunan Ampel Jombang KH Taufiqurahman Muchid dawuh, orang yang tidak menghidupkan malam 27 Rajab. Dan tidak menghidupkan malam nisfu Sya'ban. Tidak akan memperoleh lailatul qodar.

Semoga Allah memberi kita taufik dan hidayah sehingga bisa menghidupkan malam 27 Rajab,  malam nisfu Sya'ban dan malam lailatul qodar.
Amin.

1 comments:

Anik Zahra said...

Polemik Bahasa Doa Nabi Saw Menyambut Bulan Rajab

Sebagai seorang Muslim, tentu kita tidak asing dengan doa Nabi yang kerap di share diberbagai media sosial dalam menyambut datangnya bulan Rajab. Doa tersebut kerap dibaca di masjid-masjid kampung menjelang shalat Magrib sambil diiringin dengan puji-pujian shalawat. Terdapat perbedaan pembacaan dalam membaca doa tersebut.

Perbedaan bacaan tersebut hanya terletak pada kalimat "Fii Rojaba" dan "Fii Rojabin". Sehingga memunculkan perdebatan, manakah yang benar, apakah dibaca "FII ROJABA" atau "FII ROJABIN"???.

Terdapat perdebatan diantara kalangan Ahli Nahwu (Linguist) Bahasa Arab mengenai pembacaan tersebut. Akan kita urai satu persatu, biar kelak tidak terjadi perdebatan hanya karena kalimat yang dibaca berbeda tersebut. Menurut Al-Danûsyirî, sebagaimana dikutip oleh Muhammad bin 'Alî al-Shabbân dalam Hâsyiyah al-Shabbân, bahwa lafadz "ROJAB" dalam bahasa Arab memiliki 2 (dua) bentuk, yaitu :

Jika yang dimaksud "ROJAB" itu adalah bulan ROJAB tertentu, maka lafad "Rojab" itu termasuk dalam kategori ISM GHAIRU MUNSHARIF (isim yang tidak bisa menerima tanwin).
Namun ketika yang dimaksud dengan lafad "Rojab" itu adalah bulan Rojab secara umum, maka lafad "Rojab" termasuk isim munsharif (isim yang bisa menerima tanwin).
Kemudian muncul pertanyaan "Jika memang lafadz "Rojab" itu termasuk Ism ghairu munsharif, lalu 'illatnya apa?" Maka jawaban illatnya adalah "lil 'alamiyyah ma'al 'udul". Hal ini seperti tertulis dalam Kitab Alfiyyah Karya Ibnu Malik :

والعدل والتعريف مانعا سحر # اذا به التعيين قصدا يعتبر

Pada bait Syair Al-Fiyyah di atas illat 'alamiyyah ma'al 'udul ini, yaitu lafad "Sahar" (waktu sahur atau waktu sebelum Shubuh). Sama dengan lafad "ROJAB", bahwa lafadz "Sahar" juga berstatus sebagai isim ghairu munsharif jika yang dimaksud adalah waktu sahur tertentu. Nampaknya Al-Danûsyirî menyamakan lafad "Rajab" dengan lafad "Sahar", sehingga status keduanya adalah isim ghairu munsharif ketika yang dimaksud adalah waktu tertentu.
Sehingga, ketika kita membaca doa Nabi SAW di atas, kemudian dalam hati "gretek/bermaksud" agar kita diberkahi di bulan Rajab tahun ini, maka kita membacanya "FII ROJABA", dibaca fathah, dikarenakan lafad "ROJABA" berkedudukan sebagai isim ghoiru munsharif yang. Maka sesuai kaidah bahasa Arab, isim ghairu munsharif akan dibaca fathah ketika dibaca jer, kecuali pada kondisi tertentu. Sebagaimana ungkapan Ibnu Mâlik وجر بالفتحة ما لا ينصرف.... dan Imam Yahyâ al-Imrithî واخفض بفتح كل ما لا ينصرف.

Sebaliknya, ketika kita tidak mengkhususkan keberkahan di bulan Rajab tahun ini saja, tapi bulan Rajab secara umum, maka kita membacanya "FII ROJABIN", dengan harakat kasratain sebab kata "ROJABIN" di sini termasuk ke dalam Ism Munshorif (menerima perubahan).

Akan tetapi, pendapat Al-Danûsyiritersebut disanggah oleh Al-Zarqânî.Al-Zarqânî berpendapat bahwa lafad "Rojab" itu termasuk Ism munsharif, meskipun yang dimaksud adalah bulan Rajab tertentu. Maka ketika diterapkan dalam doa di atas, bacaan yang benar adalah "FII ROJABIN", baik si pembaca doa itu ber"gretek/bermaksud" bulan Rajab tertentu atau tidak.

Kesimpulan akhir, membaca doa Nabi SAW tersebut, baik dibaca "FII ROJABA" atau "FII ROJABIN" sama-sama diperbolehkan atau dibenarkan. Tidak perlu memunculkan masalah baru dalam pembacaan doa tersebut. Sekian.... semoga tidak menimbulkan polemik. Sudahkah kita menyambut Sang Rajab dengan doa-doa yang kita panjatkan??

Wallaahu yarham!!!