Laman

Wednesday, September 27, 2017

SECANGKIR ILMU PAHAM


Tingkat terbawah dalam ilmu itu adalah "paham". Ini wilayah kejernihan logika berfikir dan kerendahan hati. Ilmu tidak membutakannya, malah menjadikannya kaya.

Tingkat ke dua terbawah adalah "kurang paham". Orang kurang paham akan terus belajar sampai dia paham, dia akan terus bertanya untuk mendapatkan simpul2 pemahaman yang benar.

Naik setingkat lagi adalah mereka yang salah paham. Salah paham itu biasanya karena emosi dikedepankan, sehingga dia tidak sempat berfikir jernih. Dan ketika mereka akhirnya paham, mereka biasanya meminta maaf atas kesalah-pahamannya. Jika tidak, dia akan naik ke tingkat tertinggi dari ilmu.

Nah, tingkat tertinggi dari ilmu itu adalah Gagal paham. Gagal paham ini biasanya lebih karena kesombongan. Karena merasa berilmu, dia sudah tidak mau lagi menerima ilmu dari orang lain. Tidak mau lagi menerima masukan dari siapapun (baik itu nasehat dll.), atau pilih-pilih hanya mau menerima ilmu (nasehat) dari yang dia suka saja, bukan ilmu yg disampaikan, tapi siapa yang menyampaikan.

Tertutup hatinya.
Tertutup akal pikirannya.
Tertutup pendengarannya.
Tertutup logikanya.
Ia selalu merasa cukup dengan pendapatnya sendiri. Parahnya lagi, dia tidak menyadari bahwa pemahamannya yang gagal itu, menjadi bahan tertawaan orang yang paham. Dia tetap dengan dirinya, dan dia bangga dengan ke-gagal paham-annya.

"Kok paham ada di tingkat terbawah dan gagal paham di tingkat yang paling tinggi? Apa tidak terbalik?

"Orang semakin paham akan semakin membumi, menunduk, merendah."
Dia menjadi bijaksana, karena akhirnya dia tahu, bahwa sebenarnya banyak sekali ilmu yang belum dia ketahui, dia merasa seakan-akan dia tidak tahu apa-apa. Dia terus mau menerima ilmu, darimana-pun ilmu itu datangnya. Dia tidak melihat siapa yang bicara, tetapi dia melihat apa yang disampaikan. Dia paham bahwa ilmu itu seperti air, dan air hanya mengalir ke tempat yang lebih rendah. Semakin dia merendahkan hatinya, semakin tercurah ilmu kepadanya.

Sedangkan gagal paham itu ilmu tingkat tinggi. Dia seperti balon gas yang berada di atas awan. Dia terbang tinggi dengan kesombongannya. Memandang rendah ke-ilmuan lain yang tak sepaham dengannya, Dan merasa akulah kebenaran ... !!!

Masalahnya, dia tidak mempunyai pijakan yang kuat, sehingga mudah ditiup angin, tanpa mampu menolak. Sering berubah arah, tanpa kejelasan yang pasti. Akhirnya dia terbawa kemana- mana sampai terlupa jalan pulang. Dia tersesat dengan pemahamannya dan lambat laun akan dibinasakan oleh kesombongannya. Dia akan mengakui ke-gagal paham-annya, dengan penyesalan yang amat sangat dalam.

Jadi yang perlu diingat adalah akal akan berfungsi dengan benar, ketika hatimu merendah. Ketika hatimu meninggi, maka ilmu juga-lah yang akan membutakan si pemilik akal. 

Ternyata di situlah kuncinya.
Lidah orang bijaksana, berada didalam hatinya, dan tidak pernah melukai hati siapapun yang mendengarnya, tetapi hati orang dungu, berada di belakang lidahnya, selalu hanya ingin perkataannya saja yang paling benar dan harus didengar.

"Ilmu itu open ending"
Makin digali makin terasa dangkal.
Jadi kalau ada orang yang merasa sudah tahu segalanya, berarti dia tidak tahu apa-apa.

Semoga bermanfaat.  Aamiin...



0 comments: