Laman

Saturday, December 31, 2016

Makna TAHUN BARU

Ada apa sebenarnya dengan tahun baru?
Untuk siapakah tahun baru?
Emangnya apanya yg baru?

Sering kali terjadi pembodohan publik. Sesuatu yg buruk akan dianggap baik dengan propaganda yg tiada henti (PENCITRAAN). Sehingga terbentuklah opini publik bahwa itu adalah hal yg baik
Begitu pula dengan tahun baru.

COBA KAU GUNAKAN AKAL SEHATMU
Ingatlah bahwa tidak ada yg baru.
- Tempat kerjamu tetap yg lama..
- Tempat sekolahmu juga sama..
- Istri atau suami juga tidak baru
- Anak-anakmu juga masih yg lama..
- Rumahmu masih juga tetap yg dulu
- Teman-teman dan sohib juga sama..
- Gajimu juga tetap
TERUS APANYA YANG BARU?

Sebagian umat islam turut dalam perayaan tahun baru dengan berbagai cara; Ada yg tenggelam dalam acara-acara tidak berguna. Ada yg menggunakannya untuk bermuhasabah. Ada yg berkumpul berdoa & berdzikir.

Ketahuilah, pada malam tahun baru itu tidak ada peristiwa apapun, sehingga kau harus bersikap atau bertindak Tidak ada yg istimewa. Tidak padamu, tidak pada negaramu, tidak pada keluargamu. TIDAK ADA APA-APA PADA MALAM TAHUN BARU.

Kita saja yg tertipu oleh media. Laluilah malam tahun baru seperti seorang petani muslim di lereng gunung merapi. Setelah shalat isya’ ia bersiap-siap untuk tidur. Ia berwudu’ seperti hendak shalat. Lalu ia membaca doa dan wirid sebelum tidur. Lalu ia bangun sebelum subuh untuk mengambil bagian rizkinya dari shalat malam. Dan Ketika adzan subuh dikumangdakan ia berangkat ke rumah Allah dan kemudian ia memulai aktivitasnya dengan biasa. KARENA PADA MALAM TAHUN BARU MEMANG TIDAK ADA PERISTIWA APA-APA.

Berikut adalah Puisi karya KH. Musthofa Bisri tentang Tahun Baru.

Selamat Tahun Baru Kawan
(Gus Mus)

Kawan, sudah tahun baru lagi
Belum juga tibakah saatnya kita menunduk, memandang diri sendiri
Bercermin Firman Tuhan sebelum kita dihisabNya
Kawan, siapakah kita ini sebenarnya
Muslimin kah?
Mukminin?
Muttaqin?
kholifah Alloh?
Ummat Muhammad kah kita?
Khoiro ummatin kah kita?
Atau kita sama saja dengan makhluk lain?
Atau bahkan lebih rendah lagi
Hanya budak-budak perut dan kelamin
Iman kita pada Alloh dan yang gaib rasanya lebih tipis daripada uang kertas ribuan
Lebih pipih dari rok perempuan
Betapa pun tersiksa, kita khusuk di depan massa
Dan tiba-tiba buas dan binal justru di saat sendiri bersamaNya
Syahadat kita rasanya seperti perut bedug
Atau pernyataan setia pegawai rendah aja, kosong tak berdaya
Shalat kita rasanya lebih buruk dari senam Ibu-ibu
Lebih cepat dari menghirup kopi panas
Dan lebih ramai daripada lamunan seribu anak muda
Doa kita sesudahnya justru lebih serius kita memohon hidup enak di dunia dan bahagia di sorga
Puasa kita rasanya sekedar mengubah jadwal makan minum dan saat istirahat
Tanpa mengeser acara buat sahwat
Ketika datang lapar atau haus kita pun manggut-manggut Oo beginikah rasanya
Dan kita merasa sudah memikirkan saudara-saudara kita yang melarat
Zakat kita jauh lebih dari berat terasa di banding tukang becak melepas penghasilannya untuk kupon undian yang sia-sia
Kalau pun terkeluarkan harapan pun tanpa ukuran
Upaya-upaya Tuhan menggantinya berlipat ganda
Haji kita tak ubahnya tamasya menghibur diri
Mencari pengalaman spiritual dan matrial
Membuang uang kecil dan dosa besar
Lalu pulang membawa label suci asli made in Saudi, Haji
Kawan, lalu bagaimana, bilamana dan berapa lama kita bersamaNya
Atau kita justru sibuk menjalankan tugas mengatur bumi seisinya
Mensiasati dunia sebagai khalifahNya
Kawan, tak terasa kita memang semakin pintar
Mungkin kedudukan kita sebagai kholifah mempercepat proses kematangan kita
Paling tidak kita semakin pintar berdalih
Kita perkosa alam dan lingkungan demi ilmu pengetahuan
Kita berkelahi demi menegakkan kebenaran
Melaco dan menipu demi keselamatan
Memamerkan kekayaan demi mensyukuri kenikmatan
Memukul dan mencaci demi pendidikan
Berbuat semaunya demi kemerdekaan
Tidak berbuat apa-apa demi ketentraman
Membiarkan kemungkaran demi kedamaian
Pendek kata demi semua yang baik halallah semua sampai pun yang paling tidak baik
Lalu bagaiman dengan cendekiawan dan seniman
Para mubaligh dan kyai
Penyambung lidah Nabi
Jangan ganggu mereka
Para cendekiawan sedang memikirkan segalanya
Para seniman sedang merenungkan apa saja
Para mubaligh sedang sibuk berteriak kemana-mana
Para kyai sedang sibuk berfatwa dan berdoa
Para pemimpin sedang mengatur semuanya
Biarkan mereka diatas sana
Menikmati dan meratapi nasip dan persoalan mereka sendiri
Kawan, selamat tahun baru
Belum juga tibakah saatnya kita menunduk, memandang diri sendiri

Orang yg cerdas adalah orang yg berusaha untuk berada di depan dan tidak mau menjadi ekor. Dia menjadi dirinya sendiri. Maka kau Jangan menjadi ekor, karena tugas ekor itu menutupi aib dan kotoran serta mengusir serangga. Sudah saatnya yg mengaku islam untuk kembali kepada ISLAM.

MOGA ALLAH MERAHMATI KITA SEMUA.., Amin.....

Sumber:
- Kumpulan Puisi Gus Mus
- Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, MA

0 comments: